Tidak mudah untuk bicara apa adanya di blog seperti ini. Guy Kawasaki, pengarang buku Rules for Revolutioners mengatakan, menulis di blog jangan seperti menulis diary tapi seolah-olah menulis buku atau artikel. Jadi ada gunanya buat yang baca. Dan otomatis pengunjungnya akan makin banyak.
Tapi satu kesulitannya, kadang-kadang ada buah pikiran yang tak bisa diformulasikan dalam bentuk 'layak baca.' Mungkin hanya cemooh, kemarahan, kesedihan atau sekedar angin lewat. Atau mungkin lebih baik yang begituan ditulis di diary personal aja ya? Karena sekali online, maka orang dari kutub utarapun bisa mengakses. Dan celakanya, kadang-kadang orang-orang yang kenal kitapun membacanya.
Lalu muncullah komentar yang miring: Kok kamu sekarang begitu sih? Kenapa pikiranmu jadi picik begitu sekarang? Setelah kubaca tulisanmu di blog ternyata kamu orangnya nggak dewasa.. dst. dst..
So, apakah kita harus nulis yang baik-baik saja di sini? Semuanya kembali pada kita, toh blog yang kita tulis cuma cermin. Dan jika cermin harus dibelah karena muka yang buruk, maka kita tak akan punya cermin lagi.
Dan muka yang burukpun tak berubah jadi baik karenanya...
Tapi satu kesulitannya, kadang-kadang ada buah pikiran yang tak bisa diformulasikan dalam bentuk 'layak baca.' Mungkin hanya cemooh, kemarahan, kesedihan atau sekedar angin lewat. Atau mungkin lebih baik yang begituan ditulis di diary personal aja ya? Karena sekali online, maka orang dari kutub utarapun bisa mengakses. Dan celakanya, kadang-kadang orang-orang yang kenal kitapun membacanya.
Lalu muncullah komentar yang miring: Kok kamu sekarang begitu sih? Kenapa pikiranmu jadi picik begitu sekarang? Setelah kubaca tulisanmu di blog ternyata kamu orangnya nggak dewasa.. dst. dst..
So, apakah kita harus nulis yang baik-baik saja di sini? Semuanya kembali pada kita, toh blog yang kita tulis cuma cermin. Dan jika cermin harus dibelah karena muka yang buruk, maka kita tak akan punya cermin lagi.
Dan muka yang burukpun tak berubah jadi baik karenanya...
Comments