Skip to main content

W. Mitchell



Dia sedang meluncur sepanjang jalan raya dengan kecepatan enam puluh lima mil perjam ketika mendadak hal itu terjadi. Sesuatu di tepi jalan menarik perhatiannya, dan ketika dia kembali memperhatikan jalan, ia hanya punya waktu satu detik untuk menanggapinya. Hampir saja terlambat. Truk besar di depannya mendadak berhenti tanpa diduga. Seketika, untuk menyelamatkan nyawanya, dia memiringkan motornya ke bawah untuk meluncur dengan gesekan menyakitkan yang terasa lama sekali.

Dalam usahanya mengurangi kecepatan, ia terperosok ke bawah truk. Tutup tangkinya terlempar dan yang terburuk pun terjadi; bahan bakar mengalir ke luar dan meledak. Waktu dia sadar, sudah terbaring di rumah sakit dengan nyeri yang amat sangat, tak mampu bergerak, dan takut bernafas. Tiga perempat bagian tubuhnya mengalami luka bakar tingkat tiga yang sangat parah. Masih saja ia berusaha tidak menyerah. Ia berusaha tetap hidup dan meniti kembali karier usahanya, hanya untuk mengalami kejutan lainnya; kecelakaan pesawat terbang yang menyebabkannya lumpuh dari pinggang ke bawah selamanya.

Namanya W. Mitchell, dan ia masih hidup, sehat dan tinggal di Colorado. Sejak kecelakaan motornya yang mengerikan, ia diketahui lebih berhasil dan bahagia daripada kebanyakan orang sepanjang hidupnya. Ia mengembangkan hubungan pribadi yang mengagumkan dengan beberapa orang paling berpengaruh di Amerika.

Ia menjadi jutawan dalam usahanya. Bahkan ia mencalonkan diri menjadi anggota kongres, walaupun wajahnya cacat. Slogan kampanyenya: Pilih saya menjadi anggota kongres, dan saya tidak akan menjadi hanya muka cantik lainnya di sana. Kini ia memiliki hubungan yang baik dengan wanita istimewa, dan ia bahagia berkampanye pemilihan Gubernur Colorado tahun 1986.

Source: www.dahsyat.com


Comments

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat