Sebentar lagi 1 Muharram 1427 H. Nggak terasa tahu-tahu tahun baru lagi. Hari inipun sudah tahun baru Imlek. Tiba-tiba saya tersadar: apa yang bisa kau banggakan ketika umurmu 30 tahun?
Pertanyaan ini menusukku malam ini, menyisakan ngilu dan kegeraman. Ketika saya tahu bahwa jalan hidup yang telah saya lewati seperti tak berbekas. Maksud saya bekas yang serius, yang indah, yang membanggakan. Bener bahwa dibanding teman-teman seusia saya, saya nggak gagal-gagal amat (ini sih buat menghibur hati doank!). Tapi jadi mediocre haram hukumnya buat saya. Semoga buat Anda juga.
Saya baca majalah Fortune pertama kali di umur 25 tahun, Bill Gates 8 tahun. Steve Jobs barusan jadi pemegang saham terbesar di Disney setelah pembelian Pixar, sementara saya masih bergulat ngejar pemenuhan target bulanan di biro iklan lokal begini. Banyak orang yang lebih muda umurnya daripada saya dapet award internasional berkali-kali, plesir ke Adfest ato Clio Award dan saya lihat paspor aja belum pernah. Dulu ketika umur masih 27 tahun saya membayangkan bakal punya VW Beetle di umur saya yang ke-30. Sekarang kemana-mana saya naik Supra Fit. He he he he... Silakan ketawa.
Sekali lagi, apa yang bisa kau banggakan ketika umurmu 30 tahun?
Entahlah, ini salah saya sendiri. Bukan salah siapa-siapa. Tapi saya tahu satu hal dengan membagikan cerita pahit ini buat Anda semua, jangan ikut-ikutan bodoh karena waktu tak bisa diulang. Jika Anda sekarang 40 tahun, segera benahi hidup Anda. Pun jika Anda 12 tahun, jangan terlambat. Teman saya SMP meninggal di usia 15 tahun tertabrak truk, sebelum sempat mewujudkan cita-citanya. Tuhan tak mengijinkannya panjang umur.
Di ambang usia ke-31 ini, saya tak segan-segan membenamkan kepala saya ke comberan: saya tidak mau main-main lagi mengatur waktu hidup saya yang terbatas ini. Saya percaya kita harus bersikap lebih kejam pada diri sendiri jika punya cita-cita tinggi yang ingin dicapai. Dengan itu, Insya Allah alam semesta akan memperlakukan kita lebih baik. Misalnya dengan meminjamkan rahasia Tuhan yang berupa keajaiban.
Akankah keajaiban datang? Saya tak boleh terlalu berharap, saya hanya ingin bersyukur Tuhan masih memberi saya kesempatan sampai hari ini. Selebihnya, saya hanya ingin melakukan yang terbaik di sisa hidup saya. Agar besok jika jatah waktu saya habis, saya nggak akan nyesel-nyesel amat.
Pertanyaan ini menusukku malam ini, menyisakan ngilu dan kegeraman. Ketika saya tahu bahwa jalan hidup yang telah saya lewati seperti tak berbekas. Maksud saya bekas yang serius, yang indah, yang membanggakan. Bener bahwa dibanding teman-teman seusia saya, saya nggak gagal-gagal amat (ini sih buat menghibur hati doank!). Tapi jadi mediocre haram hukumnya buat saya. Semoga buat Anda juga.
Saya baca majalah Fortune pertama kali di umur 25 tahun, Bill Gates 8 tahun. Steve Jobs barusan jadi pemegang saham terbesar di Disney setelah pembelian Pixar, sementara saya masih bergulat ngejar pemenuhan target bulanan di biro iklan lokal begini. Banyak orang yang lebih muda umurnya daripada saya dapet award internasional berkali-kali, plesir ke Adfest ato Clio Award dan saya lihat paspor aja belum pernah. Dulu ketika umur masih 27 tahun saya membayangkan bakal punya VW Beetle di umur saya yang ke-30. Sekarang kemana-mana saya naik Supra Fit. He he he he... Silakan ketawa.
Sekali lagi, apa yang bisa kau banggakan ketika umurmu 30 tahun?
Entahlah, ini salah saya sendiri. Bukan salah siapa-siapa. Tapi saya tahu satu hal dengan membagikan cerita pahit ini buat Anda semua, jangan ikut-ikutan bodoh karena waktu tak bisa diulang. Jika Anda sekarang 40 tahun, segera benahi hidup Anda. Pun jika Anda 12 tahun, jangan terlambat. Teman saya SMP meninggal di usia 15 tahun tertabrak truk, sebelum sempat mewujudkan cita-citanya. Tuhan tak mengijinkannya panjang umur.
Di ambang usia ke-31 ini, saya tak segan-segan membenamkan kepala saya ke comberan: saya tidak mau main-main lagi mengatur waktu hidup saya yang terbatas ini. Saya percaya kita harus bersikap lebih kejam pada diri sendiri jika punya cita-cita tinggi yang ingin dicapai. Dengan itu, Insya Allah alam semesta akan memperlakukan kita lebih baik. Misalnya dengan meminjamkan rahasia Tuhan yang berupa keajaiban.
Akankah keajaiban datang? Saya tak boleh terlalu berharap, saya hanya ingin bersyukur Tuhan masih memberi saya kesempatan sampai hari ini. Selebihnya, saya hanya ingin melakukan yang terbaik di sisa hidup saya. Agar besok jika jatah waktu saya habis, saya nggak akan nyesel-nyesel amat.
Comments
Bukan, bukan ini yang saya inginkan... Saat saya memutuskan menjadi desainer...
Memilih untuk menekuni satu bidang kehidupan tidak akan menjamin kita menjadi sukses atau bahagia.. Tapi paling tidak akan menghindari kita dari penyesalan berkepanjangan. Untuk dunia yang makin ruwet begini, kita mesti pintar-pintar berbahagia di sela kesulitan hidup yang makin berat. Be a survivor!
Tentang Blank yang tutup.. That was a big mistake I make, but also a big opportunity for me to get back from failure.. I learn a lot, more than a lot. Semoga Mas inibudi bisa menuntaskan cita-citanya.. Amien :)