Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2009

Ada Apa Dengan PKS?

Saya sebetulnya tidak begitu berminat lagi menulis tentang politik, tapi entah kenapa beberapa kejadian yang berhubungan dengan PKS membuat saya merasa perlu membuat sedikit catatan, kejadian itu diantaranya: Iklan politik PKS yang menyertakan Alm. Mantan Presiden Soeharto sebagai Guru Bangsa yang disayangkan oleh banyak pihak dan malah kontraproduktif dalam upaya membangun brand PKS. Dilaporkannya Tifatul Sembiring ke kepolisian oleh Panwaslu Jakarta dengan dugaan pelanggaran ketentuan kampanye Pemilu dalam demo menentang Israel beberapa saat lalu Terbongkarnya upaya penyuapan dari pengacara PKS, M. Anwar Junaidi sebesar 10 jt rupiah kepada kepolisian yang ternyata malah berujung penipuan Hal-hal yang seharusnya tidak perlu dialami PKS. Tiga kejadian ini saja seharusnya bisa membuat para petinggi PKS untuk berintrospeksi: apa sesungguhnya yang sedang terjadi di dalam tubuh PKS? Apakah ini sekedar ujian atau apa? Adakah sebuah upaya pergeseran strategi politik yang mulai merambah wila

Save Palestina

Udah Baca Sex After Dugem?

S aya beli buku itu masih kinyis-kinyis saat Seminar Highlight di ISI Jogja, mungkin saat belum beredar di seluruh Indonesia. Buku Mas Budiman terbaru ini rasanya lebih ' wild ', kalo di Jogja kayak makan oseng-oseng mercon.. OOM (singkatan dari Oseng-Oseng Mercon, lho kok malah panjang) dijamin keringatan, mata melotot dan terjaga sepanjang malam saking pedesnya! Jadi jika Anda berfikir bahwa dunia periklanan itu hanya seputar presentasi, meeting , brainstorm dan complaint klien: pake dulu sabuk pengaman sebelum mulai membaca. Buku Mas Bud ini sengaja keluar jalur industri periklanan dengan manisnya, menerjang jalan yang penuh batu kerikil, off road di jalanan kreatif karena ide-idenya meluber kemana-mana. Buku ini membantu saya menemukan teman yang percaya bahwa kreatif itu bukan hanya soal kerjaan, iklan, bikin headline atau body copy . Kreatif itu sebaiknya - maaf - seharusnya bisa menjadi the way of thinking dan selanjutnya menjadi the way of l

Mencintai Musuh Kita

Awalnya dari sebuah comment di tulisan saya sebelumnya, Palestina Mengetuk Hati Kita. Seorang sahabat yang berkunjung menuliskan: waduh bukanya yahudi itu laknatulloh yg harus di perangi ,di musnahkan. bukan di cintai. mereka musuh ALLOH ... Nah, berikut pemikiran saya. Israel alias Yahudi adalah kaum yang memang berbakat nyengiti dari dulu. Pinter sekaligus licik, rakus, tidak berperikemanusiaan dan sok punya kuasa. Beberapa hari kemarin mereka bergaya sok menolong ketika mengumpulkan kurang lebih 100 orang Palestina di sebuah gedung untuk - Masya Allah - sehari setelahnya mengirimkan serentetan peluru menghujani gedung tersebut dan menewaskan lebih dari 30 orang tak berdaya yang sedang berlindung ketakutan di dalamnya. Tentu saja ini adalah pembantaian terencana dan PBB pun menganggapnya demikian. Sebuah kejahatan perang. Belum lagi lebih dari 800 orang - jumlah itu terus bertambah - yang meninggal jadi korban kebiadapan Israel. Lha, secara logika dan hati nurani kemanusiaan kita b

Jika Saya Jadi Caleg...

Palestina Mengetuk Hati Kita

Bukan mengapanya. Bukan Palestina atau Israelnya. Bukan Bush atau Obama-nya. Bukan manusia, malaikat atau setannya. Tapi hari ini ratusan korban telah jatuh di Palestina, juga di sebagian wilayah Israel: karena sebab yang kita semua sudah tahu lama. Israel menunjukkan lagi tanduk mautnya, setelah capek menyamar jadi manusia yang seolah-olah manusiawi. Dan korban pun berjatuhan, tak berdaya melawan maut di ujung rudal. Hari ini dan hari-hari selanjutnya sudah tak penting untuk mencari tahu mengapa tragedi pembantaian umat manusia ini harus kembali hadir di 2009, jaman dimana katanya manusia telah mencapai tahap modernitas dan spiritual yang tinggi. Logika tak berarti, nurani telah mati. Seorang anak berumur 3 tahun yang terluka parah terkena pecahan rudal tak pernah tahu apa salahnya sehingga menerima penderitaan ini. Seorang ibu yang anak-anaknya terkubur reruntuhan tak pernah sekalipun melempar batu ke para tentara Israel. Dokter yang menolong pasien dengan keberanian luar biasa pun