Skip to main content

Tidak Usah Kuliah

Ini bukan saran yang nyaman dibaca, terutama buat yang mampu kuliah. Ya kemampuan berfikirnya, ya kemampuan finansialnya, ya dukungannya dari keluarga.

Tapi ini adalah kabar gembira buat adik-adik kelas saya yang kebingungan mencari tempat kuliah. Yang daftar UMPTN (eh, sekarang apa namanya?) tapi gagal, yang kesulitan bayar uang gedung atau sumbangan ini itu. Yang merasa tersingkirkan karena teman-teman sebayanya kuliah semua, meskipun universitasnya mungkin juga gak jelas. Yang murung, bingung, malu pergi kemana-mana karena tak punya kampus yang bisa dibanggakan. Oya, ini juga saran yang berbahaya: orang tua yang tak siap mental untuk berubah bisa stres membacanya.

Saran ini memang berasal dari orang yang kuliahnya lulus, IPK-nya 3,7. Oleh karena itu bisa diasumsikan bahwa saya cukup memahami apa saja yang terjadi di bangku kuliah. Jadi saya telah melewati fase-fase yang diperlukan selama kuliah sehingga saran saya tidak turun dari langit dan awang-awang. Tapi justru nongol dari bawah bumi, dimana kedua kaki saya berpijak.

Oya, sampai saat ini ijazah sarjana saya tidak pernah saya gunakan.

Begini: mari kita buka mata dan hati lebar-lebar. Open mind. Apapun ilmu pengetahuan yang kita butuhkan saat ini, semua tersedia di internet. Apapun yang ingin engkau pelajari: ilmu merakit komputer, ilmu komuikasi, ilmu public relations, ilmu desain grafis, menggambar komik, menari, teater bahkan merancang software dan arsitek: semua tersedia di internet, lebih dari 90% gratis. Orang yang membimbing alias guru juga buanyak, gabung aja milis dengan topik grup yang kau sukai, ikuti perkembangannya, baca postingannya, lihat siapa yang paling berpengaruh dan paling cocok dengan Anda: kirim imel dan belajarlah kepadanya.

Jika masuk kuliah, maka mata kuliah dan dosennya ditentukan kampus. Literatur yang harus kita baca ditentukan dosen, nilaipun ditentukan dosen. Tapi lewat proses belajar mandiri berbasis internet: Anda menentukan sendiri subyek yang akan dipelajari, Anda cari sendiri dosennya, Anda nilai sendiri kemampuan Anda untuk menguasai ilmunya.

Anda masih butuh gelar? Kuno!

Bill Gates, Steve Jobs, Larry Elison: orang-orang sukses itu drop out semua meskipun tak pernah menyarankan untuk mahasiswa drop out.

Anda dan orang tua takut terjebak dalam lautan situs porno dan kekerasan? Dewasalah, di muka bumi ini segala bentuk kebaikan pasti berdampingan dengan kejahatan. Setiap kesempatan pasti didampingi ancaman. Cari yang baik dan bermanfaat, tinggalkan yang jorok-jorok. Gampang kan? Gitu aja kok repot...

Satu yang tidak bisa dilakukan oleh internet adalah menentukan cita-cita Anda besok ingin jadi apa.Impian tertinggi yang ingin Anda capai. Tujuan hidup yang Anda merasa perlu perjuangkan. Itu tugas Anda sendiri, tak ada orang lain yang bisa melakukannya untuk Anda. Tidak orang tua, kakak, pacar atau tetangga. Apalagi teknologi.

Sekarang carilah waktu yang tenang untuk merenung menemukan tujuan sejati hidup Anda. Mulai ditata hidupnya untuk sebuah perjalanan ke masa depan yang mendebarkan karena tak ada peta yang tersedia. Cari cara bagaimana bisa online (syukur bisa gratisan), dan mulailah belajar subyek yang membuat Anda paling bersemangat. Belajar, praktekkan. Belajar, praktekkan. Belajar, praktekkan. Terus begitu.

Jikapun terpaksa bayar sewa Rp 2500,-/jam, itupun pasti lebih murah dari biaya uang kuliah. Dalam waktu 5 tahun (waktu tempuh kuliah S1) saya garansi Anda akan lebih jago ketimbang lulusan S2 kuliahan. Asal Anda mau berkomitmen, konsisten, tidak mudah menyerah. Asal Anda mau melakukan apapun yang diperlukan untuk sukses. Tidak usah kuliah.

Berani?

Comments

Anonymous said…
Ralat mas,
Larry Elison pernah secara terang-terangan menyarankan mahasiswa untuk drop out... dan (gilanya) dilakukan saat memberikan pidato kelulusan di Yale University.

"I want to give hope to any underclassmen here today. I say to you, and I can't stress this enough: leave. Pack your things and your ideas and don't comeback. Drop out."
Iya, sayanya yang lupa. Padahal pernah baca juga tulisan Larry Elison ini. Makasih banget ya Mas koreksinya :)
Anonymous said…
Saya saat ini tinggal skripsi.

Semester 14, dan memperoleh pernyataan menyakitkan dari Sekjur saya.

"Terserah kamu, pilih mana ? bekerja atau meraih titel ?"

Saya sempat shock ...

Tapi biarlah, dia nggak tahu.

Saya bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga saya.

Selama bekerja, saya tau ...

KULIAH tidak MENGAJARKAN APAPUN

Ilmunya kuno ... dan direplikasi terus

Makanya Indonesia gak maju ...

Makanya, ketika ditanya calon istri saya

"Mas, kuliah itu penting nggak sih ?"

Saya berani menjawab,

"Jangan pernah kuliah ... apalagi di Indonesia !"

Saya juga kian yakin, titel itu tidak penting ...

Terlalu banyak ilmu yang kita peroleh dari pergaulan daripada jadi 'budak' dosen ...

Saya salut sama Mas ...

Oya gak usah jauh-jauh

Butet Kertardjasa idola saya itu, juga DO !!!

Dia mencantumkan universitas-nya dengan UNIVERSITAS KEHIDUPAN. Sama NGEPLEK dengan yang saya tulis di account friendster saya.

Dan saya bangga untuk itu.
Saya cuma lulusan SMA, pernah bekerja di PMA se-level dgn rekan saya yang S2. Perusahaan asing lebih menghargai orang dr pengalaman (expert di bidangnya atau tidak).

Sayangnya di Perusahaan di Indonesia Untuk Lowongan pekerjaan masih wajib dicantumkan minimal S1, padahal yang S1 itu belum tentu bisa Bekerja se-profesional orang yang Lulusan SMA tapi sudah jauh lebih berpengalaman. Dan Gaji Lulusan SMA jauh dibawah Lulusan S1 meskipun mengerjakan pekerjaan yang sama dan jauh lebih profesional.

Itu yang bikin Indonesia ga bisa maju, yang punya potensi bagus ga dihargai lantaran ga punya Ijasah Sarjana. Apalah artinya selembar Ijasah yang di Indonesia ini masih bisa dibeli, bahkan untuk jadi Wakil Rakyat pun sampai harus membeli Ijasah.

School of Life, Belajar dari Kehidupan.
Learning from experience is a faculty almost never practiced
Anonymous said…
asli mas keren bgt neh tulisan..salam kenal mas.."iman"
Anonymous said…
keren !!!

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Al Fatihah Cahaya Kehidupan

Hidup kita ini diawali dengan kesederhanaan dan akan diakhiri dengan kesederhanaan. Sehingga cara terbaik untuk menjalaninya pun dengan kesederhanaan. Manusia seringkali menilai penampilan luar yang jika kita mengikuti penilaian itu akan memboroskan jiwa raga. Tapi Allah melihat ke dalam hati kita, ke kesejatian, ke kesederhanaan. Hal sederhana yang sangat dekat dengan keseharian kita sebagai muslim adalah Surat Al Fatihah yang kita baca minimal 17 kali sehari dalam sholat. Insya Allah jamaah sekalian telah hafal luar kepala bacaannya beserta artinya. Tapi dalam kesempatan ini, saya akan mencoba mengupas makna ayat-ayat indah dalam Surat Al Fatihah ini dari sudut pandang saya, sudut pandang yang sehari-hari, yang sederhana. Tapi sebelumnya saya akan menceritakan sebuah kejadian nyata yang berhubungan dengan Surat Al Fatihah, yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Malam itu jam 20.00 saya dan Mas Andika DJ (CEO Syafaat Marcomm) harus ijin pulang dulu dari sebuah rapat di