Ada yang bilang perjalanan hidup ini seperti roller coaster. Orang-orang tua dulu bilang kayak roda. Kadang naik kadang turun, menikung dan terbalik. Beberapa orang cukup tabah menjalani gejolak putaran hidupnya tanpa banyak mengeluh, sementara yang lain protes berat sama suaminya, tetangganya, rekan kerja, pemerintah atau - jika semua itu tak memuaskannya - ke Tuhan.
Tapi mau tak mau toh hidup ini harus kita jalani, salahnya sendiri mau dilahirkan ke dunia. Kalau takut memikul resiko hidup mending perpanjang aja kontraknya di alam barzah sana. Ini sekaligus warning buat calon-calon bayi: pertimbangkan baik-baik resikonya jika mau daftar jadi calon manusia!
Soal bahwa setelah dijungkirbalikkan sama roller coaster, kepala jadi pusing dan muntah-muntah atau malah tertawa gembira dan pengin naik lagi: itu pilihan.
Dusta terbesar di dunia adalah ketika kita percaya segala sesuatu menyangkut hidup kita ini telah digariskan Tuhan dan kita sekedar menjalani takdir-Nya (kalo mau lengkap kutipannya baca aja di Alkemis yach).
Kita masih mempunyai pilihan, suatu hal yang membuat kita sah disebut manusia. Dengan memiliki pilihan, kita bisa merdeka menentukan nasib. Jangan menggantungkan hidup pada siapapun, apalagi jika kita sedang berada di roller coaster yang melaju kencang.
Ada cerita mengenai seseorang yang sulit dapat jodoh sehingga berdoa sama Tuhan,"Tolong berikan pada saya istri yang cantik, sholehah dan bisa membahagiakan suaminya." Temannya yang barusan bercerai malah tertawa dan bilang,"Kamu ini mau berdoa atau menyindir. Tuhan aja masih bujangan kok dimintai istri!"
Comments
om-om* ilustrasinya bagus juga.. dapet darimana pak?..
___________________________
*omong omong
bukannya tetep ja kita harus ngebalikin semuanya sama yang diataS...??