Skip to main content

Pengemis Pesen Tikus Diformalin

Hanya refleksi acak atas humor serius yang kita kembangkan sebagai bangsa akhir-akhir ini. Tentang tahu, bakso, mie yang mengandung formalin, borax serta dibumbuin lezatnya daging tikus. Oya, tadi pagi saya nonton tipi tentang trik pengemis palsu menipu calon kliennya. Pengen tahu?

Pertama, siapin kaki mana yang mau dilukai. Boleh kiri atau kanan, ato digilir aja setiap hari biar gak capek sebelah. Kedua, siapin propertinya: perban putih (kalo bisa agak kumal), obat merah (merchurocrome jika sekarang masih ada, betadine atau apapun yang mirip darah) dan tape singkong ato peuyeum (lho?). Sabar, nanti saya jelasin kenapanya. Ketiga, taruh tape di tempat 'calon luka'. Bungkus dengan perban, ikat yang kencang (nanti kalo lepas ketahuan palsunya!). Lumuri perban dengan obat merah, luberkan juga tetesannya ke kulit biar dramatis (penyumbang makin ngeri makin banyak ngasihnya). Jika udah agak kering, dijamin mirip! Keempat, latihan jalan dipincang-pincangin. Ato diseret. Selalu ingat yang mana yang luka, jangan kebalik nanti terbongkar. Boleh melupakan trik pincang , hanya jika sangat terpaksa ketika keselamatan terancam. Misalnya dikejar tramtib ato preman yang bawa pisau karatan. Kelima, jika karena satu ato lain hal pernah ketahuan/kepergok, segera pindah ke lokasi baru. Jarak minimal 20 km dari lokasi lama biar aman.

He he he... cerdas nggak tuh? Berapa kali Anda tertipu? Jangan marah dulu, bangsa ini memang tabiatnya lucu kok. Begitu berita formalin nyebar, sepertinya makan di jalan udah gak aman lagi. Tukang bakso nggak laku, kemiskinan nambah. Udah gitu muncul berita daging tikus. Tambah runyam lagi. Lalu artis, pejabat ama menteri makan bakso bareng-bareng, sambil diliput tipi kayak selebritis penyelamat rakyat.

Nah, inget baik-baik bahwa dalam setiap kejadian - baik atau buruk - akan merugikan sebagian orang, tapi menguntungkan yang lain. Yang rugi udah jelas, tapi siapa yang untung? Yang pasti, televisi ratingnya naik. Lalu departemen yang ngeluarin ijin makanan makin banyak order. Silakan cari lagi siapa yang diuntungkan dari kasus ini.

Tapi tolong renungkan juga sebentar: kita bikin masalah sendiri, jadi repot sendiri, lalu rame-rame sok bertanggung jawab membereskan masalahnya, saling tuding dan nyalahin orang lain. Ketika masalahnya reda, rebutan ngaku pahlawan!

Ironis! (adakah kata yang lebih pas?)

Lalu apa hubungannya dengan pengemis palsu tadi? Ndak jelas juga sih, namanya juga refleksi acak. Tapi buat orang yang udah mampet rejekinya, mungkin akan terlontar ide ngawur begini, "Pendapatan ngemis saya ndak cukup buat beli makanan yang bersih dan sehat, masih mending saya nggak makan tikus diformalin!"

Cukup buat sore ini, tapi saya mau bayar dulu utang saya tadi: tape ditaruh jadi luka di kaki itu buat ngundang lalat datang. Jenius banget! Saya terhenyak, Spielberg harusnya belajar special effects ama para pengemis kita ini.

(Foto tikus dimasak by Tony, dapet dari milis CCI)

Comments

Popular posts from this blog

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena...

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seb...