Skip to main content

Jangan Baca Koran di Pagi Hari

Ini bukan hasutan, apalagi boikot atas koran. Saya sendiri adalah pembaca koran yang setia, menyukai rubrik sepakbola, bisnis dan sastra. Di kantor kita langganan 4 media: Kedaulatan Rakyat, Kompas, Sindo dan Tempo. Majalah Fortune-pun saya beli eceran.

Tentu saya perlu tahu ada kejadian apa hari ini, tapi saya tidak baca koran di pagi hari.

Kenapa? Pagi hari adalah saat-saat di mana otak kita berada pada kondisi paling bersih sehabis bangun tidur. Saya biasa bangun jam 4 pagi. Menurut saya, rata-rata 80% isi koran adalah berita yang biasa-biasa saja atau berita yang ditulis berdasarkan pola pikir negatif. Misalnya cerita tentang Adam Air yang hilang, pembasmian unggas suspect flu burung, wabah demam berdarah, pencurian, perampokan, penipuan, bencana alam, dsb. Kita jadi merasa hidup di sebuah negeri yang tak putus dirundung masalah. Bahkan untuk media gosip dan misteri, sebagian besar informasinya sampah. (Beneran, sampah!)

Pikiran kita yang bersih, jangan buru-buru dikotori dengan berita yang negatif, ditakuti dengan teror serta kekuatiran yang berlebihan. Pikiran kita sepanjang hari akan diliputi waswas karena 'menurut berita' kecelakaan ada dimana-mana. Kita lalu takut bepergian. Jadi takut ngapa-ngapain. Kita jadi kuatir sepanjang hari, terus menerus. Baca koran atau nonton teve ketemu berita atau acara yang sampah secara tidak sadar akan mematikan elan kreativitas kita, mengurangi penyerapan kita atas ilmu pengetahuan dan membuat kita sulit berpikir positif.

Di pagi hari saya lebih memilih menulis, baca buku sambil belajar, dengerin audio book, dengerin ceramah pengajian atau jalan-jalan menghirup udara pagi yang segar. Aktivitas tersebut saya lakukan paling tidak sampai jam 8 saat mesti berangkat ngantor. Koran baru saya sentuh jam 10an atau malah siang hari kalo tak ada kabar penting hari itu. Televisi baru saya tonton kalo ada Chelsea atau Manchester United berlaga di malam hari. Saya malah pernah tidak nonton teve 3 bulan lebih tanpa merasa ada yang kurang dan ternyata rasanya lebih bahagia.

Otak dan hati kita berhak mendapat sarapan yang lebih bernilai daripada sekedar mengoleksi kabar buruk (meskipun kabar tersebut benar) yang disebarkan media. Dan Insya Allah, dengan awal yang baik, hari yang akan Anda jalani lebih membahagiakan dibanding sebelumnya.

Comments

mina said…
wah kalo saya bacanya harus pagi2, sekip-sekip gitu, kalo gak, pas pulang sore sudah tidak berselera bacanya, kalah sama newsletter :D
Anonymous said…
spakat mas, kalo skarang saya lagi mboikot nonton tipi, prei dhisik. walau ada godaan dari thukul.

kalo koran pagi, sama mas bacanya siang, secara pagi2 blum punya koran :)
He he he.. namanya juga kebiasaan, pasti susah merubahnya. Toh ini bukan urusan salah atau benar. Asik-asik ajalah Mbak Mina & Mas Jontor, dinikmati aja..

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan ...

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena...