Disampaikan Dalam Sarasehan Penataan Iklan Media Luar Griya di Provinsi DIY yang Berwawasan Budaya
Dewan Kebudayaan Provinsi DIY - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Sabtu, 4 Agustus 2007
Dewan Kebudayaan Provinsi DIY - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Sabtu, 4 Agustus 2007
Permasalahan Beriklan di Media Luar Ruang
Berapa lama (detik/menit) waktu yang diperlukan oleh seorang pengendara atau pejalan kaki untuk mencerna sebuah iklan luar ruang yang penuh pesan? Maaf Mas saya gak punya waktu kecuali iklan itu sangat menarik dan bermanfaat buat saya!
Saya ingin mengingatkan bahwa iklan termahal adalah iklan yang tidak pernah dibaca audiens! Stop Pemborosan! Bagaimana caranya?
Memahami Content & Context
Mari mengurai permasalahan iklan outdoor yang bisa dibedakan menjadi Content (Materi Iklan) dan Context (Penempatan iklan di titik tertentu)
Content:
- Isi Iklan
- Ide/kreativitas iklan
- Cara Penyajian (Craftmanship)
Context:
- Titik Pemasangan
- Kompetitor
- Environtment
Nah, ini menjadi tantangan bagi para pakar desain urban, pemerintah kota, budayawan, biro iklan dan pelaku bisnis media ruang luar
Bisakah kita mengubah masalah content & context media luar ruang ini menjadi potensi yang mengubah wajah kota menjadi lebih cantik, lebih indah, lebih ramah?
Solusi Dengan Berbagi Tanggung Jawab
Content:
- Isi Iklan: Advertiser (single message)
- Ide/kreativitas iklan: Agency + Advertiser (simple, focus, unique, communicative)
- Cara Penyajian: Agency (optimum execution)
Context:
- Titik Pemasangan : Government (regulasi yang tepat dan pasti)
- Kompetitor: Agency (lewat dialog inter/antar asosiasi)
- Environment: Agency + Government + NGO Terkait (konsorsium/pengawas)
Dilema buat Pemerintah Kota & Masyarakat
Bagaimana menyeimbangkan income jangka pendek dan jangka panjang dalam konteks iklan luar ruang. Bukan memaksimalkan jangka pendek tapi merusak jangka panjang. Tapi optimal-kan pemasukan jangka pendek untuk membangun saluran income masa depan.
Income jangka pendek:
- Biaya pajak + sewa iklan media luar ruang konvensional
- Biaya pajak umum
- Biaya perijinan
Hasil jangka panjang:
- Biaya pajak + sewa iklan media luar ruang non konvensional
- Wajah kota lebih tertata dan memiliki keunikan (khas)
- Ruang publik yang lebih ramah
- Bangunan sejarah lebih terjaga/terawat
- Mengundang lebih banyak wisatawan (dalam/luar)
- Pemberitaan media massa yang lebih supportif
Bagaimana cara memaksimalkan iklan luar ruang untuk mempercantik wajah kota dan penghuninya?
Memaksimalkan fungsi ruang kota sebagai:
- Galeri seni raksasa
- Sarana pencerahan (enlightment)
- Sarana pembelajaran (edukasi)
- Media komunikasi (silaturrahmi)
- Media promosi yang cerdas
Ambient Media: Terobosan Bisnis yang Berbasis Kreatif*
Ambient Media adalah media beriklan yang memanfaatkan lingkungan (environment) dengan cara seunik mungkin sehingga setiap audiens yang melewatinya bisa tersenyum, tertawa, dan ingat akan pesan iklan tersebut. Kekuatannya terletak pada pesan iklannya yang terintegrasi dengan lingkungan.
Semakin banyaknya billboard yang penempatannya tidak teratur malah membuat pandangan menjadi tidak enak. Padahal media ruang luar tidak sesempit itu. Apapun yang kita lihat di sekitar kita, dipandu oleh kreativitas kita dalam mengolahnya, pasti bisa menjadi media iklan yang unik.
Contoh: dengan tidak menghilangkan aspek fungsionalnya, elemen-elemen ruang publik bisa didesain untuk menampilkan pesan kampanye iklan tanpa harus mengganggu. Tentunya harus dilandasi konsep yang kuat, agar pesan bisa tersampaikan. Bahkan sebuah tempat sampah pun bisa divisualkan menjadi iklan yang menarik. Seperti yang oleh Nike, dengan menaruh papan basket berlogo di belakang setiap tempat sampah.
Kalau di Indonesia, apapun yang terkait dengan perizinan media ruang luar, pasti harus berurusan dengan Pemerintah kota. Nah, sekarang saatnya berdialog untuk mencari titik temu (win-win solution).
*Sumber: media-ide.bajingloncat.com/2006/03/17/media-ruang-luar-untuk-iklan
Penutup: Saatnya Jadi Lebih Baik!
Sekaranglah saat terbaik untuk menjadikan Jogja sebagai pelopor media luar ruang ramah lingkungan di Indonesia. Dari pengamatan saya, media luar ruang di manapun di Indonesia baru sebatas diperah hasilnya sebagai pendapatan jangka pendek oleh Pemda dan pemasangannya pun untuk mendapatkan hasil jangka pendek bagi pengusaha.
Ada perkecualian bagi para pemilik brand international dan beberapa brand nasional yang faham betul bagaimana berkomunikasi lewat media luar ruang. Mereka tidak akan sembarangan beriklan, karena menjaga wajah/image brand dengan sangat hati-hati dan efektif. Bukan sekedar short term income yang dikejar tapi justru value. Dengan value yang tinggi maka public trust terhadap brand-pun main tinggi. Brand yang dikenal dan dihormati oleh public akan mempunyai keleluasaan untuk memarketingkan produknya dengan lebih elegan dan lebih laku.
