Skip to main content

Gagal ke Pattaya Tahun Ini

Di milis CCI, orang-orang rame ngobrolin Adfest di Pattaya. Daun Muda Indonesia jadi 3 finalis. Iklan Indonesia masih gigit jari gak ada yang nyampe final, seperti yang kuduga. Ahh, kenapa tahun ini gak jadi berangkat meskipun sudah sejak awal tahun saya rencanakan? Pasti bukan karena tak punya waktu, tak punya duit atau tak ada kesempatan.

Yang pasti karena saya tak punya visi dan tanggung jawab yang cukup untuk berjuang agar bisa berangkat ke Pattaya. Tahun ini saya terima ini sebagai kegagalan pribadi saya. Saya akan menghukum diri saya sebentar.

Tahun depan saya pasti berangkat. Saya akan siapin sejak hari ini. Tinggal Tuhan aja acc apa tidak...

Comments

rokkinvisual said…
hmmm...adfest...sebuah cita-2 yg terus kuperjuangkan.
Dan kesempatan itu sudah tinggal beberapa bulan lagi.
Ngambil tiketnya di Daun Muda...trus ke Pattaya deh...ternyata sesimpel itu ya ke Pattaya?
...Karena Mahalnya harga tiket ke Adfest sekarang, membuat perjuangan mendapatkan tiketnya pun ga mudah.
Medannya masih terasa berat ( kaya' perjuangan Gold Ticketnya willy wongka)
Musti milih Team yang ok,cuci otak, mengkonsumsi HotDog biar lancar bhs inggrisnya...en menabung!(ah ga usahlah...kan ntar berangkatnya bareng Managing Directorku...jd bs 'titip urip' di Pattaya..)
Tp kalo MD ga jd berangkat karena Tuhan ga ACC? ya...biar kantor aja yg bayarin...MD'ku pasti ACC. ya ga pak?
;D
Anonymous said…
sipp Boss, taon depan akyu bisa nitip oleh2 gajah2 an !! -anting-

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat