Menyusuri sepanjang kota yang kosong dan toko serta supermarket yang tutup. Warung makan yang tutup. Pedagang kaki lima yang tutup. Merasakan kesendirian dalam jalan yang lengang. Mencoba mengakrabi sunyi, berlebaran dalam diam. Tak ada sms, tak ada telepon basa basi, seluruh maaf sudah kusiapkan sebelum kesalahan dilakukan. Tapi entahlah apakah dunia juga menyediakan maafnya untuk di-download gratisan, juga maafnya saudara dan handai taulan atas kesalahan yang kulakukan.
Sekali lagi, saya hanya perlu minggat dari tradisi, kapok oleh rutinitas dan melawan itu semua meskipun sekedar jadi negasi. Tak mudah mencari makna, tapi tak larut menjadi sekedar bebek budaya pastinya perlu diperjuangkan: kita kadang masih sungkan dan tak enak hati. Tapi relung hati terdalam juga perlu dikunjungi dan diajak silaturrahmi. Jiwa kita yang mati karena beban kerja dan tuntutan duniawi juga perlu diziarahi. Agar senyum itu mengembang dari dalam dan cahayanya menerangi yang di luar.
Saat sepi menyesap, kita sesungguhnya tak sendiri. Sungguh-sungguh tak sendiri...
Sekali lagi, saya hanya perlu minggat dari tradisi, kapok oleh rutinitas dan melawan itu semua meskipun sekedar jadi negasi. Tak mudah mencari makna, tapi tak larut menjadi sekedar bebek budaya pastinya perlu diperjuangkan: kita kadang masih sungkan dan tak enak hati. Tapi relung hati terdalam juga perlu dikunjungi dan diajak silaturrahmi. Jiwa kita yang mati karena beban kerja dan tuntutan duniawi juga perlu diziarahi. Agar senyum itu mengembang dari dalam dan cahayanya menerangi yang di luar.
Saat sepi menyesap, kita sesungguhnya tak sendiri. Sungguh-sungguh tak sendiri...
Comments