Anda tidak berhutang apapun pada orang yang tidak percaya. Tanggung jawab terbesar justru mewujudkan apa yang Anda percaya. Boleh saja siapapun mengatakan apapun yang bertentangan dengan keyakinan kita, itu hak mereka. Jangan dihalangi. Hak kita adalah menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita percaya, apa yang menjadi tujuan tertinggi hidup kita. Kita harus terus bertanya mengapa Tuhan menciptakan manusia seunik kita, bukan kenapa ada orang yang mengatakan ini itu tentang apa yang kita lakukan.
Di hari ketujuh, keajaiban belum terjadi. Meskipun saat sedang berjalan-jalan di Hero Galeria ada perasaan aneh yang hangat (saya sendiri tidak bisa melogika itu), yang terus memberitahukan bahwa saya akan mewujudkan mimpi saya itu: saya percaya. Seharian saya harus berpacu dengan waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pencarian 600 juta dan harus saya lakukan: tapi saya tidak kehilangan harapan. Saya tidak boleh kehilangan fokus.
Beberapa orang mulai mengejek (sebenarnya sejak hari pertama sih), tapi semakin dekat ke deadline makin banyak saja teman-teman yang begitu sehat logikanya. Sangat sehat: sehingga malah menafikan hadirnya keajaiban dari Yang Tak Terbatas. Apakah mereka salah? Tidak sama sekali: mereka benar karena memang pikirannya membenarkan itu.
Apakah saya benar? Tentu saja, menurut saya. Tapi saya tak punya waktu berdebat, saya tak punya waktu membuat press release bahwa saya benar, saya sibuk dengan mimpi saya. Jikapun orang seluruh dunia menganggap apa yang saya lakukan sia-sia dan tidak berarti: langkah saya takkan surut satu milipun.
Saya mencintai teman-teman saya itu. Saya pikir merekapun begitu pada saya. Tapi jika menyangkut satu keyakinan: kadang Anda hanya perlu percaya dan terus melangkah. Anda tidak bisa melarang siapapun mentertawai Anda. Tutup saja telinga dan teruslah melangkah.
Biarlah Tuhan yang akan menuntun jalan kita...
Di hari ketujuh, keajaiban belum terjadi. Meskipun saat sedang berjalan-jalan di Hero Galeria ada perasaan aneh yang hangat (saya sendiri tidak bisa melogika itu), yang terus memberitahukan bahwa saya akan mewujudkan mimpi saya itu: saya percaya. Seharian saya harus berpacu dengan waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pencarian 600 juta dan harus saya lakukan: tapi saya tidak kehilangan harapan. Saya tidak boleh kehilangan fokus.
Beberapa orang mulai mengejek (sebenarnya sejak hari pertama sih), tapi semakin dekat ke deadline makin banyak saja teman-teman yang begitu sehat logikanya. Sangat sehat: sehingga malah menafikan hadirnya keajaiban dari Yang Tak Terbatas. Apakah mereka salah? Tidak sama sekali: mereka benar karena memang pikirannya membenarkan itu.
Apakah saya benar? Tentu saja, menurut saya. Tapi saya tak punya waktu berdebat, saya tak punya waktu membuat press release bahwa saya benar, saya sibuk dengan mimpi saya. Jikapun orang seluruh dunia menganggap apa yang saya lakukan sia-sia dan tidak berarti: langkah saya takkan surut satu milipun.
Saya mencintai teman-teman saya itu. Saya pikir merekapun begitu pada saya. Tapi jika menyangkut satu keyakinan: kadang Anda hanya perlu percaya dan terus melangkah. Anda tidak bisa melarang siapapun mentertawai Anda. Tutup saja telinga dan teruslah melangkah.
Biarlah Tuhan yang akan menuntun jalan kita...
Comments