Sumber inspirasi dalam penciptaan ide kreatif bisa berasal dari bermacam-macam hal. Jika disederhanakan: ide itu bisa didapatkan secara conventional dan/atau uncoventional.
Secara biasa-biasa aja, atau dengan cara yang berbeda dari biasanya. Conventional merujuk pada peran logika (otak kiri) dalam memahami permasalahan dan mencari solusi pemecahannya lewat analisa data yang bisa didapatkan dari internet, perpustakaan, riset, dll. Sementara uncoventional merujuk pada peran kreatif (otak kanan) yang dibutuhkan dalam proses idea development atas solusi logis yang telah ditemukan.
Ide kreatif kadang berasal dari dalam ruang meeting kreatif, tapi bisa juga tercetus di taman kanak-kanak, mall, bengkel kereta api, warung koboi, atau – yang paling sering – toilet!
Itulah sebabnya timbul kecenderungan dari biro iklan, biro desain atau seorang desainer grafis untuk ‘mewarnai’ output kreatif yang dihasilkannya. Bagaimanapun juga, tidak ada bentuk ideal atau ruang kosong penciptaan yang lepas sama sekali dari background kreatornya (pendidikan, hobi, lingkungan, kebiasaan, dll.). The man behind the mouse adalah aktor paling penting dalam proses kreatif. Kecenderungan ini sama sekali tidak dilarang, tetapi sebaiknya diletakkan pada porsi yang pas, sehingga bisa memberikan daya dukung optimal pada rangkaian proses perancangan komunikasi visualnya. Bukannya malah berdiri sendiri sehingga menimbulkan kebingungan audiens: ini konsep sama visualisasinya rasanya kok gak nyambung sih?
Pembuatan serangkaian creative artworks (dalam bentuk kampanye komunikasi visual yang integrated) tetap harus memperhatikan tahapan perancangan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan komunikasi visual yang jauh lebih kompleks, tidak sekedar artistic looked semata.
Dan desainer atau art director/copy writer bukanlah hero yang bisa bekerja sendiri dalam proses penciptaan ide kreatif. Mereka adalah anggota tim yang berfikir, berdiskusi dan bertindak, bahkan bernafas sebagai sebuah tim.
Tanpa itu, revolusi tak pernah ada di dunia ini. Inovasi menjadi kata yang kesepian. Dan desainer akan menjelma 'seniman nanggung'. Penginnya idealis, tapi gak nyambung.
Secara biasa-biasa aja, atau dengan cara yang berbeda dari biasanya. Conventional merujuk pada peran logika (otak kiri) dalam memahami permasalahan dan mencari solusi pemecahannya lewat analisa data yang bisa didapatkan dari internet, perpustakaan, riset, dll. Sementara uncoventional merujuk pada peran kreatif (otak kanan) yang dibutuhkan dalam proses idea development atas solusi logis yang telah ditemukan.
Ide kreatif kadang berasal dari dalam ruang meeting kreatif, tapi bisa juga tercetus di taman kanak-kanak, mall, bengkel kereta api, warung koboi, atau – yang paling sering – toilet!
Itulah sebabnya timbul kecenderungan dari biro iklan, biro desain atau seorang desainer grafis untuk ‘mewarnai’ output kreatif yang dihasilkannya. Bagaimanapun juga, tidak ada bentuk ideal atau ruang kosong penciptaan yang lepas sama sekali dari background kreatornya (pendidikan, hobi, lingkungan, kebiasaan, dll.). The man behind the mouse adalah aktor paling penting dalam proses kreatif. Kecenderungan ini sama sekali tidak dilarang, tetapi sebaiknya diletakkan pada porsi yang pas, sehingga bisa memberikan daya dukung optimal pada rangkaian proses perancangan komunikasi visualnya. Bukannya malah berdiri sendiri sehingga menimbulkan kebingungan audiens: ini konsep sama visualisasinya rasanya kok gak nyambung sih?
Pembuatan serangkaian creative artworks (dalam bentuk kampanye komunikasi visual yang integrated) tetap harus memperhatikan tahapan perancangan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan komunikasi visual yang jauh lebih kompleks, tidak sekedar artistic looked semata.
Dan desainer atau art director/copy writer bukanlah hero yang bisa bekerja sendiri dalam proses penciptaan ide kreatif. Mereka adalah anggota tim yang berfikir, berdiskusi dan bertindak, bahkan bernafas sebagai sebuah tim.
Tanpa itu, revolusi tak pernah ada di dunia ini. Inovasi menjadi kata yang kesepian. Dan desainer akan menjelma 'seniman nanggung'. Penginnya idealis, tapi gak nyambung.
Comments