Awalnya dari sebuah comment di tulisan saya sebelumnya, Palestina Mengetuk Hati Kita. Seorang sahabat yang berkunjung menuliskan: waduh bukanya yahudi itu laknatulloh yg harus di perangi ,di musnahkan. bukan di cintai. mereka musuh ALLOH ...
Nah, berikut pemikiran saya.
Israel alias Yahudi adalah kaum yang memang berbakat nyengiti dari dulu. Pinter sekaligus licik, rakus, tidak berperikemanusiaan dan sok punya kuasa. Beberapa hari kemarin mereka bergaya sok menolong ketika mengumpulkan kurang lebih 100 orang Palestina di sebuah gedung untuk - Masya Allah - sehari setelahnya mengirimkan serentetan peluru menghujani gedung tersebut dan menewaskan lebih dari 30 orang tak berdaya yang sedang berlindung ketakutan di dalamnya. Tentu saja ini adalah pembantaian terencana dan PBB pun menganggapnya demikian. Sebuah kejahatan perang. Belum lagi lebih dari 800 orang - jumlah itu terus bertambah - yang meninggal jadi korban kebiadapan Israel.
Lha, secara logika dan hati nurani kemanusiaan kita bukankah tipe bangsa kayak begini emang wajib dimusuhi, dibakar benderanya, kalo perlu ditembak dan dibunuh karena kejahatannya yang luar biasa?
Sebelumnya, saya akan meminta maaf terlebih dahulu. Saya muslim 100% dan Insya Allah sedang mencoba untuk taat dan mendekat pada Allah, Tuhan saya dan Tuhan kita semua. Tapi pendapat saya ini murni ijtihad saya sendiri dan tidak mewakili muslim lainya. Saya akan mulai dengan beberapa pertanyaan:
Jika Nabi Muhammad Rasulullah diludahi orang dan dilempari batu sampai berdarah-darah, apa yang akan Anda lakukan?
Jika engkau ditodong pedang dan hendak dibunuh lantas berhasil merebut pedang itu untuk balik menodong penyerang Anda, apakah yang akan Anda lakukan setelahnya?
Jika seseorang atau sekelompok orang karena alasan sepele memukuli dan menghajar salah satu orang di kampung Anda dan penduduk kampung Anda berkumpul untuk menyerbu kampung si pemukul dan mengajak Anda ikut serta menghancurkan kampung lawan, apa yang akan Anda lakukan?
Jawaban paling logis bisa jadi seperti ini: pertama, nasib orang yang berani meludahi bahkan melempari Rasulullah pasti tidak selamat. Rasulullah junjungan kita umat Islam diperlakukan seperti itu, kurang ajar betul. Bahkan Salman Rushdie-pun - oleh sebagian ulama Islam - dihalalkan darahnya. Kedua, mata ya dibalas dengan mata. Saya berhak membunuh dia karena dia telah berniat membunuh saya. Kalau tidak saya bunuh maka saya yang akan dibunuhnya. Pedang lawan akan saya pakai untuk mengirimnya ke neraka karena kejahatannya pada saya. Ketiga, namanya juga solidaritas. Bisa jadi sekarang kawan saya, besok mungkin saya. Jadi saya akan segera pulang ambil senjata secukupnya - bukan kita kok yang mulai bikin masalah - dan berangkat memberi pelajaran pada orang kampung sebelah agar tidak macam-macam lagi dan mengganggu orang kampung saya.
Dengan segala hormat, berikut jawaban saya:
Pertama, Rasulullah sendiri memberikan teladannya. Beliau tidak balas meludahi orang yang meludahi beliau. Ketika suatu hari beliau lewat dan tidak ada yang meludahinya, beliau bertanya kemana gerangan Si Fulan yang biasa meludahiku? Saat tahu Si Fulan sakit, beliau membawa bingkisan menjenguk ke rumahnya dan mendoakannya cepat sembuh. Saat beliau dilempari batu oleh kaum Thaif, beliau tidak balas melempari mereka atau menyerbu dengan pasukan yang lebih besar. Rasul terpilih itu malah memintakan ampunan buat kaum Thaif pada Allah. Rasul kita bukan pendendam, pemarah dan tukang perang.
Kedua, Rasul sekali lagi membawa keindahan saat seseorang menodongkan pedang untuk membunuhnya. Terjadi dialog dan suatu ketika pedang itu terjatuh. Rasul kita memungut pedang itu dan mengembalikannya pada penodongnya, bukan menggunakannya untuk membalas dendam.
