Skip to main content

Kita Tidak Perlu Berkorban

Untuk sukses dan bahagia, atau dalam level yang lebih rendah misalnya kaya raya - menurut saya - kita tidak perlu mengorbankan apapun. Tidak perlu berkorban uang, waktu apalagi perasaan. Tidak perlu ngoyo alias membanting tulang. Tidak perlu menderita, tidak perlu susah hati, tidak perlu kecapekan setengah mati.

Ini serius. Dan mudah sekali penerapannya. Kita tidak perlu berkorban atau memposisikan diri sebagai korban. Karena rasanya pasti berat sekali di hati, atau lebih repot lagi kita jadi merasa sok pahlawan. Kata beberapa buku self help, konsep untuk mengawali sukses adalah berpura-pura sukses. Saya tidak mengatakan salah, tapi - sekali lagi menurut saya - kurang pas. Karena kita tidak perlu berpura-pura sukses. Berpura-pura bahagia. Berpura-pura apapun agar terlihat sempurna hidupnya.

Ini yang saya yakini: kita ini diciptakan Allah sudah sukses dari sejak lahir. Tak peduli anak milyarder atau anak gelandangan, seorang bayi bisa tertawa bahagia. Ketika kita memberikan sebagian harta titipan kita pada saudara kita yang lebih membutuhkan: itu bukan berkorban. Itu kewajaran. Tidak perlu dimaknai berlebihan. Ada konsep berbagi yang sangat indah: saat kesulitan datang dan kita memerlukan pertolongan Allah, kita harus menolong saudara kita yang lebih sulit hidupnya. Mendahulukan kepentingan orang lain saat kita juga perlu: itu bukan berkorban. Itu hal biasa saja, memang hukum alamnya begitu. Kita nikmati saja.

Kita sudah bahagia kemarin. Kita bahagia hari ini. Besokpun kita tetap bahagia. Karena kebahagiaan tidak tergantung pada sedih atau senang. Kebahagiaan tidak tergantung pada hal-hal apapun di luar diri kita. Kebahagiaan ada di dalam hati dan 100% akan mengikuti keinginan kita. Dalam situasi bencana terdahsyatpun, seseorang bisa bahagia saat diberikan kesempatan hidup meskipun luka-luka.

Saudaraku yang sekarang berada di rumah sakit menunggu kesembuhan datang, bersyukurlah sekarang jangan menunggu nanti saat pulang ke rumah. Saudaraku yang dijauhi harta benda sampai susah makan, bersyukurlah sekarang jangan menunggu kenyang. Saudaraku yang dikejar-kejar penagih hutang sampai susah tidur, bersyukurlah sekarang jangan menunggu pelunasan. Saudaraku yang berada di balik terali besi karena difitnah, bersyukurlah sekarang jangan menunggu saat dibebaskan. Jangan boroskan sedetikpun hidup kita untuk tidak bersyukur.

Syukur adalah pintu bahagia. Bahagia tak butuh syarat-syarat. Tak butuh apapun. Hidup kita ini punya Allah, kita tak akan rugi apa-apa. Berikan seluruh hidup kita pada Allah, kita tak rugi apa-apa. Matipun tak ada yang kita bawa. Jasad kita akan jadi tanah untuk akhirnya sirna. Buat apa merasa kehilangan karena hakikatnya kita memang tidak pernah memiliki apapun. Apa saja yang sedang dipercayakan Allah pada kita: kita syukuri sepenuhnya. Kita nikmati kebahagiaannya.

Yang mengajari saya nilai-nilai ini adalah seorang anak berumur sekitar 10 tahun namanya Puguh. Kisahnya pernah ditayangkan di Trans TV di acara Kejamnya Dunia, siang hari 7 Juni kemarin. Sayangnya saya cari infonya di internet belum ketemu. Di situs Trans TVpun gak ada.

Dia menjalani hidupnya dengan senyum, saat diwawancara mukanya yang tampan bercahaya, seringkali tertawa memperlihatkan gigi putihnya yang berderet rapi. Hidup di desa dalam keluarga yang kekurangan, Puguh kecil langsung belajar jalan. Dia tidak pernah melewati fase merangkak. Sekarang dia menggembala sapi dan menjemur beras sendiri. Pake baju sendiri. Makan sendiri. Karena di rumahnya belum ada pancuran air, saat ini dia belum bisa mandi sendiri. Karena dia masih harus belajar memegang gayung.

Sedangkan Allah menakdirkannya hidup tanpa dua tangan sejak lahir.

Tapi Puguh bahagia, bukan pura-pura bahagia. Sayapun menangis. Sungguh-sungguh menangis.

Comments

betapa banyak detik yang tak kita syukuri- saya pun seringkali lalai bersyukur. Pagi ini aja contohnya, saya lupa mensyukuri ketika lidah ini mengecap hangatnya teh. Barangkali Bob Dylan benar ketika mengatakan, "bahagia adalah ketika bisa bernafas dengan baik". Selama kita masih bisa bernafas dengan baik, bahagia memang tak butuh syarat-syarat. "kalau syukur adalah "pintu" bahagia, lalu apa "kuncinya" atau memang pintu ini tak membutuhkan kunci apa-apa selain ikhlas? :-) btw, kalau ketemu info tentang Puguh, saya dikabari Mas. Maturnuwun!
ulatdaun said…
ikhlas memang kunci menuju kebahagian ya?
biyan said…
Wah, pas baca si Puguh yang dilahirkan tanpa dua tangan...langsung mrinding mas.
Allahu Akbar

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan ...

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena...