Skip to main content

Kembali ke Masjid


Bersama teman-teman di Petakumpet, saya sedang menyiapkan satu kampanye promosi PSA (Public Service Advertisement) bertema Kembali ke Masjid. Kampanye ini ingin mengembalikan fungsi masjid yang utuh sebagai pusat menyelesaikan permasalahan manusia di dunia maupun akhirat, utamanya buat muslim meskipun masjid terbuka buat siapa saja yang mau datang.

Untuk memanggil kembali umat Islam yang stress, was-was, kuatir, tercerai berai, diperbudak pekerjaan, dirampas hak ekonominya, terpaksa jadi teroris karena salah didik: untuk kembali ke masjid menemui dirinya yang sejati. Kembali pada Allah dengan bersih hati.

Medianya terdiri dari above,below & aktivasi di Jogja dan sekitarnya tapi tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan di seluruh Indonesia. Rencananya akan ditayangkan menyambut Ramadhan tahun ini. Pada tahun 2005 kemarin kami pernah membuat kampanye menyambur Ramadhan dengan media luar ruang berupa banner dan spanduk yang dipasang di areal kuburan Krapyak Jogja mendapat sambutan luar biasa, juga telah dimuat di Kedaulatan Rakyat dan Majalah Desain Grafis Concept

Nah, kebetulan saat ini saya sedang cari referensi, salah satunya kumpulan puisi Emha Ainun Nadjib yang berjudul 'Seribu Masjid Satu Jumlahnya' terbitan tahun 1990-an. Kebetulan pula, sampai saat ini belum nemu.

Jika ada temen-temen yang punya dan boleh dipinjem, tolong bisa menghubungi saya di arief_009@yahoo.com. Atau jika Anda tertarik dengan project ini dan ingin bergabung silakan menghubungi email saya. Semakin banyak yang terlibat maka makin asyiklah kampanye ini dilaksanakan. Saya tidak menyiapkan imbalan khusus, biar Allah yang melapangkan rejeki Anda. Dan karena kampanye PSA ini lebih condong ke akhirat, janji Allah untuk membantu hamba-Nya yang telah membantu agama Allah itu jauh melebihi imbalan apapun yang pernah kita semua bayangkan.

Saya tunggu kabar baiknya, yach :)

Comments

Popular posts from this blog

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena...

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seb...