Ketiga, saya akan tinggal dan tidak pergi untuk menyerbu kampung sebelah meskipun resikonya akan dimusuhi orang sekampung. Saya akan mencegah penyerbuan itu. Saya akan jelaskan semampu saya bahwa membalas sebuah kejahatan kecil dengan kejahatan lebih besar seperti merusak rumah orang yang mungkin tidak bersalah itu lebih banyak dosa dan mudharat-nya. Saya mungkin tidak akan didengarkan, saya mungkin dituduh tidak setia kawan dan tidak solider. Apa boleh buat, untuk menjadi jernih dalam situasi kalut memang membawa resiko. Punya keyakinan yang berbeda dengan banyak orang membang beresiko. Tapi apa salahnya mengambil resiko jika kita yakin benar?
Kembali ke pertanyaan sahabat yang berkunjung di blog ini: waduh bukanya yahudi itu laknatulloh yg harus di perangi ,di musnahkan. bukan di cintai. mereka musuh ALLOH ...
Saya setuju bahwa Yahudi itu laknatullah. Saya setuju bahwa Iblis itu nanti masuk neraka. Saya setuju bahwa setiap penjahat harus dihukum. Saya setuju bahwa musuh-musuh Allah harus diperangi dengan jihad.
Tapi saya memilih cara jihad yang berbeda. Saya memilih meninggalkan cara kekerasan dan pembalasan. Saya memilih mengikuti Rasulullah dalam menegakkan Kalimat Allah di bumi yang penuh rahmat ini. Bahkan Mother Teresa tidak mau menghadiri demo anti perang, karena artinya itu demo yang mengutuk dan mengecam perang.
Semakin banyak kata perang disebut, semakin banyak orang membenci, mengutuk dan mengecam makin besarlah kemungkinan perang akan terus berlanjut. Karena hukum ketertarikan akan bekerja, jika kita terus berfikir tentang perang - tidak peduli setuju atau tidak setuju - maka perang makin eksis di pikiran kita dan akhirnya menjadi kenyataan. Makin kita mengutuk-ngutuk Israel, maka Israel makin eksis di pikiran kita dan kita ketularan kejahatannya: jadi gampang mengutuk, memaki, marah dan jika seseorang meminjamkan senapan M16: bukan mustahil kita akan jadi pembunuh. Sama dengan Israel yang kita musuhi.
Saya tidak menentang demo anti Israel dan Amerika. Silakan jika ingin membakar bendera Israel atau melempari tokoh Israel dengan sepatu yang paling bau. Saya pun berdoa agar saudara-saudara tercinta saya di Palestina tabah memnjalani cobaan ini dan dikuatkan hatinya sekuat baja.
Saya memilih menyerukan penghentian perang, mewujudkan perdamaian dari kedua belah pihak. Saya memilih mengumpulkan bantuan kemanusiaan semampunya buat warga Palestina dan warga sipil Israel. Saya memilih menyampaikan pendapat saya secara terbuka seperti ini agar kita bisa bertukar pikiran untuk menuju kebenaran sejati.
Saya memilih mencintai musuh kita ketimbang memusuhinya. Saya memilih melawan kebiadapan dengan kasih sayang dan cinta. Saya memilih meluluhkan hati seorang tentara Israel sehingga dia sadar dsn kembali mendengarkan hati nuraninya, ketimbang menembak kepalanya dengan pistol di tangan. Saya memilih berdoa agar Allah menggerakkan hati para pejabat, militer di Israel, Amerika dan sekutunya untuk menghentikan serangan. Saya berdoa teman-teman Hamas mau sedikit bersabar untuk tak buru-buru melontarkan roketnya ke warga sipil Israel.
Karena ketika roket dibalas roket, peluru dibalas peluru, bom dibalas bom: makin banyaklah manusia yang menderita dan setan makin kencang tertawanya.
Inilah pilihan saya dan kemungkinan besar tak banyak yang sependapat dengan apa yang saya saya sampaikan ini. Saya mungkin utopis atau fatalis. Tapi saya tidak mau ikut arus hanya agar diterima sebagai bagian mayoritas.
Saya percaya, saya tidak sendiri dalam hal ini. Tuhan tahu apa yang saya pikirkan dan nawaitu-nya Insya Allah demi terciptanya Islam sebagai Rahmatan lil 'Alamien. Karena - seorang teman memberitahu - Islam berasal dari kata Salam, artinya selamat.
Semoga keselamatan segera hadir memenuhi hamparan bumi kita. Dan bersemayam di relung hati kita masing-masing. Amien ya Robbal 'Alamien...
Nah, berikut pemikiran saya.
