Jika seseorang tersesat di hutan lebat, dan tak tahu arah mana yang harus ditempuh, semestinya ia tidak terus berjalan, atau membabat semak sana-sini.
Yang seharusnya dilakukan adalah berhenti sejenak, menghitung dimanakah sesungguhnya posisi diri ini berada, menengadah ke langit mencari cahaya mentari atau rembulan, menunduk ke bumi mengukur bayang-bayang diri. Baru setelah itu menentukan kembali arah yang harus dituju, lalu berjalan penuh hati-hati, sembari terus mengukur bayang-bayang. Penjelajah yang sejati tahu kapan harus bergerak, berhenti dan beristirahat.
.
Jika anda tersesat dalam kesibukan yang anda sendiri tak tahu mengapa melakukan apa. Semestinya anda juga berhenti sejenak. Membuka peta diri anda, merujuk kembali pada tujuan besar hidup anda, lalu meniatkan hati untuk melangkah. Tujuan tak tercapai karena kita bergerak secepat-cepatnya.
Tujuan tercapai karena kita tahu mana yang sedang dituju, serta bergerak penuh kesadaran dan kewaspadaan.
(Dapet ini dari milis, just for enlightment, ilustrasi dari http://www.ffitz.com/ff/main/graphic2/busy.jpg)
Yang seharusnya dilakukan adalah berhenti sejenak, menghitung dimanakah sesungguhnya posisi diri ini berada, menengadah ke langit mencari cahaya mentari atau rembulan, menunduk ke bumi mengukur bayang-bayang diri. Baru setelah itu menentukan kembali arah yang harus dituju, lalu berjalan penuh hati-hati, sembari terus mengukur bayang-bayang. Penjelajah yang sejati tahu kapan harus bergerak, berhenti dan beristirahat.
.
Jika anda tersesat dalam kesibukan yang anda sendiri tak tahu mengapa melakukan apa. Semestinya anda juga berhenti sejenak. Membuka peta diri anda, merujuk kembali pada tujuan besar hidup anda, lalu meniatkan hati untuk melangkah. Tujuan tak tercapai karena kita bergerak secepat-cepatnya.
Tujuan tercapai karena kita tahu mana yang sedang dituju, serta bergerak penuh kesadaran dan kewaspadaan.
(Dapet ini dari milis, just for enlightment, ilustrasi dari http://www.ffitz.com/ff/main/graphic2/busy.jpg)
Comments