Skip to main content

Semua Dilarang Masuk

Beberapa hari kemarin, beberapa ruas jalan yang terkena terjangan angin puting beliung masih ditutup. Di tengah jalan dipasang penghalang berupa kayu melintang atau potongan pohon lengkap dengan sisa daunnya. Kebetulan saya dan beberapa teman sedang di dalam mobil dan ingin melintasi jalan yang ditutup karena salah satu kantor yang kami akan datangi berada di ruas jalan itu.

Temen A: Kok masih ditutup ya jalannya.. Kan pohon yang tumbang udah dibersihkan? Masih takut orang bakal memanfaatkan kesempatan untuk berbuat jahat po?

Temen B: Di Jogja banyak orang asing yang suka mengambil keuntungan saat orang lain menderita, mereka sekedar menjaga. Juga yang suka nonton bencana, terhibur melihat oranglain menderita. Jadi mereka yang tugasnya mulia demi keamanan harus dihormati. Wong kampungnya sendiri kok..

Temen A: Tapi kok bawa kayu mirip pentungan? Dan gayanya itu lhoo.. Bikin sesak napas karena rasanya kita semua dicurigai bakal berbuat jahat..

Temen B: Udah, mending kita muter aja ato janjian di tempat yang gak ditutup jalannya. Gitu malah baik buat semua. Daripada nyusahin banyak orang!

Temen C (dari tadi diam sambil baca buku): Ooo... aku tahu kenapa mereka masih jaga! Sejak bencana kemarin semua tak boleh masuk kampungnya, termasuk angin puting beliungnya jika datang lagi!!!

Temen A, temen B, saya: Ooooo..... (pura-pura paham)

Comments

Maya said…
ikutan juga ah sama si A & B..oohhhhh :d

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat