Dalam hidup saya yang sementara ini, saya hampir tidak bisa menghitung berapa banyak orang yang telah tersinggung karena ucapan maupun tindakan saya. Pasti buuanyak sekali. Beberapa mungkin saya sengaja, karena saya merasa perlu mengungkapkan sebuah 'kebenaran' (atau paling tidak yang saya yakini benar). Beberapa tidak sengaja, meskipun lalu saya sadari belakangan. Dan banyak yang lain, sebenernya karena mereka merasa menjadi korban kata-kata dan tindakan saya (meskipun sesungguhnya saya tidak mengarah ke sana).
Dari mereka, saya juga mendapat balasan: beberapa langsung menyerang balik dan kadang lebih kejam pembalasannya. Beberapa hanya diam termenung atau menangis. Beberapa yang lain menyimpan sakit hatinya diam-diam, tidak mau mengklarifikasi 'kesalahan' saya namun memilih menyakiti dirinya sendiri dengan memasang stempel jahat pada diri saya.
Untuk semua itu, biasanya saya punya alasan yang kuat ketika saya melakukan sesuatu. Saya masih percaya sebenarnya niat saya baik (maaf, paling tidak menurut saya). Tapi inipun tidak bisa jadi alasan pembenaran ucapan dan tindakan saya.
Untuk yang pernah tergores dan terluka atas kebodohan saya, setulusnya saya minta maaf. Saya tidak menunggu lebaran. Saya tidak mau menunggu terlalu lama untuk melapangkan hati saya kembali. Tuhan, detik ini juga saya ingin mengetuk pintu-Mu dan memohon ampunan-Mu.
Hidup masih terus berjalan. Dan mungkin akan hadir luka baru. Tapi saya telah belajar, daripada orang lain lebih baik saya yang menanggungnya...
Dari mereka, saya juga mendapat balasan: beberapa langsung menyerang balik dan kadang lebih kejam pembalasannya. Beberapa hanya diam termenung atau menangis. Beberapa yang lain menyimpan sakit hatinya diam-diam, tidak mau mengklarifikasi 'kesalahan' saya namun memilih menyakiti dirinya sendiri dengan memasang stempel jahat pada diri saya.
Untuk semua itu, biasanya saya punya alasan yang kuat ketika saya melakukan sesuatu. Saya masih percaya sebenarnya niat saya baik (maaf, paling tidak menurut saya). Tapi inipun tidak bisa jadi alasan pembenaran ucapan dan tindakan saya.
Untuk yang pernah tergores dan terluka atas kebodohan saya, setulusnya saya minta maaf. Saya tidak menunggu lebaran. Saya tidak mau menunggu terlalu lama untuk melapangkan hati saya kembali. Tuhan, detik ini juga saya ingin mengetuk pintu-Mu dan memohon ampunan-Mu.
Hidup masih terus berjalan. Dan mungkin akan hadir luka baru. Tapi saya telah belajar, daripada orang lain lebih baik saya yang menanggungnya...
Comments