Transkrip wawancara dari Majalah Desain Grafis Concept Vol 2 Edisi 08, Desembar 2005 (sebelum diedit):
Jabatan Mas yang berlaku saat ini sesuai di Profile (Marketing Director) atau di Kartu Nama (Bussines Development Director?)
Jabatan terakhir saya saat ini di Bussines Development Director. Terakhir kali pegang Marketing Director, Juli 2004. Sebelumnya di Creative Director, terakhir 2001.
Kami menilai tindakan Mas untuk kembali membangun usaha di kampung halaman sendiri (dan bukan di Jakarta yang sudah penuh pembangunan) sebagai sebuah tindakan yang berani, terpuji dan patut dicontoh. Mohon beri penjelasan mengenai...
Apa saja kegiatan bisnis yang dulu Anda lakukan di Jakarta?
Saya magang di PT. Lingkom Ad. Saya agak lupa waktu persisnya tapi di magangnya di awal 1998 dan jadi freelance designer di akhir 1998. Hanya sekitar 3 bulanan.
Apa penyebab Anda kembali ke Yogya?
Sebenarnya saya gak punya tujuan luhur di awal, atau tiba-tiba jadi pemberani. That�s not it. Seperti Diponegoro juga tidak pernah bercita-cita jadi pahlawan. Hanya gara-gara rumahnya dipasang pathok ama Belanda, trus dia marah lalu memberontak. Selanjutnya kita mengenal Diponegoro sebagai pahlawan.
Jogja menarik saya dengan cara yang aneh, karena pada tahun 1994 saya juga diterima di Desain Grafis ITB, yang lebih mentereng ketimbang Diskomvis ISI Jogja. Tapi saya pilih ke Jogja meskipun Ayah saya minta ke Bandung. Saya merasa ditakdirkan untuk hidup disini, saya merasa nyaman dan ingin mengembangkan potensi kreatif yang belum termaksimalkan di sekitar saya. Jakarta udah banyak orang pinter, tapi dengan stay disini kita bisa jadi sparring partner-nya temen-temen Jakarta. Saya percaya ide besar bisa tumbuh dimana saja, tak cuma dari perusahaan besar. Ide itu gratis, asal kita mau melihat segala sesuatu yang biasa dengan cara yang berbeda.
Apalagi internet telah menihilkan jarak. Komunikasi kita malam ini adalah bukti, sepertinya kita hanya tetanggaan saja, kayak di sebelah ruangan. Padahal Anda di Jakarta, saya di Jogja.
Kesulitan & kemudahan apa yang Anda alami/nikmati ketika memulai usaha ini di Yogya?
Kesulitannya banyak. Tapi saya nggak mau pusing dengan faktor kesulitan yang ada, saya lebih seneng melihat faktor positifnya. Kesulitan itu satu kesempatan buat kita untuk naik kelas. Kesulitan itu hanya bumbu, bukan substansi. Saya percaya tema iklannya Adidas, impossible is nothing.
Jogja mendukung penciptaan ide banyak sekali, kota ini makin sibuk dan tambah macet tapi juga menyediakan ruang hening di sela kesibukannya. Kita bisa makan minum di angkringan dan nongkrong 5 jam hanya dengan 10 ribu perak. Bangunlah jam 3 pagi dan gudeg hangat ada dimana-mana. Atau merenung di mesjid, gratis dan mengandung pahala. Saya pernah dapat ide ketika istirahat di sebuah kuburan di bawah pohon yang sangat rindang.
Btw, saya kurang bisa bercerita apa saja kelebihan Jogja, banyak sekali dan nggak habis-habis. Anda harus mengalaminya sendiri. Atmosfir kreatif disini kuat sekali saya rasakan.
Punya saran untuk putera-putera daerah yang menggeluti dunia desain grafis?
Hidup harus punya mimpi. Punya tujuan. Dan komitmen untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Desain grafis itu hanya alat, cuma jembatan. Yang penting buat saya, apapun keahliannya: harus bermanfaat buat orang lain. Menyumbang nilai positif buat society. Rahmatan lil 'alamin. Dan jangan lupa terus belajar. Seperti kata Steve Jobs, stay hungry stay foolish. Tetaplah merasa lapar, tetaplah merasa bodoh.
(Thanx buat Concept yang telah nyiapin 7 halaman meliput hal-hal kecil yang kita lakukan di Jogja, it means a lot to us here)
Comments
amat banyak menghias angkasa
aku ingin terbang dan menari
jauh tinggi ke tempat kau berada
SHaO LIN berkata : "Iya pa' hulu.."