Skip to main content

Tak Terasa Udah Setahun



Rasanya baru kemarin ketemu mereka-mereka ini, berdiskusi riuh sampai tengah malam dan mengagumi kiprah mereka di dunia desain Indonesia. Rasanya baru kemarin saat saya lantang berkata pada Ibu Mar'ie Pangestu agar tidak menyia-nyiakan talenta ajaib para Soe Hok Gie muda Indonesia ini. Agar pemerintah jangan menyesali keputusannya yang salah sehingga kelak baru mau mengenang sumbangsih luar biasa Soe Hok Gie saat yang bersangkutan telah mati. Jangan terlambat lagi setelah seringkali luput membaca potensi. Saat itu Bu Menteri manggut-manggut, tapi saya belum tahu persis apakah beliau setuju atau ngantuk.

Alumnus Finalis IYDEY 2006 ini saya yakin telah makin sukses. Dimuat di majalah-majalah nasional, dikenal bahkan di tingkat Internasional. Sampai 22 Juni 2007 ini akan digelar lagi ajang yang sama hanya beda brand: IYCEY (International Young Creative Enterpreneur of The Year 2007). Saya tidak tahu apakah finalis tahun lalu boleh daftar lagi, terus terang tidak jadi terpilih ke Inggris memang menyisakan hutang impian.

Tapi sudahlah, saya nikmati saja kegagalan tahun lalu itu dengan penuh rasa syukur. Saya masih harus berjalan. Menengok lagi tahun lalu telah menjadi pelajaran berharga sekaligus kenangan yang manis. Saya tidak tahu yang dipikirkan teman-teman saya sesama finalis. Tapi saya berharap mereka jauh lebih sukses sekarang. Saya yakin mereka terus belajar dan berkembang, karena sayapun begitu.

Tapi saya kurang yakin apakah Bu Menteri dan pemerintah sebagai penjaga gawang proses membangun creative economy negeri ini juga belajar. Yang saya tahu, menteri-menteri saat ini pasti sibuk bekerja, apalagi setelah reshuffle kemarin. Jadi waktunya terlalu sempit untuk belajar lagi ke level yang lebih tinggi.

Saya mulai takut bahwa para anak muda super kreatif di masa sekarang nasibnya lebih buruk daripada Soe Hok Gie saat itu. Tapi saya lebih takut lagi jika para decision maker mewarisi penyakit Soekarno ataupun Soeharto ketika semua keran kesempatan tidak disalurkan dan merasa kekuasaannya adalah cermin kebenaran.

Tapi jangan salahkan pemerintah, jangan kambinghitamkan menteri, jangan menurunkan Presiden. Jangan menuding siapapun untuk situasi buruk Indonesia saat ini. Itu bukan solusi. Yang terbaik arahkan telunjuk ke jidat sendiri, ambil cermin dan mulai introspeksi: apa yang bisa kita lakukan untuk menjadi bagian dari solusi dan bukan memperkeruh masalah.

Toh banyak hal menarik yang bisa dikerjakan sebelum mati menyusul Soe Hok Gie yang asli. Setahun lalu yang saya sampaikan ini pernah jadi topik hangat. Saya menghangatkannya sekali lagi: agar kita semua terbangun dan bukan cuma manggut-manggut.

Comments

Anonymous said…
tidak terlalu berharap pada pihak lain mungkin masih perlu kita lakukan saat ini,
melayani masyarakat,tetap menyeimbangkan juga dengan pengembangan pribadi mudah-mudahan tetap berlangsung dalam arti 'perjuangan' yang utuh

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat