Skip to main content

Kunci Sukses Bisnis 7 (End)

Apa kabar temen-teman pengunjung blog saya? Makasih lho masih bersedia mampir, berikut saya lunasi hutang tulisan terakhir saya dalam rangkaian Kunci Sukses Bisnis. 

Kunci sukses yang terakhir ini mengalami penundaan yang lama untuk saya tuliskan. rasanya saya terserang mental block. Bukan apa-apa, lantaran saya sendiri belum bisa menjalankannya walaupun ingiiiin sekali. Tapi biarlah saya selesaikan saja sebatas pengetahuan yang saya pahami maupun pengalaman dari beberapa orang yang telah menjalankannya.

Kunci terakhir ini adalah Naik Haji sebagai wajibnya dan Umroh sebagai sunnah-nya. Konsep dari haji adalah kembalinya kita pada asal-usul penciptaan kita sebagai manusia, sebagai hamba Allah, sebagai makhluk yang pada kelahirannya tidak membawa apa-apa.

Makanya pada episode naik haji, yang wajib dikenakan adalah pakaian ihram, putih bersih dan hanya itu. Tak boleh kita memakai jaket kulit Louis Vutton yang puluhan juta rupiah, walaupun punya. Tak boleh kita memakai perhiasan bertabur intan permata walaupun peninggalan Majapahit. Tak boleh, semua itu harus ditinggalkan. Diikhlaskan.

Dalam kehidupan bisnis pun begitu, apa yang dicapai, dikumpulkan, dikejar siang malam 'seolah-olah' menjadi hak kita. Seolah-olah merupakan upaya kerja keras kita sepenuhnya, kesuksesan yang kita inilah penyebabnya. Sehingga seringkali kesuksesan, kekayaan, gemerlapnya harta benda itu menyilaukan diri kita sendiri dan menutupi mata hati kita dari kepedulian atas nasib saudara-saudara kita yang kurang beruntung.

Tapi kesuksesan apapun yang kita dapatkan di dunia ini - saat Allah memanggil kita ke alam akhirat - harus tetap tinggal di dunia. Tak ada yang bisa kita bawa ke alam kubur, tak ada manfaatnya. Mobil Jaguar, iPad, real estate, apa saja kesenangan duniawi: suka tidak suka, ikhlas tidak ikhlas, harus kita tinggalkan.

Haji adalah miniatur kematian yang akan kita alami

Tak ada duniawi yang boleh dibawa saat kita penuhi panggilan Allah di rumah-Nya. Kita ikhlaskan semua, kita bawa badan dan jiwa kita saja dan selembar kain ihram, seperti sang mayat yang hanya dibekali sepotong kain kafan di lubang kuburnya.

Pesawat yang mengangkut para jamaah haji ke Mekkah laksana keranda raksasa yang mengantarkan para penumpangnya menuju Tuhan. Kita dilatih untuk menuju akhir saat belum sampai di akhir yang sebenarnya.

Dengan mentalitas bahwa tak akan ada kesuksesan yang dibawa dan dibanggakan saat maut menjemput, kita akan menjalankan bisnis dengan sangat hati-hati, berfikir seribu kali sebelum melanggar jalur-Nya. Takkan ada korupsi, penyuapan, pencurian, pemalsuan, karena itu semua akan menghancurkan diri kita sendiri.

Dalam pemahaman saya, bisnis itu dibangun karena kita punya impian, punya tujuan yang besar, bahkan lebih besar dari kehidupan itu sendiri.

Bisnis yang dibangun hanya untuk mengejar kekayaan, uang dan kesuksesan duniawi semata, akan rapuh karena tak bersandar pada kekekalan. Sebuah buku bagus berjudul Built to Last tulisan James C. Collins dan Jerry I. Porras menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahunan didasarkan atas fondasi dan visi yang besar, melebihi sekedar pengumpulan kekayaan semata-mata.

Kita awali hidup tanpa apa-apa dan kita pun akan pergi meninggalkan dunia ini tak membawa apa-apa. Jadi apa yang bisa dibanggakan? Tak ada kesuksesan yang abadi, semua itu akan runtuh pada waktunya. Dunia ini penuh cerita bangsa-bangsa dan orang-orang besar yang toh tak bisa menang melawan kematian.

Dan yang terpenting, Tuhan tidak menilai kesuksesan kita dari berapa banyaknya aset perusahaan kita, berapa trilyun dollar kekayaan kita, berapa banyak award yang kita telah kumpulkan.

Tapi dari ketaqwaan semata. Ketaqwaan itu gratis sehingga siapapun bisa meraihnya tanpa perlu keluar biaya. Dan keyakinan saya mengatakan: taqwa inilah harta termahal itu, tapi seringkali kita sia-siakan. Seringkali kita acuhkan, seringkali kita taruh di pinggiran saja dalam business plan yang kita susun.

Semoga apa yang telah saya tuliskan dalam 7 seri tulisan Kunci Sukses Bisnis ini bukanlah akhir dari ikhtiar saya dan teman-teman semua untuk terus berjuang menggapai Ridho-Nya melalui bisnis yang sekarang kita coba bangun, rawat dan kembangkan.

Perjalanan yang lebih menggairahkan dan menantang, sesungguhnya baru akan dimulai.

Allah menunjukkan kompasnya dalam Rukun Iman, pemahaman yang lebih mendalam yang melampaui logika manusia. Jika Rukun Islam yang saya telah bahas semampu saya ini adalah fondasi bisnis alias Business for Beginner maka Rukun Iman  adalah Advance Level-nya.

Tertarik?

Image pinjem dari: http://kartinihadi.blogspot.com/2010/03/12-barisan-di-akhirat.html || http://www.overdrive.com/resources/ContentWireArchive.asp?CW=20081209 || http://image.healthhaven.com/Informasi_Haji_Indonesia.htm

Comments

Anonymous said…
Tertarik mas...

keren sanget...

Jumat saya ngisi seminar di ITB, Insya alloh bahan yang saya pake adalah isi dr blognya mas arif...

insya alloh buat mas sukses fi dunya wal akhiroh

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Dari Google Untuk Indonesia

Jika Google aja peduli untuk mengingatkan kita semua bahwa hari ini - 17 Agustus 2009 - bangsa besar ini sedang merayakan hari kemerdekaannya, apa bentuk kepedulian kita pada kemerdekaan kita sendiri? Tidak usah buru-buru menjawab. Mari kita lihat di cermin masing-masing, apakah sebentuk sosok yang nampak di hadapan kita itu sudah cukup berbuat untuk bangsanya sendiri, untuk sebuah kata yang membuat kita takjub: INDONESIA. Yang sudah terlanjur ya sudah. Saatnya menatap tajam ke depan, menunjukkan pada dunia sebuah pekik yang takkan tertelan oleh jaman, yang akan bergema 1000 tahun bahkan lebih lama lagi: MERDEKA! Lalu kita wujudkan pekik itu dalam gerak hidup kita selanjutnya. Dengan kemandirian dan keberanian. Jangan lagi kita mempermalukan para pendahulu kita, para pejuang yang gagah berani mengusir penjajah.  Kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan. Kemerdekaan justru awal bagi perjalanan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, yang kita banggakan bersama.

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena