Skip to main content

Ngapain?

Seorang sahabat saya sarjana ilmu sosial yang lama tak jumpa suatu hari tiba-tiba bertanya: aku itu heran sama orang-orang yang tiba-tiba demam sedekah. Ngapain kalo cuma ngasih gelandangan sebungkus nasi? Besok toh mereka lapar lagi. Ngapain kalo cuma ngasih seribu rupiah, nasib pengamen kecil itu toh tak berubah. Besok pasti ngamen lagi di sini. Ngapain bagi-bagi Supermi sama orang miskin, mereka toh miskin karena malas. Lagipula, emang punya kompor? Kasih kompor dong ama minyaknya sekalian. Memberantas kemiskinan itu tidak bisa dengan memberikan ikan, you harus kasih kailnya. Klo ngasih ikan doang, you nggak mendidik mentalnya. Mereka akan terus meminta-minta, bahkan mungkin jumlahnya makin bertambah. Karena sepertinya orang-orang itu memberi sedekah niatnya cuma pengin dapat balasan rejeki dari Allah yang berlipat tapi males berfikir yang lebih sistemik. Yang memberdayakan gitu loh, bukan cuma kenyang sebentar besoknya tetep jadi gelandangan.

Saya hanya menelan ludah dan menerawang. Memangnya saya ini siapa sehingga dianggap 'mampu' memanggul problem kemiskinan struktural seberat itu? Sedangkan Khalifah Umar memberi tauladan dengan memanggul sekarung gandum agar rakyatnya yang kelaparan bisa makan. Benar bahwa berbagi sebungkus nasi atau sekeping uang logam tak akan mengubah apa-apa, yang miskin mungkin tetap miskin. Tapi sedekah itu manfaat terbesarnya bukan buat yang diberi, tapi yang memberi.

Sedekah akan membawa hati kita menjadi kaya, semiskin apapun kita. Lagipula, tak semua sedekah bisa sampai ke tangan yang tepat. Bahkan oleh Tuhan, sedekah pada orang yang salah pun (orang kaya, orang jahat, orang kafir) tetap diterima-Nya. Tapi namanya belajar, segala sesuatu harus melewati proses. Yang bersedakah karena pamrih agar Allah menolongnya dari kesulitan ya tidak apa-apa. Yang bersedekah agar cepet dapat jodoh ya boleh saja. Bahkan yang bersedekah agar terlihat bahwa ia pemurah 'mungkin sedikit lebih baik' ketimbang yang khotbah doang tak bersedekah apa-apa. Wallahu 'alam.

Suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi dan berfikir yang lebih sistemik untuk tidak sekedar bersedekah secara konsumtif. Kita akan ngobrol panjang lebar tentang kultur sedekah, tak cuma buat yang kaya tapi juga buat Saudara kita yang miskin. Allah sendiri telah berjanji bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, malah menambah dan menambah. Jadi pasti cocok kalo diterapkan pada Saudara kita yang kekurangan dan pengin tercukupi kebutuhannya.

Tapi sampai segala sesuatunya siap, tolong jangan melarang siapapun yang mampunya hanya sedekah ikan, bukan kail. Kita bahkan tak tahu, apakah Saudara kita di luar sana, di gubug tak berlampu dan pinggiran sungai rawan banjir masih bisa menikmati hidupnya besok pagi dengan senyuman, jika di malam dingin ini tak ada sesuatu yang bisa dimakan.

Comments

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan ...

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena...