Skip to main content

Promosi di Nomor Buntut

Ketika menemui perusahaan untuk menawarkan penanganan kampanye promosi mereka secara integrated, ternyata jawaban yang saya terima sering sangat menyedihkan:
  • Kami tidak punya anggaran promosi, lagipula begini aja udah laku kok
  • Jangankan mau promosi Mas, mau bayar karyawan aja ngos-ngosan
  • Omzet sedang turun, anggaran promosi kami dibatalkan oleh Direksi

Hal penting yang saya catat: ternyata promosi belum mendapatkan prioritas yang penting di banyak perusahaan. Kesan yang saya peroleh, jika ada dana lebih tak terpakai, baru boleh promosi. Promosi masuk prioritas nomor buntut. Jadi saya tidak heran jika banyak perusahaan di Indonesia yang tidak populer, tidak branded. Jumlah perusahaannya sih buanyak, tapi tidak jelas positioning-nya.

Lihatlah Mc.Donalds, Coca Cola, Apple, Microsoft, Nike atau Adidas. Secara kualitas kita tidak kalah dengan mereka (malah produksinya di sini), tapi secara brand? Jangan dibandingkan jika nggak ingin malu.

Banyak decision maker di perusahaan kita yang hanya percaya pada tangible assets (aset yang terlihat) dan tidak peduli pada intangible assets (aset tak terlihat). Mereka akan mengeluarkan dana berapapun untuk renovasi gedung dan mendatangkan mesin produksi baru, tapi tidak sepeserpun untuk membangun merk dan menciptakan pasar baru. Akibatnya, perusahaan memang masih bisa untung tapi pencapaiannya hanya segitu-segitu aja dari tahun ke tahun (syukur jika gak sampe gulung tikar).

Tapi pandangan negatif itu bisa jadi disebabkan oleh trauma kegagalan promosi. Dari banyak kasus, kegagalan di bidang ini disebabkan iklan dibuat oleh orang yang kurang memahami ilmu periklanan. Biasanya dengan alasan penghematan (mencari agency yang biayanya paling murah) atau biar proyeknya gak dikerjakan orang lain. Tanpa pengetahuan yang cukup, agency akan didikte oleh klien dan membuat kreativitas tidak berkembang. Tujuan promosipun gagal total.

Atau jika iklan itu dibuat oleh agency yang mengerti prinsip-prinsip ilmu periklanan, namun agency tersebut lebih memilih tunduk kepada kemauan kliennya daripada kehilangan klien tersebut. David Ogilvy pernah mengatakan: the job of agency is to tell clients the needs they don’t know, not just to do what clients told them. Agency mesti mengedukasi klien kebutuhan mereka yang sesungguhnya demi kebaikan klien: nggak cuma ngikut apa maunya klien aja.

Untuk mengefektifkan promosi, yang terpenting adalah ide yang mengarah kepada pencapaian tujuan, bukan budget-nya. Adalah efektifitas strateginya, bukan seberapa besar dan seberapa seringnya iklan dipasang.

Iklan termahal bukan iklan yang nilai tagihannya paling tinggi. Iklan termahal adalah iklan yang tidak efektif, seberapapun murahnya iklan itu dibuat. Bukan pada biaya bikinnya, tapi pada akibat negatif yang harus diderita sebuah brand ketika dikomunikasikan secara tidak tepat.

Dan iklan-iklan yang - secara de facto - di-approve oleh dept. purcashing dan bukan dept. marketing communication: seringkali terjebak menjadi sumber pemborosan yang luar biasa, meskipun dalam budget seolah hemat tak terkira.

Comments

Anonymous said…
Selamat malam, Mas Budiman, saya sangat terinspirasi dengan pendapat mas mengenai pentingnya melaksanakan promosi. Jujur, saya butuh advis dari Mas Budiman. Begini, Alhamdullilah, tahun 2006 kemarin saya memberanikan diri membuka perusahaan yang bergerak dalam bidang konsultan pertukaran pendidikan dan kebudayaan, dengan visi membangun komunitas warga dunia untuk siswa/i SMP-Perguruan tinggi jajaran terbaik di Jakarta, Indonesia. Promosi seperti apa yang terbaik dan efektif menurut Mas Budiman? Ditunggu jawabannya, terimakasih.
Anonymous said…
sangat menarik, terima kasih

Popular posts from this blog

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena...

The Secret Behind Sluku-Sluku Bathok

Sluku-sluku bathok Bathoke ela-elo Si Rama menyang Solo Oleh-olehe payung mutho Pak jenthit lolo lo bah Yen mati ora obah Yen obah medeni bocah Yen urip golekko dhuwit Seorang guru saya memberikan pencerahan siang itu. Pak Nunuk namanya. Hidup – katanya – tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi seimbang. Lagu jaman Wali Songo menuturkan: Sluku-sluku bathok , bathok (kepala) kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya. Kalo diforsir terus bisa aus, stress, hang, macet daya pikirnya. Bathoke ela-elo , dengan cara berdzikir (ela-elo = Laa Ilaaha Ilallah), mengingat Allah akan mengendurkan syaraf neuron di otak. Lalu Si Rama menyang Solo, siram (mandilah, bersuci) menyang (menuju) Solo (Sholat). Lalu bersuci dan dirikanlah sholat. Saya ingat ada kutipan berbunyi: Jadikanlah sholat itu istirahatmu. Lalu apa fadhilah sholat? Oleh-olehe payung mutho , yang sholat akan mendapatkan perlindung...