Mari kita mulai perbaikan dari diri sendiri, mulai dari yang kecil-kecil, mulai sekarang. Dan dari ruangan ini.
Berapa lama (detik/menit) waktu yang diperlukan oleh seorang pengendara atau pejalan kaki untuk mencerna sebuah iklan luar ruang yang penuh pesan? Maaf Mas saya gak punya waktu kecuali iklan itu sangat menarik dan bermanfaat buat saya!
Saya ingin mengingatkan bahwa iklan termahal adalah iklan yang tidak pernah dibaca audiens! Stop Pemborosan! Bagaimana caranya?
Memahami Content & Context
Mari mengurai permasalahan iklan outdoor yang bisa dibedakan menjadi Content (Materi Iklan) dan Context (Penempatan iklan di titik tertentu)
Content:
- Isi Iklan
- Ide/kreativitas iklan
- Cara Penyajian (Craftmanship)
Context:
- Titik Pemasangan
- Kompetitor
- Environtment
Nah, ini menjadi tantangan bagi para pakar desain urban, pemerintah kota, budayawan, biro iklan dan pelaku bisnis media ruang luar
Bisakah kita mengubah masalah content & context media luar ruang ini menjadi potensi yang mengubah wajah kota menjadi lebih cantik, lebih indah, lebih ramah?
Solusi Dengan Berbagi Tanggung Jawab
Content:
- Isi Iklan: Advertiser (single message)
- Ide/kreativitas iklan: Agency + Advertiser (simple, focus, unique, communicative)
- Cara Penyajian: Agency (optimum execution)
Context:
- Titik Pemasangan : Government (regulasi yang tepat dan pasti)
- Kompetitor: Agency (lewat dialog inter/antar asosiasi)
- Environment: Agency + Government + NGO Terkait (konsorsium/pengawas)
Dilema buat Pemerintah Kota & Masyarakat
Bagaimana menyeimbangkan income jangka pendek dan jangka panjang dalam konteks iklan luar ruang. Bukan memaksimalkan jangka pendek tapi merusak jangka panjang. Tapi optimal-kan pemasukan jangka pendek untuk membangun saluran income masa depan.
Income jangka pendek:
- Biaya pajak + sewa iklan media luar ruang konvensional
- Biaya pajak umum
- Biaya perijinan
Hasil jangka panjang:
- Biaya pajak + sewa iklan media luar ruang non konvensional
- Wajah kota lebih tertata dan memiliki keunikan (khas)
- Ruang publik yang lebih ramah
- Bangunan sejarah lebih terjaga/terawat
- Mengundang lebih banyak wisatawan (dalam/luar)
- Pemberitaan media massa yang lebih supportif
Bagaimana cara memaksimalkan iklan luar ruang untuk mempercantik wajah kota dan penghuninya?
Memaksimalkan fungsi ruang kota sebagai:
- Galeri seni raksasa
- Sarana pencerahan (enlightment)
- Sarana pembelajaran (edukasi)
- Media komunikasi (silaturrahmi)
- Media promosi yang cerdas
Ambient Media: Terobosan Bisnis yang Berbasis Kreatif*
Ambient Media adalah media beriklan yang memanfaatkan lingkungan (environment) dengan cara seunik mungkin sehingga setiap audiens yang melewatinya bisa tersenyum, tertawa, dan ingat akan pesan iklan tersebut. Kekuatannya terletak pada pesan iklannya yang terintegrasi dengan lingkungan.
Semakin banyaknya billboard yang penempatannya tidak teratur malah membuat pandangan menjadi tidak enak. Padahal media ruang luar tidak sesempit itu. Apapun yang kita lihat di sekitar kita, dipandu oleh kreativitas kita dalam mengolahnya, pasti bisa menjadi media iklan yang unik.
Contoh: dengan tidak menghilangkan aspek fungsionalnya, elemen-elemen ruang publik bisa didesain untuk menampilkan pesan kampanye iklan tanpa harus mengganggu. Tentunya harus dilandasi konsep yang kuat, agar pesan bisa tersampaikan. Bahkan sebuah tempat sampah pun bisa divisualkan menjadi iklan yang menarik. Seperti yang oleh Nike, dengan menaruh papan basket berlogo di belakang setiap tempat sampah.
Kalau di Indonesia, apapun yang terkait dengan perizinan media ruang luar, pasti harus berurusan dengan Pemerintah kota. Nah, sekarang saatnya berdialog untuk mencari titik temu (win-win solution).
*Sumber: media-ide.bajingloncat.com/2006/03/17/media-ruang-luar-untuk-iklan
Penutup: Saatnya Jadi Lebih Baik!
Sekaranglah saat terbaik untuk menjadikan Jogja sebagai pelopor media luar ruang ramah lingkungan di Indonesia. Dari pengamatan saya, media luar ruang di manapun di Indonesia baru sebatas diperah hasilnya sebagai pendapatan jangka pendek oleh Pemda dan pemasangannya pun untuk mendapatkan hasil jangka pendek bagi pengusaha.
Ada perkecualian bagi para pemilik brand international dan beberapa brand nasional yang faham betul bagaimana berkomunikasi lewat media luar ruang. Mereka tidak akan sembarangan beriklan, karena menjaga wajah/image brand dengan sangat hati-hati dan efektif. Bukan sekedar short term income yang dikejar tapi justru value. Dengan value yang tinggi maka public trust terhadap brand-pun main tinggi. Brand yang dikenal dan dihormati oleh public akan mempunyai keleluasaan untuk memarketingkan produknya dengan lebih elegan dan lebih laku.
Mari kita mulai perbaikan dari diri sendiri, mulai dari yang kecil-kecil, mulai sekarang. Dan dari ruangan ini.
Comments