Saya nemu berita ini di detik.com, dan sebenernya pengin cuek aja setiap kali melihat berita anggota DPR yang komentar sesuatu tapi jadi aneh karena nggak nyambung. Tapi entah kenapa - mungkin saya sedang sebel sama yang sok mewakili rakyat di DPR ini - saya harus menuliskan pendapat saya disini sebagai rakyat.
Oya, sebelumnya saya mesti bilang saya bukan pendukung atau pembela SBY. Bukan saudaranya atau bagian dari Partai Demokrat. Saya pembela logika dan akal sehat. Dan ya, saya termasuk yang mengacungkan dua jempol untuk film Ayat-ayat Cinta yang ditonton bareng-bareng itu: secara kualitas penyajian, maupun secara hasil bisnisnya. Biar gak salah paham.
Adalah kurang wawasan jika menyebutkan bahwa apresiasi Presiden, Wapres dan lebih dari 80 duta besar dari negara sahabat yang menonton AAC dianggap sebagai tidak adanya empati dan menyakitkan rakyat.
Ini apresiasi yang luar biasa dari seorang kepala negara terhadap kesuksesan sebuah film yang telah mendatangkan 3,5 juta penonton (rekor terbanyak), mengkomunikasikan nilai-nilai kebaikan Islam kepada dunia dan SBY sendiri bilang inilah salah satu bukti riil creative economy yang sedang coba dikembangkan di negeri ini. Lihatlah bahwa SBY pun punya visi tentang potensi ekonomi dunia film untuk menyumbang pendapatan negara, entah lewat pajak tontonan atau yang lain. Dan masa depan ekonomi negeri ini, akan sangat ditentukan dari keberhasilan kita membangun creative economy.
Kesuksesan AAC ini yang akan direnungkan dan dibikin strateginya di kabinet sehingga bisa diaplikasikan di bidang kreatif yang lain sehingga bermanfaat buat rakyat banyak, bukan sekedar cerita filmnya Mas DPR... Paham gak sih? Gaul dong (keluh!)
Dan yang ditonton pastinya bukan sembarang film. Jika para petinggi negara nonton film horor yang wagu bareng-bareng, boleh deh kita kritik dengan keras. So, anggota DPR yang beginian sebaiknya belajar lebih banyak kalau ingin terpilih lagi di 2009.
Empati kepada rakyat tidak boleh dimonopoli pengertiannya hanya dari satu sisi apalagi sisi politik doang, kita harus melihatnya secara lebih luas sehingga empan papan. Misalnya: mengembangkan industri pesawat terbang bukan berarti anti rakyat yang naik sepeda, men-support industri kreatif bukan berarti tidak peduli harga yang membubung tinggi. Kalo semua itu disikapi hitam putih ya repot. Rakyat kita sudah makin cerdas lho Mas, masa' wakilnya sedangkal itu pemahamannya.
With all respect, apalagi jika wawasan cekak dan sok membela rakyat dengan argumentasi yang wagu: please dong ahhh...
Comments