Skip to main content

Tuhan = Persangkaan Kita

Kadang kita merasa tak berdaya dalam menghadapi masalah yang hadir di kehidupan kita. Bisa jadi masalah sepele, sedang atau bahkan gawat. Banyak hal terjadi di luar kehendak kita, yang celakanya dalam pandangan awam: terasa begitu menghancurkan. Kita sering menudingnya sebagai ketidakadilan Tuhan. Kita tak bercermin ke dalam, kita menghancurkan cermin di luar diri kita. Kita meradang, menuding-nuding langit: berharap Tuhan mendengar bahwa kita sedang didholimi oleh takdirNya.

Hidup terasa begitu sempit. Kuatir, cemas, kepala pusing sebelah, jantung berdebar-debar, takut keluar rumah: bencana selalu membawa cemas sampai tulang belulang. Kita ingin bebas dari derita, kita ingin hidup bahagia, kita ingin selamat dunia akhirat. Bahaya - dari peristiwa yang terjadi beberapa waktu terakhir - seolah hanya seujung kuku di depan hidung kita. Mengintai bagai burung bangkai kelaparan.

Saudara-saudara kita di Sumatera Barat runtuh rumahnya, puluhan orang dipanggil-Nya. Sahabat-sahabat kita terpanggang di pesawat Garuda, menyusul penumpang Adam Air yang tak ketahuan rimbanya. Beberapa yang sedang baca postingan ini mungkin baru saja putus cinta, terlilit hutang yang tahunan tak terbayar, susah mencari pekerjaan, malu karena hamil di luar nikah, stres karena kebutuhan keluarga mencekik sementara gaji tak naik-naik.

Saya hanya ingin berbagi. Tuhan tidak tidur atas semua derita kita ini. Masih banyak saudara kita yang lebih menderita daripada nasib terburuk yang kita alami. Pilihannya adalah Anda mau sedih dan mengurung diri di kamar mandi atau tabah menyongsong tantangan hidup dengan mata terbuka. Jika bencana hadir, seribu tangisan tak menolong.

Tapi iman kita pada Tuhan akan besar maknanya: bukan pada masalahnya tapi pada diri kita sendiri. Saat kita berbagi, maka Tuhanpun akan berbagi. Jika kita menolong sesama dengan ikhlas, Tuhanpun tak akan itung-itungan menurunkan pertolongannya.

Tuhan hadir menuruti persangkaan kita. Jika kita bilang Ia kejam, maka kejamlah Tuhan kita. Jika kita anggap tak penyayang, maka kesengsaraanlah yang kita terima. Daripada mengisi pikiran dengan persangkaan negatif, gimana kalo dibikin positif saja? Tetaplah bersyukur, meskipun bencana selalu hadir sebagai bagian takdir.. hidup kita akan baik-baik saja. Tuhan selalu sayang pada umatNya, selama kita percaya bahwa Ia sungguh menyayangi kita dari lubuk hatiNya.

Comments

Anonymous said…
bener banget tuh pak arief....
sama manusia aja kita disuruh berprasangka baik.....apalagi sama Tuhan, masak sih berprasangka buruk, ya khan?

mungkin kita juga kudu menerapkan asas "presumption of innocent" sama Tuhan.....hehehehhehe....

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena