Kadang kita merasa tak berdaya dalam menghadapi masalah yang hadir di kehidupan kita. Bisa jadi masalah sepele, sedang atau bahkan gawat. Banyak hal terjadi di luar kehendak kita, yang celakanya dalam pandangan awam: terasa begitu menghancurkan. Kita sering menudingnya sebagai ketidakadilan Tuhan. Kita tak bercermin ke dalam, kita menghancurkan cermin di luar diri kita. Kita meradang, menuding-nuding langit: berharap Tuhan mendengar bahwa kita sedang didholimi oleh takdirNya.
Hidup terasa begitu sempit. Kuatir, cemas, kepala pusing sebelah, jantung berdebar-debar, takut keluar rumah: bencana selalu membawa cemas sampai tulang belulang. Kita ingin bebas dari derita, kita ingin hidup bahagia, kita ingin selamat dunia akhirat. Bahaya - dari peristiwa yang terjadi beberapa waktu terakhir - seolah hanya seujung kuku di depan hidung kita. Mengintai bagai burung bangkai kelaparan.
Saudara-saudara kita di Sumatera Barat runtuh rumahnya, puluhan orang dipanggil-Nya. Sahabat-sahabat kita terpanggang di pesawat Garuda, menyusul penumpang Adam Air yang tak ketahuan rimbanya. Beberapa yang sedang baca postingan ini mungkin baru saja putus cinta, terlilit hutang yang tahunan tak terbayar, susah mencari pekerjaan, malu karena hamil di luar nikah, stres karena kebutuhan keluarga mencekik sementara gaji tak naik-naik.
Saya hanya ingin berbagi. Tuhan tidak tidur atas semua derita kita ini. Masih banyak saudara kita yang lebih menderita daripada nasib terburuk yang kita alami. Pilihannya adalah Anda mau sedih dan mengurung diri di kamar mandi atau tabah menyongsong tantangan hidup dengan mata terbuka. Jika bencana hadir, seribu tangisan tak menolong.
Tapi iman kita pada Tuhan akan besar maknanya: bukan pada masalahnya tapi pada diri kita sendiri. Saat kita berbagi, maka Tuhanpun akan berbagi. Jika kita menolong sesama dengan ikhlas, Tuhanpun tak akan itung-itungan menurunkan pertolongannya.
Tuhan hadir menuruti persangkaan kita. Jika kita bilang Ia kejam, maka kejamlah Tuhan kita. Jika kita anggap tak penyayang, maka kesengsaraanlah yang kita terima. Daripada mengisi pikiran dengan persangkaan negatif, gimana kalo dibikin positif saja? Tetaplah bersyukur, meskipun bencana selalu hadir sebagai bagian takdir.. hidup kita akan baik-baik saja. Tuhan selalu sayang pada umatNya, selama kita percaya bahwa Ia sungguh menyayangi kita dari lubuk hatiNya.
Hidup terasa begitu sempit. Kuatir, cemas, kepala pusing sebelah, jantung berdebar-debar, takut keluar rumah: bencana selalu membawa cemas sampai tulang belulang. Kita ingin bebas dari derita, kita ingin hidup bahagia, kita ingin selamat dunia akhirat. Bahaya - dari peristiwa yang terjadi beberapa waktu terakhir - seolah hanya seujung kuku di depan hidung kita. Mengintai bagai burung bangkai kelaparan.
Saudara-saudara kita di Sumatera Barat runtuh rumahnya, puluhan orang dipanggil-Nya. Sahabat-sahabat kita terpanggang di pesawat Garuda, menyusul penumpang Adam Air yang tak ketahuan rimbanya. Beberapa yang sedang baca postingan ini mungkin baru saja putus cinta, terlilit hutang yang tahunan tak terbayar, susah mencari pekerjaan, malu karena hamil di luar nikah, stres karena kebutuhan keluarga mencekik sementara gaji tak naik-naik.
Saya hanya ingin berbagi. Tuhan tidak tidur atas semua derita kita ini. Masih banyak saudara kita yang lebih menderita daripada nasib terburuk yang kita alami. Pilihannya adalah Anda mau sedih dan mengurung diri di kamar mandi atau tabah menyongsong tantangan hidup dengan mata terbuka. Jika bencana hadir, seribu tangisan tak menolong.
Tapi iman kita pada Tuhan akan besar maknanya: bukan pada masalahnya tapi pada diri kita sendiri. Saat kita berbagi, maka Tuhanpun akan berbagi. Jika kita menolong sesama dengan ikhlas, Tuhanpun tak akan itung-itungan menurunkan pertolongannya.
Tuhan hadir menuruti persangkaan kita. Jika kita bilang Ia kejam, maka kejamlah Tuhan kita. Jika kita anggap tak penyayang, maka kesengsaraanlah yang kita terima. Daripada mengisi pikiran dengan persangkaan negatif, gimana kalo dibikin positif saja? Tetaplah bersyukur, meskipun bencana selalu hadir sebagai bagian takdir.. hidup kita akan baik-baik saja. Tuhan selalu sayang pada umatNya, selama kita percaya bahwa Ia sungguh menyayangi kita dari lubuk hatiNya.
Comments
sama manusia aja kita disuruh berprasangka baik.....apalagi sama Tuhan, masak sih berprasangka buruk, ya khan?
mungkin kita juga kudu menerapkan asas "presumption of innocent" sama Tuhan.....hehehehhehe....