Sesungguhnya
Islam datang dalam keadaan asing
dan akan
kembali pula dalam keadaan asing,
maka
berbahagialah orang-orang yang dikatakan asing.
HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu
Umar RA
Kisah mengenai bagaimana sebuah ide sederhana yang asing dan
aneh akhirnya membuat dunia yang kita tinggali ini menjadi tidak pernah sama
lagi dengan sebelumnya, biasanya akan menjadi kisah yang inspiratif, menggugah
kesadaran kita, menyalakan passion di
hati kita yang terdalam, bahkan sampai membuat kita menitikkan air mata.
Lihatlah cerita orang-orang yang telah mengubah dunia,
semuanya diawali dengan penolakan yang dahsyat saat ide itu pertama kali
dikemukakan, saat ikhtiar perubahan itu mulai dijalankan. Mereka dituduh gila,
ditertawakan, dianggap merongrong status
quo, diasingkan dari pergaulan sehari-hari dan hal-hal menyakitkan lainnya.
Lihatlah saat Nabi Nuh menyampaikan pada kaumnya tentang
perintah Allah untuk membangun sebuah kapal di tengah padang pasir. Apa kata
kaumnya? Mereka menganggapnya gila. Di masa sekarang pun, saya kira mayoritas
akan menganggap gila seseorang yang membuat perahu besar di tengah padang pasir
tanpa air setetespun. Itu perahu mau berlayar dimana?
Lihatlah saat Nabi Ibrahim menerima perintah untuk menyembelih
Ismail putra tercintanya. Jika kejadian itu diteleportasikan ke masa sekarang,
kita pasti akan menganggap Nabi Ibrahim psikopat pembunuh anak-anak dan
melaporkannya ke polisi terdekat.
Lihatlah saat Rasulullah menyampaikan dakwahnya pada kaum Thaif.
Rasulullah yang mulia itu dilempari batu sampai berdarah-darah dan kotoran unta
sampai berbau-bau.
Pada awalnya, Bill Gates ditertawakan saat menyampaikan
bahwa nanti aka nada satu komputer di setiap meja, menjalankan aplikasi
Windows. Steve Jobs juga ditertawakan saat memutuskan kembali ke Apple untuk
menyelamatkan perusahaan itu dari kebangkrutan. Perusahaan yang sama yang
menendangnya 11 tahun sebelumnya. Colombus juga dicap gila saat mengatakan akan
memutari bumi dengan kapal layar karena saat itu mayoritas bangsa di dunia
percaya bahwa bumi ini pipih dan Colombus akan terjatuh hilang saat mencapai
ujung dunia. Dan seterusnya. Wright bersaudara saat memulai eksperimennya
membuat pesawat terbang juga diejek-ejek dan tak dianggap.
Semua yang mengubah dunia mengawalinya dari sesuatu yang
asing. Yang belum pernah ada sebelumnya.
Nah, inspirasi itu berkobar-kobar saat pertama kali
menyetrum kesadaran kita. Tapi biasanya juga: umur inspirasi itu tak panjang.
Beberapa saat setelah cerita itu berlalu dan kita mulai
menggeluti lagi dunia dan segala permasalahannya sehari-hari, api itu pun
memudar. Kesadaran itu menguap. Passion itu
meredup dan padam. Kita pun menjelma kembali menjadi orang-orang biasa,
orang-orang pada umumnya. Menjalani hidup dari pagi ke pagi lagi dengan jadual
yang telah ditentukan, begitu-begitu saja melewati jam, hari, minggu, bulan dan
tahun. Tubuh kita berjalan, bergerak dan bekerja kesana-kemari memperjuangkan
mimpi-mimpi di luar diri kita, sementara jiwa kita gersang, hati nurani tak
lagi mendapat tempat tertinggi dalam tubuh yang lelah, dalam pandangan mata
yang kosong tanpa daya.
Maka jumlah orang-orang yang bersedia memperjuangkan
ide-idenya sepenuh hati sangatlah sedikit. Sebagian besar dari kita memilih
menyerah di awal atau pertengahan perjalanan karena tak sanggup menanggung
resiko untuk berbeda, untuk disalahpahami, untuk dicemooh, untuk dikritik dan
difitnah. Mayoritas kita tak cukup kuat untuk menelan hinaan-hinaan itu,
perlakuan yang merendahkan itu, sehingga memilih menukarkan inner voice (suara hati) itu dengan
kenyamaan, ketenangan, ketentraman.
Secara tak sadar, kita bahkan mulai ikut-ikutan mengatakan
bahwa keajaiban yang dibawa oleh setiap ide baru adalah sesuatu yang tidak
logis, tidak masuk akal, karena saat menjalaninya tanpa hasrat, kita pernah
gagal dan menolak bangkit. Ide-ide itu terlihat terlalu tinggi dan sia-sia
karena kita tak pernah serius memperjuangkannya.
Bahkan pun saat engkau telah berniat untuk mengubah dunia,
lalu menghidupkan siang dan malammu untuk mengejar itu, belum bisa jadi jaminan
bahwa engkau akan mencapainya di ujung umurmu.
Alam semesta ini punya mekanisme seleksi alam yang kejam
tapi adil. Engkau yang tak sungguh-sungguh bersedia bersikap kejam pada dirimu
sendiri untuk memperjuangkan terwujudnya ide-ide besar yang kau yakini, akan
diperlakukan dengan kejam tanpa basa-basi oleh realitas, oleh hukum sebab
akibat, bahkan oleh akal sehatmu sendiri.
Kecuali jika engkau termasuk orang-orang jenius. Yang setahu
saya, bukanlah merupakan keturunan.
Kita
harus membentuk ide-ide dasar dari
realitas
alam dengan pemikiran dan kreativitas kita.
Dengan
itu kita akan menandai sejarah,
tidak
sekedar larut di dalamnya.
- Steve Jobs, former CEO Apple Inc. -
Apple Computer dalam iklan legendarisnya tahun 1997 Think
Different mencatat nama-nama ini: Albert Einstein, Bob Dylan, Martin Luther
King, Jr., Richard Branson, John Lennon, Buckminster Fuller, Thomas Edison,
Muhammad Ali, Ted Turner, Maria Callas, Mahatma Gandhi, Amelia Earhart, Alfred
Hitchcock, Martha Graham, Jim Henson, Frank Lloyd Wright, Pablo Picasso.
Copy
writing iklan ini sungguh menggetarkan hati:
Here’s
to the crazy ones. The misfits. The rebels. The troublemakers. The round pegs
in the square holes. The ones who see things differently. They’re not fond of
rules. And they have no respect for the status quo. You can quote them,
disagree with them, glorify or vilify them. About the only thing you can’t do
is ignore them. Because they change things. They push the human race forward. While
some may see them as the crazy ones, we see genius. Because the people who are
crazy enough to think they can change the world, are the ones who do.
Jenius adalah orang-orang yang mampu mempertanggungjawabkan
kegilaannya. Dan jumlah mereka adalah minoritas. Tanpa kemampuan untuk
mempertanggungjawabkan ‘keanehannya’, maka posisi orang-orang yang berbeda dan
dianggap gila itu akan dipinggirkan, dijauhkan dari kehidupan sehari-hari yang
normal karena dianggap pengganggu keharmonisan dan ketertiban.
Seringkali orang-orang besar yang mengubah dunia,
melakukannya tanpa niat yang besar, mereka menggelinding begitu saja mengikuti
kata hatinya, melakukan apapun yang mereka lakukan dengan suka cita lalu...
Bummm!!!
Dunia pun berubah karena hal-hal sederhana yang mereka
lakukan, diiringi dengan kebetulan-kebetulan dan dukungan yang mengalir deras
dari arah yang tak pernah mereka perkirakan. Setiap kisah kesuksesan bisnis dan
kehidupan, tidak lebih tidak kurang, menggambarkan dukungan alam semesta yang
aneh seperti itu.
Kalau balik lagi ke beberapa puluh tahun silam saat fajar
industri komputer menjelang, Apple Computer dan Microsoft-pun melewati fase
yang sama. Juga Starbucks, lalu Google, Facebook, yang termutakhir Twitter.
Benar bahwa sungguh sangat penting untuk berfikir besar -
seperti kata Steve Jobs - to put a dent
in the universe - tapi apa yang kemudian sungguh-sungguh mengubah dunia ini
dengan kehadiran pemikiran dan tindakan kita adalah sesuatu yang sangat
sederhana.
Dunia ini penuh dengan kebisingan dari orang-orang yang
teriak ramai tentang hal-hal yang tidak penting, hal-hal sampah yang makin
menggunung dan menyesakkan mata hati kita. Sampah-sampah yang dikemas dengan
bungkus yang mewah, glamour, indah dan menggoda iman. Sampah-sampah yang diiklankan
sebagai kebutuhan nomer satu dan bukti kesuksesan tertinggi. Sampah-sampah yang
menggiurkan dan menjadikan kita konsumen rakus yang membeli hal-hal yang tak
kita butuhkan.
Tengoklah sampah-sampah itu: sinetron kejar tayang,
infotainment gosip, politik kekuasaan, iklan-iklan tanpa kedalaman makna,
pengajian yang menidurkan jamaahnya, mereka yang mengaku membela agama tertentu
sementara tingkah lakunya justru merusak apa yang dibelanya.
Lawanlah kebisingan itu. Dengarlah suara lirih dalam hatimu.
Lalu berjuanglah sekeras mungkin untuk mengikutinya. Memperjuangkan ide-ide
yang kau yakini justru karena ditolak orang lain, justru karena dicemooh dan
dijauhi.
Engkau – dan siapapun yang punya kemauan – bisa menjadi
bagian dari orang-orang besar yang dicatat oleh dunia dengan tinta emas. Selama
engkau bersedia membayar ‘harga’nya. Selama engkau bersedia menggenggam erat
ide-idemu dan memperjuangkannya sepenuh hidupmu, saat semua orang seolah-olah
menentangmu.
Sebuah
hadits Rasulullah dari Anas bin Malik RA. telah memotret persis akan hadirnya masa-masa seperti ini “Akan
tiba nanti masa dimana menggenggam nilai-nilai kebenaran itu seperti
menggenggam bara api.”
Jika kau pegang terus kebenaran itu, maka tanganmu akan
terbakar dan itu sungguh sakit luar biasa. Tapi jika kau tak tahan
menggenggamnya, maka lepaslah kebenaran itu dari tanganmu dan datanglah
kesesatan dalam hidupmu.
Saya merasakan, masa itu telah tiba. Masa di mana menjadi
orang yang memegang teguh keyakinan Islam, sama dengan mendaftarkan diri untuk
diasingkan. Bahkan oleh mayoritas umat Islam sendiri.
Inilah masa-masa terbaik untuk mereka yang ingin mengubah
dunia. Untuk mengumpulkan keberanian menjalani kehidupan yang asing demi
perbaikan dunia yang semakin tua.
Kapal yang berisi perlengkapan untuk kembali jika pasukan
Islam gagal menjalani misi untuk menaklukkan Andalusia (sekarang Spanyol) telah
terbakar. Panglima Jabal Tariq telah membakarnya saat seluruh pasukan telah
mendarat. Sehingga seluruh pasukan tak bisa pulang jika gagal, jika kalah.
Kapal untuk pelarian bagi jiwa-jiwa muslim yang kerdil
seharusnya dibakar sekali lagi. Sehingga tak ada lagi peluang untuk kembali
jika kita gagal mengubah dunia.
Pilihan umat Islam di masa sekarang adalah menjadi umat yang
memenangkan perjuangan untuk kebaikan. Kita akan berjuang dengan gagah berani.
Dengan resiko diejek, ditertawakan, dianggap gila. Tapi bukankah itu resiko
yang sama yang telah ditempuh oleh banyak orang biasa sebelum kelak, dunia ini
akan mengenangnya sebagai legenda?
Buku ini adalah salah satu ikhtiar untuk menyongsong
perubahan itu. Untuk mengingatkan kita semua – termasuk saya – bahwa membangun
bisnis kreatif sebagai implementasi dari nilai-nilai otentik Islam bukanlah
sekedar ditujukan untuk mengumpulkan keuntungan, meningkatkan ROI (Return on Investment) atau menyumbang
devisa negara.
Tapi saya besarkan niat saya, untuk mengubah dunia.
Mari mulai melangkah dengan yakin. Sekaranglah Waktunya.
Bismillaahirahmaanirrahiim…
Comments