Minggu 27 Mei 2007, kereta api Lodaya yang saya naiki dari Bandung ke Jogja berhenti di Warung Bandrek (bukan warung, tapi semacam stasiun kecil). Entah kenapa iseng saya kumat, saya ingin sedekah pada orang yang saya temui yang saya anggap pantes menerima. Di saku saya ada uang 40 ribu, saya niatkan 20 ribu untuk sedekah.
Kebetulan keretanya agak lama, jadi saya sempat turun mencari-cari dan tidak ketemu. Hanya ada para penumpang dan petugas PJKA. Tiba-tiba dari jarak sekitar 50 meter, ada seorang bapak membawa sabit dan karung untuk mencari rumput berjalan tapi arahnya menjauhi saya. Saya pikir: Nah, ini dia! Agar saya bisa menyampaikan sedekah dengan cara wajar (agak aneh rasanya kalo saya lari mengejar dia trus memberikan sedekah) di dalam batin saya memanggilnya: Ayo Pak, tolong saya.. Balik, balik, balik..
Tapi dia terus saja berjalan semakin jauh. Batin sayapun iseng lagi: Kalo Bapak gak balik, maka kereta ini yang akan mundur.
Sebentar kemudian penumpang diminta naik. Dan Subhanallah.. keretanya mundur searah perginya Bapak tadi. Ternyata kereta yang berhenti di persimpangan rel ini berpapasan dengan kereta lain yang perlu ditarik keluar jalurnya dengan cara mundur dulu.
Saat kereta mundur inilah saya melihatnya sedang menyabit rumput di pinggir rel dan saya sampaikan sedekah saya lewat pintu kereta yang terbuka. Allahu Akbar, hanya atas ijin-Nyalah keajaiban kecil ini terjadi…
Kebetulan keretanya agak lama, jadi saya sempat turun mencari-cari dan tidak ketemu. Hanya ada para penumpang dan petugas PJKA. Tiba-tiba dari jarak sekitar 50 meter, ada seorang bapak membawa sabit dan karung untuk mencari rumput berjalan tapi arahnya menjauhi saya. Saya pikir: Nah, ini dia! Agar saya bisa menyampaikan sedekah dengan cara wajar (agak aneh rasanya kalo saya lari mengejar dia trus memberikan sedekah) di dalam batin saya memanggilnya: Ayo Pak, tolong saya.. Balik, balik, balik..
Tapi dia terus saja berjalan semakin jauh. Batin sayapun iseng lagi: Kalo Bapak gak balik, maka kereta ini yang akan mundur.
Sebentar kemudian penumpang diminta naik. Dan Subhanallah.. keretanya mundur searah perginya Bapak tadi. Ternyata kereta yang berhenti di persimpangan rel ini berpapasan dengan kereta lain yang perlu ditarik keluar jalurnya dengan cara mundur dulu.
Saat kereta mundur inilah saya melihatnya sedang menyabit rumput di pinggir rel dan saya sampaikan sedekah saya lewat pintu kereta yang terbuka. Allahu Akbar, hanya atas ijin-Nyalah keajaiban kecil ini terjadi…
Comments