Tidak mudah mengubah kecenderungan dari spesialis menjadi generalis. Rasanya kayak nggak rela. Setiap melihat orang lain mengerjakan sesuatu yang dulunya merupakan keahlian kita, rasanya gemes jika hasilnya tak sebagus yang biasa kita bikin. Lalu ada dorongan aneh untuk ikut campur. Kalo ndak hati-hati, kita bisa terjerumus lagi menjadi spesialis dalam arti sempit. Yang destruktif.
Lalu bagaimana caranya agar bisa terus belajar hal-hal baru sambil merelakan ilmu kita di masa lalu - ditransferkan pada orang lain - tanpa mesti merasa terlalu bersalah? Generalis itu integrator, fungsinya menyatukan visi para spesialis untuk mencapai satu tujuan besar, sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Kalo bercermin dari pengalaman pribadi: sangat sangat tidak mudah.
Jadi, bagaimanapun sulitnya kita harus selalu open mind. Belajar menerima masukan, kritikan dan pelajaran dari luar dengan pikiran terbuka, jikapun pada awalnya tidak sesuai dengan kemauan kita. Selalu menyambut positif setiap ide baru, yang paling buruk sekalipun. Rasanya emang gak nyaman, kayak minum obat. Ibaratnya udah meriang kepala pusing mau muntah, masih harus minum obat yang pahit. Mengerikan.
Tapi kalo pengin sehat ya gak boleh takut pahitnya. Kalo mau sukses ya gak boleh takut gagalnya. Banyak pemimpin yang backgound-nya spesialis akhirnya sukses karena dianggap capable dan memahami bidangnya, tapi banyak juga yang gagal karena terlalu mengagungkan keahliannya lalu menutup diri.
Anda akan pilih yang mana? Oya, saya sendiri akan memilih jadi Icarus yang terbang menantang matahari. Tapi saya akan latih sayap saya setiap hari agar tak lelah terbang, serta jaket anti panas yang melindungi saya dari kemungkinan terbakar. Plus kacamata untuk mencegah kebutaan.
Menjadi generalis tak perlu meninggalkan kemampuan spesialisasi kita. Belajar dari Icarus tak perlu ikutan terbakar matahari. Detik demi detik adalah kesempatan kita untuk terus belajar. Dengan itu kita mendaki ke tempat yang lebih tinggi. Untuk akhirnya terbang menembus langit. Tanpa harus melupakan bumi.
Lalu bagaimana caranya agar bisa terus belajar hal-hal baru sambil merelakan ilmu kita di masa lalu - ditransferkan pada orang lain - tanpa mesti merasa terlalu bersalah? Generalis itu integrator, fungsinya menyatukan visi para spesialis untuk mencapai satu tujuan besar, sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Kalo bercermin dari pengalaman pribadi: sangat sangat tidak mudah.
Jadi, bagaimanapun sulitnya kita harus selalu open mind. Belajar menerima masukan, kritikan dan pelajaran dari luar dengan pikiran terbuka, jikapun pada awalnya tidak sesuai dengan kemauan kita. Selalu menyambut positif setiap ide baru, yang paling buruk sekalipun. Rasanya emang gak nyaman, kayak minum obat. Ibaratnya udah meriang kepala pusing mau muntah, masih harus minum obat yang pahit. Mengerikan.
Tapi kalo pengin sehat ya gak boleh takut pahitnya. Kalo mau sukses ya gak boleh takut gagalnya. Banyak pemimpin yang backgound-nya spesialis akhirnya sukses karena dianggap capable dan memahami bidangnya, tapi banyak juga yang gagal karena terlalu mengagungkan keahliannya lalu menutup diri.
Anda akan pilih yang mana? Oya, saya sendiri akan memilih jadi Icarus yang terbang menantang matahari. Tapi saya akan latih sayap saya setiap hari agar tak lelah terbang, serta jaket anti panas yang melindungi saya dari kemungkinan terbakar. Plus kacamata untuk mencegah kebutaan.
Menjadi generalis tak perlu meninggalkan kemampuan spesialisasi kita. Belajar dari Icarus tak perlu ikutan terbakar matahari. Detik demi detik adalah kesempatan kita untuk terus belajar. Dengan itu kita mendaki ke tempat yang lebih tinggi. Untuk akhirnya terbang menembus langit. Tanpa harus melupakan bumi.
Comments