Tak ada apa-apa. Tak ada siapa-siapa. Hanya berteman waktu dan sunyi yang dilewati dengan syukur hati. Saat langkah kaki mulai lemah tergerus jalan yang makin mengeras, hidup tetap meminta untuk segera bergegas.
Di ruang paling tersembunyi, kupeluk Tuhan dalam damai tak ketulungan. Sampai detik ini kutuliskan: masih tersisa udara untuk kuhirup dan pintu toilet yang terbuka saat kebelet sampai di ujung pantat. Kenikmatan tak pernah berhenti hanya pada yang hadir di mata, kesejatian selalu harus dilihat dengan pandangan jiwa.
Apakah hidup akan berjalan lebih bahagia setelah injakan kaki ketiga puluh dua? Mungkin tidak, mungkin iya. Toh aku tak perlu pusing memikirkannya, asal selalu berjalan dalam naungan ridho-Nya.
Di ruang paling tersembunyi, kupeluk Tuhan dalam damai tak ketulungan. Sampai detik ini kutuliskan: masih tersisa udara untuk kuhirup dan pintu toilet yang terbuka saat kebelet sampai di ujung pantat. Kenikmatan tak pernah berhenti hanya pada yang hadir di mata, kesejatian selalu harus dilihat dengan pandangan jiwa.
Apakah hidup akan berjalan lebih bahagia setelah injakan kaki ketiga puluh dua? Mungkin tidak, mungkin iya. Toh aku tak perlu pusing memikirkannya, asal selalu berjalan dalam naungan ridho-Nya.
Comments