Entah mengapa akhir-akhir makin banyak saja yang bunuh diri. Yang lompat dari lantai atas mall, dari hotel, nggantung di dalam kamar, minum racun, menabrakkan diri ke kereta yang melaju, belum lagi yang pake bom bunuh diri.
Harapan hidup rasanya begitu pendek, dunia gelap, Tuhan entah di mana saat momen itu tiba. Perasaan terasing, sendiri, ditinggalkan bahkan dunia yang penuh keindahan ini pun telah begitu menakutkan dan membosankan bagi para pelaku bunuh diri. Cinta tak bisa menyelamatkan pikiran yang kalut, hati yang tertutup oleh cahaya.
Di sini kita harus belajar, tak ada jaminan bahwa di diri kita masing-masing ini tak pernah kepikiran sedikitpun untuk mengakhiri hidup kita tanpa seijin Tuhan, Sang Pemilik tubuh kita. Kadang masalah sebrek datang menggulung masa depan kita, lamanya waktu terbenam dalam kesulitan rasanya bakal selamanya.
Tapi ternyata tidak. Andai mereka yang pernah bunuh diri diijinkan-Nya untuk menemui kita sekali lagi dan bercerita seperti apa di alam sana setelah meninggal atas inisiatifnya sendiri: tentulah kesadaran untuk mencintai kehidupan - seburuk apapun - adalah pilihan yang terbaik.
Tapi mereka yang telah pergi tak pernah kembali. Mereka pasti sangat sibuk dengan masalahnya sendiri di alam barzakh sana. Padahal kematian adalah 'jalan keluar' yang mereka harapkan dari beratnya masalah kehidupan yang tak mampu diselesaikan.
Kita yang masih tinggal bertanya-tanya: seperti apa solusinya jika masalah itu menimpa hidup kita.
Seberat apapun masalahnya, jangan pernah lari darinya. Sekali kita kabur dari masalah, seumur hidup masalah serupa akan terus mengejar kita. Jika kita tak lulus dalam cobaan hidup, maka cobaan itu akan setia menyapa kita sampai kita menegakkan kepala dan bertarung seperti pendekar sejati menghadapi keroyokan penyamun.
Saya yakin Anda yang membaca tulisan ini tidak akan bunuh diri suatu hari nanti. Sebaiknya begitu. Yang saya harus ingatkan apakah kita semua sadar bahwa setiap hari kita melakukan bunuh diri kecil-kecilan tanpa sadar: dengan memelihara putus asa, dengan meninggalkan Tuhan, dengan mengambil segala sesuatu yang bukan hak kita, dengan menindas kaum tak berdaya, dengan melarikan diri dari tanggung jawab.
Kematian sejati hanya datang sekali dalam hidup kita. Tapi begitu banyak di antara kita yang mati harapannya, mati semangatnya, mati kreativitasnya padahal tubuhnya masih hidup dan beredar kemana-mana.
Hidup yang tanpa tujuan sangat rentan disinggahi kematian diam-diam. Tapi kabar terbaiknya adalah jika kita hidup 30 tahun belum tentu umur kita 30 tahun. Bahkan mereka yang hidup hanya 28 tahun umurnya bisa 100 bahkan 1000 tahun bahkan mungkin selamanya.
Merekalah oarang-orang yang telah memenangkan pertarungan kehidupan. Umurnya melebihi jatah waktu hidupnya di dunia. Orang-orang yang tak sejaman masih mengenang dan belajar darinya. Tubuhnya sudah menyatu dengan tanah tapi cita-citanya tak ikut terkuburkan.
Kita biasa menyebutnya Legenda, mereka yang mati tapi tak sungguh-sungguh mati. Mereka terus hidup di dalam hati para penerusnya.
Comments