Skip to main content

Di Agrowisata Malang








Selesai memberikan Workshop Internal untuk Tim Indosat Banjarmasin di Klub Bunga Resort Malang, saya berkesempatan untuk mengunjungi Agrowisata Apel di Batu Malang. Sudah lama saya ingin ke tempat ini: saya belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri seperti apa pohon apel yang asli.

Hari itu saya berkesempatan melihatnya, memetik buahnya dan mejeng wagu di depannya. Sebenarnya ini kunjungan yang saya jalani dengan sedih hati karena saya sendirian datangnya, Supie seharusnya ikut bersama saya tapi tak bisa. Kekasih saya itu juga sangat ingin mengunjungi Agrowisata Apel ini, jadi saya bawakan oleh-oleh untuknya 2 buah apel yang saya petik sendiri dari pohonnya (masih lengkap dengan daunnya) dan setumpuk foto via Nokia E51 yang kualitasnya standar.


Mmmm... keinginan saya untuk bikin perkebunan buah nampaknya makin kuat setelah saya melihat hamparan pohon apel dan buahnya yang ranum menggoda.


Terima kasih buat Pak Syamsul dan teman-teman Indosat Banjarmasin yang telah mengundang saya, semoga cita-cita untuk jadi Operator Nomor 1 di Banjarmasin bisa tercapai di 2009 ini. Pasti bisa Pak, asal terus mengasah kreativitas dan baca buku Jualan Ide Segar (halllaaaahh!)

Comments

vbi_djenggotten said…
coba klo pas lagi ke malang lagi...
panjengan jalan2 di daerah tugu dari stasiun sampe ke jalan ijen...

plus merasakan kenyalnya bakso malang.....rasane lebih malang mas...

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat