Untuk Mas Handoko Hendroyono* Sejurus setelah saya menyelesaikan membaca ‘Brand Gardener’, saya teringat sebuah peribahasa: saat murid siap, guru akan datang. Begini ceritanya: seperti siapapun yang terlibat dalam bisnis advertising by choice (alias tidak terpaksa ),saya pun selalu mencoba untuk memikirkan ulang industri yang saya geluti sejak 1996 ini. Mungkin 15 tahun barulah seumur jagung kalau bicara pengalaman, tapi setidaknya saya pelan-pelan mulai memahami industri seperti apa yang saya masuki ini. Pertanyaan besar yang selalu mengganggu saya adalah: apakah industri ini cukup syarat untuk dijalankan dan dihidupi oleh orang-orang yang punya niat, passion , cinta dan keyakinan yang kuat untuk memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya? Ataukah ia hanya sekedar menjadi perpanjangan corong bagi kekuatan brutal kapitalisme yang ideologinya adalah: jualan, jualan, jualan? Saya pun mulai bertanya-tanya, pada siapapun atau apapun yang saya ...