Skip to main content

Generalisnya Seorang Spesialis

Tidak mudah mengubah kecenderungan dari spesialis menjadi generalis. Rasanya kayak nggak rela. Setiap melihat orang lain mengerjakan sesuatu yang dulunya merupakan keahlian kita, rasanya gemes jika hasilnya tak sebagus yang biasa kita bikin. Lalu ada dorongan aneh untuk ikut campur. Kalo ndak hati-hati, kita bisa terjerumus lagi menjadi spesialis dalam arti sempit. Yang destruktif.

Lalu bagaimana caranya agar bisa terus belajar hal-hal baru sambil merelakan ilmu kita di masa lalu - ditransferkan pada orang lain - tanpa mesti merasa terlalu bersalah? Generalis itu integrator, fungsinya menyatukan visi para spesialis untuk mencapai satu tujuan besar, sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Kalo bercermin dari pengalaman pribadi: sangat sangat tidak mudah.

Jadi, bagaimanapun sulitnya kita harus selalu open mind. Belajar menerima masukan, kritikan dan pelajaran dari luar dengan pikiran terbuka, jikapun pada awalnya tidak sesuai dengan kemauan kita. Selalu menyambut positif setiap ide baru, yang paling buruk sekalipun. Rasanya emang gak nyaman, kayak minum obat. Ibaratnya udah meriang kepala pusing mau muntah, masih harus minum obat yang pahit. Mengerikan.

Tapi kalo pengin sehat ya gak boleh takut pahitnya. Kalo mau sukses ya gak boleh takut gagalnya. Banyak pemimpin yang backgound-nya spesialis akhirnya sukses karena dianggap capable dan memahami bidangnya, tapi banyak juga yang gagal karena terlalu mengagungkan keahliannya lalu menutup diri.

Anda akan pilih yang mana? Oya, saya sendiri akan memilih jadi Icarus yang terbang menantang matahari. Tapi saya akan latih sayap saya setiap hari agar tak lelah terbang, serta jaket anti panas yang melindungi saya dari kemungkinan terbakar. Plus kacamata untuk mencegah kebutaan.

Menjadi generalis tak perlu meninggalkan kemampuan spesialisasi kita. Belajar dari Icarus tak perlu ikutan terbakar matahari. Detik demi detik adalah kesempatan kita untuk terus belajar. Dengan itu kita mendaki ke tempat yang lebih tinggi. Untuk akhirnya terbang menembus langit. Tanpa harus melupakan bumi.

Comments

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat