Sekitar dua minggu yang lalu saya kehilangan Hp saya Nokia 6300. Terjatuh saat naik bis Damri ke bandara di pagi hari yang terburu-buru saat harus berangkat ke Denpasar. Hilang begitu saja tanpa saya tahu prosesnya. Mungkin ini peringatan Allah karena saya selalu pelupa. Penyakit kambuhan yang saya masih belajar menyembuhkannya. Tapi saya marahi diri sendiri: ini karena kamu kurang sedekah. Atau karena Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik (ini sih kegeeran!).
Sayapun ganti Hp dengan Nokia E51. Allah memang menggantinya dengan lebih baik, tapi harga yang harus saya bayar lebih mahal (secara materi). Jadi saya menyetujui hikmah dari kejadian kehilangan kemarin adalah saya kurang bersedekah. Jadi saya harus lebih rajin sedekah. Case closed.
Hari Kamis, 13 November 2008 kemarin saya sholat dhuhur di masjid sebelah kantor. Sholat yang seperti biasanya. Saat saya keluar pintu masjid ada seorang penjual sandal sepatu dengan muka yang sangat letih dan kecapekan menaruh dagangannya yang berat di sebelah pintu masjid dan berkata kepada saya,"Mas, tolong saya. Saya sudah seharian belum makan, uang saya habis. Pinjami saya uang mas, saya akan bayar. Mas catat KTP saya, saya belum makan. Belilah sepatu saya mas.."
Saya lihat sandal dan sepatunya (emang waktu itu saya lagi perlu nyari sandal), tapi gak ada yang cocok karena bahan dan desainnya. Iseng saya tanya lagi,"Sandal yang ini berapa harganya?"
"70 ribu Mas, tolong saya..."
Hati saya tidak tergerak karena sandalnya emang tidak sesuai yang saya harapkan. Tapi saya ingat sesuatu: mungkin Allah yang sedang datang menyapa. Tanpa alasan yang jelas saya berikan padanya 50 ribu.
Penjual sandal berkata,"Mas, jangan 50 ribu dong. Ini 70 ribu harganya." Saya tidak menjawab, hanya memegang tangannya bersalaman. Saya tidak mengambil sandalnya. Saya pergi.
Dan malam harinya, saya mengikuti sesi Meet The Jury Citra Pariwara.
Saya pindah tempat duduk beberapa kali. Entah bagaimana prosesnya saya juga tidak inget,beberapa saat kemudian saya lihat Mas Lulut Asmoro (Bossnya JWT) nampak berbincang dengan seorang panitia sambil memberikan sebuah Hp, persis di sebelah saya yang duduk di belakang. Reflek saya menengok: eh, itu kayaknya Hp saya (yang ternyata tertinggal di kursi paling depan) tanpa Mas Lulut tahu itu Hp saya, sementara undangan penuh sekitar seratusan orang. Sayapun menghampiri Mas Lulut dan mengatakan itu Hp saya dan dikembalikan sebelum diumumkan. Setelah mengucapkan terima kasih saya pun duduk kembali.
Saya terdiam.
Hp ini baru saya beli dua minggu lalu dan sekarang hampir hilang lagi. Atau seharusnya sudah hilang karena jarak kursi saya di depan dan di belakang jauh banget. Tapi mengapa Mas Lulut yang menemukan? Mengapa bukan orang lain yang dapat rejeki nomplok lalu mengantonginya pulang? Mengapa pula memberikannya ke panitia tepat di sebelah saya sehingga saya bisa melihatnya? Sedangkan jika diumumkan pun saya belum tentu ngeh karena saat itu saya tidak merasa kehilangan hp saya?
Allah Maha Besar. Caranya menyusun skenario agar saya belajar lagi untuk berbagi sungguh dahsyat. Malam itu seharusnya Hp saya yang harganya 2,5 jt hilang. Secara materi saya akan rugi 2,5 jt jika harus beli lagi. Tapi doa bapak penjual sandal dan rahmat Allah menyelamatkan saya dari bala'. Uang 50 ribu sedekah tadi siang telah mengembalikan Hp saya dengan utuh.
Semoga Allah melindungi saya dan kita semua dari penyakit riya'. Jika karena cerita nyata ini saya dianggap arogan dan berlebihan, semoga Allah mengampuni saya. Saya hanya ingin berbagi hikmah dan semoga bisa menginspirasi Anda yang setia membaca blog ini. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran terbaik untuk selalu percaya: jika kita ingin Allah menolong kita, mari kita mulai dengan menolong hamba Allah yang lain terlebih dahulu. Semampu kita.
Wallahu 'alam...
Comments
may i please link your blog to my multiply?...
you have such lovely blog and i would love to share it with my friends..
thank you..
God bless you.
Ketularan jadi spiritualpreneurship...
Sip markasip, Top markotop !!!
thx dah dapet pencerahan :D
ALLOHUAKBAR..
blog panjenengan pancen inspiratif...
menggugah...