Skip to main content

Terus Melangkah...

Satu yang saya pelajari dari Buku Pursuit of Happyness, saat keadaan memaksa kita untuk menyerah atau bertahan: kita harus terus maju. Saat sepasukan menyerang dan satu atau dua anggotanya tertembak tewas tepat di sebelah kita, kita harus terus maju. Kehidupan punya seribu sisi, yang setahu saya tak ada manusia yang mampu menjaga semuanya dalam kondisi sempurna. Selalu ada kekurangan, selalu ada kesalahan, selalu ada cacat.

Saat kita merasa hidup tak berguna, saat orang-orang mulai menyalahkan, saat teman-teman terbaik mulai pergi meninggalkan, saat seolah-olah kita tinggal sendirian saja di bumi yang kejam ini, saat otak buntu bahkan linglung, saat doa tak terjawab, saat-saat kita merasa segala sesuatu menjadi tidak mungkin kecuali menyerah, teruslah melangkah maju. Meskipun selangkah, meskipun setengah langkah...

Terus melangkah maju, itulah inti permainannya. Kesuksesan adalah bagaimana memahami yang tak dipahami logika, dan mengikuti keyakinan kita yang terdalam. Tuhan sudah tak sabar ingin menemui para pemenang yang babak belur dengan hadiah utama-Nya yang tak main-main.

Jangan menoleh ke belakang, jangan berbelok, teruslah melangkah maju...

Comments

Batik Doodle said…
Tuhan tidak perlu ''?''
Anonymous said…
itu dulu saya alami, mungkin sekarang masih saja, namun tulisan panjenengan mengingatkan saya, walo begitu selama ini saya tetap maju walo 1/2 langkah ato 1/4 ato 1/8 saya ga tau, yg penting istiqomah, monggo, matur nuwun, sukses u/ petakumpet
Anonymous said…
Jadi bersemangat setelah baca postingan ini, makasih......
M. Arief Budiman said…
Tentu saja kita perlu Tuhan Mas, tapi Beliau memang maha bikin skenario, biar endingnya dahsyat. Asal kita terus melangkah, yang lain udah diatur oleh-Nya. Pejamkan mata dan yakinlah, langkahkan kaki jangan berhenti...

Popular posts from this blog

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena...

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seb...