Skip to main content

Hidup Itu Rapuh

Saya punya seorang teman. Teman saya itu punya Paman. Orangnya sehat, gagah, jarang banget sakit dan selalu menjaga kesehatan. Hidupnya tidak macem-macem, berjalan wajar apa adanya. Umurnya sekitar 45 tahun. Sampai pada suatu hari, dia naik motor. Juga tidak ngebut, sekitar 40 km/jam lah. Di tengah jalan dia merasa ada yang salah, nafasnya terasa sesak. Dia berhentikan motornya, mesin dimatikan. Kunci motornya masih ada di setang, belum dilepas. Lalu dia duduk sebentar, kemudian... meninggal.

Mungkin jalan hidup begini tidak terlalu mengagetkan buat Anda, cara meninggal yang lebih aneh juga pasti lebih banyak. Di koran Merapi (koran lokal Jogja) pernah diberitakan seorang Ibu sedang buang air besar di atas jumbleng (lubang yang berfungsi WC, tapi langsung gak pake diguyur). Ternyata pijakannya patah dan ibu itu masuk ke dalam jumbleng. Meninggal.

Tapi inilah misterinya hidup. Apa yang kita perjuangkan sepenuh hati, apa yang kita cintai mati-matian, apa yang kita bela sampai titik darah penghabisan, apa yang bikin Hitler kumat stresnya sehingga membunuh jutaan orang: semua itu rapuh. Sangat rapuh. Kita akan gampang kecewa jika menginginkan hidup ini mengikuti semua kemauan kita. Di film Bruce Al Mighty, jadi Tuhanpun ternyata bukan solusi untuk memenuhi keinginan manusia yang terus berubah, terus bertambah terus terus terus.

Keinginan manusia baru berhenti ketika mulutnya diberi makan tanah kuburan. Ada baiknya kita merasa bakal mati besok pagi, agar yang terbaik dari hidup yang rapuh ini bisa kita perbuat. Agar tak menyesal ketika malaikat maut menyapa di tengah jalan atau di dalam kamar saat kita sendirian, tapi kita lupa menyiapkan bekal untuk perjalanan panjang.

Dalam kelebihan atau kekurangan, dalam kekayaan atau kemiskinan, dalam sehat atau sakit, kita menjalani hidup yang rapuh. Justru karena itu kita mesti banyak bersyukur.

Comments

Popular posts from this blog

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena...

The Secret Behind Sluku-Sluku Bathok

Sluku-sluku bathok Bathoke ela-elo Si Rama menyang Solo Oleh-olehe payung mutho Pak jenthit lolo lo bah Yen mati ora obah Yen obah medeni bocah Yen urip golekko dhuwit Seorang guru saya memberikan pencerahan siang itu. Pak Nunuk namanya. Hidup – katanya – tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi seimbang. Lagu jaman Wali Songo menuturkan: Sluku-sluku bathok , bathok (kepala) kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya. Kalo diforsir terus bisa aus, stress, hang, macet daya pikirnya. Bathoke ela-elo , dengan cara berdzikir (ela-elo = Laa Ilaaha Ilallah), mengingat Allah akan mengendurkan syaraf neuron di otak. Lalu Si Rama menyang Solo, siram (mandilah, bersuci) menyang (menuju) Solo (Sholat). Lalu bersuci dan dirikanlah sholat. Saya ingat ada kutipan berbunyi: Jadikanlah sholat itu istirahatmu. Lalu apa fadhilah sholat? Oleh-olehe payung mutho , yang sholat akan mendapatkan perlindung...