Setiap kali terjadi gempa - dalam skala richter berapapun - yang saya pikirkan biasanya apakah gempa ini akan terulang lagi dan apakah dalam skala yang lebih besar. Semalam saat sedang lembur tiba-tiba kentongan poskamling berbunyi sangat keras dan berulang: sayapun keluar kantor dan orang-orang bilang ada gempa. Tentu saja bukan karena dahsyatnya kentongan dipukul lalu terjadi gempa ;) Di jalan-jalan kampung banyak yang keluar rumah: untuk menyelamatkan diri tentu saja, sambil cek kondisi tetangga: jangan-jangan cuma rumah kita doang yang gempa. Nggak keren kan? He he he...
Dan refleks juga, biasanya orang-orang langsung nyari informasi. Bisa jadi gempanya gak keras disini, tapi siapa tahu di tempat lain sebuah kota terbalik? Atau tsunami bertamu diam-diam? Maka diserbulah radio, televisi atau detik.com. Setelah selama 1 sampai 2 jam memastikan kondisi aman, barulah boleh tidur lagi. Tentu ada yang gantian jaga dan pintu tak perlu dikunci.
Kalau-kalau gempa datang lagi, kita tak usah repot menyilakannya masuk. Dan tak perlu ribet meninggalkannya saat ia sibuk memporak-porandakan rumah kita. Kita bisa melihatnya dari luar sambil bersyukur: Tuhan masih mempercayakan nyawa-Nya pada kita.
Dan refleks juga, biasanya orang-orang langsung nyari informasi. Bisa jadi gempanya gak keras disini, tapi siapa tahu di tempat lain sebuah kota terbalik? Atau tsunami bertamu diam-diam? Maka diserbulah radio, televisi atau detik.com. Setelah selama 1 sampai 2 jam memastikan kondisi aman, barulah boleh tidur lagi. Tentu ada yang gantian jaga dan pintu tak perlu dikunci.
Kalau-kalau gempa datang lagi, kita tak usah repot menyilakannya masuk. Dan tak perlu ribet meninggalkannya saat ia sibuk memporak-porandakan rumah kita. Kita bisa melihatnya dari luar sambil bersyukur: Tuhan masih mempercayakan nyawa-Nya pada kita.
Comments