Skip to main content

Susah Dibikin Sendiri

Tidak semua yang ingin kita kerjakan, kita kerjakan. Tidak semua yang wajib kita kerjakan, kita kerjakan. Tidak semua yang perlu kita kerjakan, kita kerjakan.

Kita saja punya tingkat ketidaktaatan pada diri sendiri, yang begitu tinggi. Yg diarahkan hati, yang diperintahkan otak, tak ditaati oleh mata, mulut, tangan, kaki. Pemberontakan internal yang tak mampu kita kendalikan.

Pengen sehat, tapi tak taat untuk disiplin makan makanan sehat. Pengen kaya, tapi tak taat untuk disiplin keuangan. Pengen masuk surga, tapi tak menyiapkan sungguh-sungguh bekalnya.

Mayoritas kita pengen sehat, tapi makan apa saja dan teratur rebahan. Mayoritas kita pengen sembuh, tanpa melewati sakit dan tanpa minum obat yang mungkin pahit. Pengennya kaya raya, tanpa ikhtiar tanpa doa tanpa susah payah. Pengennya masuk surga tanpa melewati pintu kematian dan duka cita.

Tapi namanya juga manusia, apalah kita ini kalo menjalani hidup tanpa drama-drama. Dididik acara gosip dari pagi ke pagi lagi, dininabobokkan sinetron tak berujung, dilatih ahli dalam aplikasi selfie foto dan video.

Inilah ragam kehidupan dan cara kita menjalaninya. Mau tertib, taat, disiplin atau seenak-enaknya, sewoles-wolesnya, itu adalah pilihan, yang dijamin kemerdekaannya.

Kita hidup di jaman yang begini sibuk, sehingga kopi sachet dan mie instant-pun masih minta dibikinkan, tak ada cukup waktu kita untuk merobek sachet lalu menuang air panas, apalagi untuk merebus mie dan mencampur bumbunya. 

Waktu kita habis untuk acara gosip, sinetron, selfie, debat, saling bully, saling menyalahkan, lomba pamer kepalsuan...

Comments

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat