Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2009

First Edition Promo

Rumah di Atas Pohon

10 Juni 1998 Jadi inget masa kecil: saat dulu punya rumah-rumahan di atas pohon jambu air di belakang rumah. Rasanya asyik banget, bisa makan dan minum di atas pohon, yang dikerek pake tali. Bawa buku buat dibaca di atas, maksudnya mau belajar tapi emang lebih asyik ambil jambu dan memakannya langsung dari pohon, tanpa dicuci. Entah sekarang masih ada atau tidak pohonnya, karena setelah itu saya pindah rumah. Rumah di atas pohon pas banget buat merenung, kontemplasi dan sisi adventure-nya juga luar biasa. Tentu bukan kesalahan jika kelak saya masih ingin membangun rumah di atas pohon, sekali lagi. Paling tidak anak saya (anak? Ha ha ha...) bisa tertular kebahagiaan masa kecil bapaknya (bapak? Ha ha ha...). Dikutip dari Buku Tuhan Sang Penggoda Penulis: M. Arief Budiman  Penerbit Galangpress, 298 hlmn, 130 x 200 mm   www.mybothsides.com

Tuhan Sang Penggoda Hadir di Gramedia

Akhirnya punya waktu juga menyempatkan diri menengok Buku Tuhan Sang Penggoda (TSP) ke Gramedia Sudirman, Jogja. Mungkin setelah ini saya akan mampir juga ke Gramedia Plaza Ambarrukmo, Gramedia Malioboro, Social Agency dan toko buku lainnya. Kalo mau nyari, tempatnya di bagian Buku Laris atau Buku-buku Islam Populer (wee.. ternyata masuk kategori Islam Populer Rek!). Sebelahan sama Buku Zona Ikhlas-nya Erbe Sentanu dan serial Sedekah-nya Ustadz Yusuf Mansur. Hmmm... Lega deh sekarang jika ditanyain bukunya dimana Alhamdulillah sudah mulai nongkrong di display. Hope Buku TSP juga udah ready untuk dibawa pulang jika temen-temen mencarinya di toko buku lain. Saya akan melaporkan jika menemukan Buku TSP ini di toko lainnya, kebetulan akan ada kerjaan di Jakarta, Surabaya dan Bandung sehingga bisa mampir. Mohon doa dan dukungannya, semoga buku kecil ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua dan menjalankan fungsi sederhananya untuk mewartakan konsep Rahmatan lil 'Alamien ... ...

Jernih. Hening. Bening.

Jangan. Jangan habiskan seluruh energi dan waktu dalam hidupmu untuk memelototi kasus-kasus yang menyelimuti negeri ini beberapa pekan terakhir. Dengan segala penghormatan untuk aksi luar biasa yang telah ditunjukkan oleh elemen rakyat baik di dunia offline maupun online sebagai perwujudan cinta tanah airnya, masalah yang harus diselesaikan oleh anak bangsa masih begitu banyak, baik dalam level kebangsaan, kemasyarakatan maupun keluarga dan perorangan. Heninglah sejenak. Ambil jarak. Menjadi jernih dalam mengambil sikap adalah sebaik-baik pilihan.  Saya percaya, kasus KPK-Polisi-Kejaksaan-Masaro-Century-Bibit-Candra-Anggodo-Yulianto-dst. dengan segala implikasi dan side effect -nya telah ditangani oleh orang-orang yang terbaik yang dimiliki bangsa ini. Saya percayanya begitu. Yang harus saya ingatkan sekali lagi, apapun masalah yang terjadi adalah jalan yang dihadirkan untuk makin mendekatkan bangsa ini kembali pada Tuhan. Hari-hari yang melelahkan melihat kasus ini ...

Cermin Retak Kita

Yang benar sudah jelas Tentu kita, bukan mereka Yang salah sudah tegas Bukti-bukti sudah jelas Kita sudah tahu siapa Yang tak berbuat jadi terlibat Yang terlibat makin nekat Karena kiamat makin dekat Bergulung-gulung sapu menyapu Berputar-putar sambar menyembar Saling serang saling terkam Terjang menerjang tendang menendang Berpeluh, berpuluh-puluh, seluruh Lalu sepi, semua rubuh Tak tersisa rupa bahkan air mata Hanya tersisa Ia Yang geleng-geleng kepala Menyaksikan kebodohan umat-Nya

Preview Bab 1: Pulang

21 April 1997 Saat saya masih kecil, rasanya kenikmatan tertinggi sebagai anak sekolah adalah saat bisa pulang pagi karena bapak ibu guru ada rapat, ada pertemuan atau acara apapun sehingga tidak ada pelajaran. Sekolah Dasar yang biasanya selesai jam 12.00 dimajukan pulangnya jadi jam 10.00. Hanya 2 jam diskonnya, tapi bersama teman-teman saya langsung menyusun acara mau ngapain aja: maen bola, maen petakumpet atau perang-perangan. Indahnya tak terbayangkan! Saat beranjak dewasa, mendapatkan free time karena jadual acara yang ditunda atau dibatalkan kadang masih membuat saya gembira, meskipun mungkin tak bisa lepas seperti saat masih kanak-kanak. Resiko manusia yang beranjak tua adalah mulai didatangi masalah-masalah kehidupan, yang membuat hidupnya tak lepas lagi. Jika tertawa tak bisa sepenuhnya, jika pengin nangispun – demi gengsi – sebisa mungkin tak terdengar suaranya. Tapi saat-saat beban hidup menghimpit, saat pekerjaan meremukkan otak dan tulang, saat pandangan atas masa...

Telah Terbit Buku Tuhan Sang Penggoda

Ini bukan buku memoar atau biografi, sama sekali bukan. Emangnya saya siapa kok berani-berani bikin biografi? Ini juga bukan tulisan ilmiah, novel apalagi kumpulan puisi. Atau Teka-teki Silang. Anda tahu lah bedanya. He he he... Ini hanyalah cermin kusam atas perjalanan hidup yang telah saya tapaki selama ini, yang menginjak angka 34. Sebuah angka yang lebih dari keramat. Gak ada alasan khusus mengapa saya menyebutnya demikian, mungkin karena angkanya hadir setelah 33. Sejujurnya, angka 33 inilah yang keramat. Jadi jangan kecewa jika banyak hal keramat dalam hidup kita ternyata tak jelas asal usul maupun konsepnya. Misalnya perusahaan yang saya dirikan bareng teman-teman - Petakumpet namanya -  juga sering bikin kecele orang. Saat ditanya mengapa namanya Petakumpet, saya jawab gak ada alasannya. Lho kok? Lha saya jujur kok emang awalnya nama lucu itu hanya terlintas begitu saja. Terjadilah yang mesti terjadi. Mungkin buku ini lebih pas disebut catatan harian seorang blogger ...