Beruntunglah orang-orang yang karena kondisinya (psikologis, ekonomi, sosial) berada dalam keterbatasan. Dianugerahi masalah, kesulitan, tantangan. Tak banyak orang yang bersedia menanggung kehidupan seperti ini, tapi jika hal-hal yang tidak menyenangkan itu hadir - atas kehendak Allah - tak ada satupun yang akan mampu menolaknya.
Di dunia ini, tak ada orang yang tidak punya kesulitan.
Beberapa hari kemarin, ada angin puting beliung dan banjir melanda Taiwan, 500 orang tewas. Siapa saja korban-korban yang tewas itu sehari sebelum kejadian? Siapa saja ribuan pengungsi yang harus meninggalkan semua hartanya demi untuk menyelamatkan diri?
Sehari atau bahkan beberapa jam sebelum musibah hadir, mungkin mereka adalah pengusaha sukses, anak sekolah yang ranking satu, preman penguasa terminal, pengembang mall terbesar, konglomerat pemilik bisnis, polisi teladan, wakil rakyat dan mereka yang oleh masyarakat dan media massa digolongkan sebagai orang-orang yang 'sukses' hidupnya.
Tapi nasib berubah 180% hanya sekejap mata. Apa yang dicari susah payah puluhan tahun hilang begitu saja diterjang bencana. Konglomerat dan gelandangan yang tenggelam dalam air bah punya kemungkinan selamat yang sama. Sang konglomerat tak bisa menggunakan Mercy-nya saat bernafas aja susah, konglomerat tak bisa menghubungi koleganya yang jadi Menteri karena hpnya basah dan konslet. Konglomerat tak bisa minta petugas security yang digajinya, manajer operasional hotelnya, wakil rakyat yang dulu disumbangnya saat kampanye untuk menolongnya saat timbul tenggelam.
Lalu apa bedanya dengan sang gelandangan yang memang dari dulu tak punya apa-apa, dia malah tidak harus bingung untuk minta tolong karena memang tak punya teman dan kolega sebanyak sang konglomerat.
Orang-orang besar dengan ide orisinal luar biasa yang akan mengubah dunia, jarang sekali berasal dari orang-orang yang mapan, yang kaya, yang semua keperluannya tercukupi. Beethoven tuli telinganya. Oprah Winfrey pernah diperkosa saat kanak-kanak. Yusuf Mansur pernah dipenjara 2 kali sebelum jadi Ustadz yang menginspirasi. Thomas Alva Edison dikeluarkan dari sekolah.
Keterbatasan, masalah, kesulitan hidup akan mengasah diri kita seperti mesin yang menggosok batu hitam menjadi intan yang kemilau. Prosesnya menyakitkan, perih dan tidak semua bisa tahan sampai hasilnya terlihat. Banyak yang menyerah, tak tahan menderita. Banyak yang sibuk menyalahkan orang lain dan tidak belajar dari anugerah Tuhan yang luar biasa itu. Kita semua punya batu hitam calon intan di dalam diri kita masing-masing, seringnya kita tak sadar dan tak mau menggosoknya agar berkilau.
Ketika masalah datang, kreativitas kita mandeg justru saat seharusnya bisa tumbuh. Saat kesulitan rasaya tak terpecahkan kita memilih menyerah karena itulah pilihan yang paling mudah. Saat tantangan yang lebih besar hadir menghadang di depan mata, kita lari menjauh 'menyelamatkan' jiwa kita yang kerdil.
Beruntunglah orang-orang yang karena kondisinya (psikologis, ekonomi, sosial) berada dalam keterbatasan. Dianugerahi masalah, kesulitan, tantangan. Karena dia tidak perlu menyiapkan mentalnya untuk pura-pura susah, pura-pura lapar, pura-pura menderita untuk mampu mendapatkan ide-ide besar.
Tapi jika Anda temasuk orang-orang yang hidupnya lancar, sukses, kaya luar biasa: masih ada kesempatan untuk jadi orang besar. Dengan menemani mereka yang kekurangan. Dengan berbagi. Dengan turun ke jalan dan menggunakan kesuksesan, kekayaan, anugerah Tuhan itu untuk menjadi berkat bagi mereka yang lama diabaikan.
Selamat menyiapkan diri memasuki Ramadhan, siapa tahu Ramadhan yang segera tiba ini adalah Ramadhan kita yang terakhir.
Comments