Israel alias Yahudi adalah kaum yang memang berbakat nyengiti dari dulu. Pinter sekaligus licik, rakus, tidak berperikemanusiaan dan sok punya kuasa. Beberapa hari kemarin mereka bergaya sok menolong ketika mengumpulkan kurang lebih 100 orang Palestina di sebuah gedung untuk - Masya Allah - sehari setelahnya mengirimkan serentetan peluru menghujani gedung tersebut dan menewaskan lebih dari 30 orang tak berdaya yang sedang berlindung ketakutan di dalamnya. Tentu saja ini adalah pembantaian terencana dan PBB pun menganggapnya demikian. Sebuah kejahatan perang. Belum lagi lebih dari 800 orang - jumlah itu terus bertambah - yang meninggal jadi korban kebiadapan Israel.
Lha, secara logika dan hati nurani kemanusiaan kita bukankah tipe bangsa kayak begini emang wajib dimusuhi, dibakar benderanya, kalo perlu ditembak dan dibunuh karena kejahatannya yang luar biasa?
Sebelumnya, saya akan meminta maaf terlebih dahulu. Saya muslim 100% dan Insya Allah sedang mencoba untuk taat dan mendekat pada Allah, Tuhan saya dan Tuhan kita semua. Tapi pendapat saya ini murni ijtihad saya sendiri dan tidak mewakili muslim lainya. Saya akan mulai dengan beberapa pertanyaan:
Jika Nabi Muhammad Rasulullah diludahi orang dan dilempari batu sampai berdarah-darah, apa yang akan Anda lakukan?
Jika engkau ditodong pedang dan hendak dibunuh lantas berhasil merebut pedang itu untuk balik menodong penyerang Anda, apakah yang akan Anda lakukan setelahnya?
Jika seseorang atau sekelompok orang karena alasan sepele memukuli dan menghajar salah satu orang di kampung Anda dan penduduk kampung Anda berkumpul untuk menyerbu kampung si pemukul dan mengajak Anda ikut serta menghancurkan kampung lawan, apa yang akan Anda lakukan?
Jawaban paling logis bisa jadi seperti ini: pertama, nasib orang yang berani meludahi bahkan melempari Rasulullah pasti tidak selamat. Rasulullah junjungan kita umat Islam diperlakukan seperti itu, kurang ajar betul. Bahkan Salman Rushdie-pun - oleh sebagian ulama Islam - dihalalkan darahnya. Kedua, mata ya dibalas dengan mata. Saya berhak membunuh dia karena dia telah berniat membunuh saya. Kalau tidak saya bunuh maka saya yang akan dibunuhnya. Pedang lawan akan saya pakai untuk mengirimnya ke neraka karena kejahatannya pada saya. Ketiga, namanya juga solidaritas. Bisa jadi sekarang kawan saya, besok mungkin saya. Jadi saya akan segera pulang ambil senjata secukupnya - bukan kita kok yang mulai bikin masalah - dan berangkat memberi pelajaran pada orang kampung sebelah agar tidak macam-macam lagi dan mengganggu orang kampung saya.
Dengan segala hormat, berikut jawaban saya:
Pertama, Rasulullah sendiri memberikan teladannya. Beliau tidak balas meludahi orang yang meludahi beliau. Ketika suatu hari beliau lewat dan tidak ada yang meludahinya, beliau bertanya kemana gerangan Si Fulan yang biasa meludahiku? Saat tahu Si Fulan sakit, beliau membawa bingkisan menjenguk ke rumahnya dan mendoakannya cepat sembuh. Saat beliau dilempari batu oleh kaum Thaif, beliau tidak balas melempari mereka atau menyerbu dengan pasukan yang lebih besar. Rasul terpilih itu malah memintakan ampunan buat kaum Thaif pada Allah. Rasul kita bukan pendendam, pemarah dan tukang perang.
Kedua, Rasul sekali lagi membawa keindahan saat seseorang menodongkan pedang untuk membunuhnya. Terjadi dialog dan suatu ketika pedang itu terjatuh. Rasul kita memungut pedang itu dan mengembalikannya pada penodongnya, bukan menggunakannya untuk membalas dendam.
Ketiga, saya akan tinggal dan tidak pergi untuk menyerbu kampung sebelah meskipun resikonya akan dimusuhi orang sekampung. Saya akan mencegah penyerbuan itu. Saya akan jelaskan semampu saya bahwa membalas sebuah kejahatan kecil dengan kejahatan lebih besar seperti merusak rumah orang yang mungkin tidak bersalah itu lebih banyak dosa dan mudharat-nya. Saya mungkin tidak akan didengarkan, saya mungkin dituduh tidak setia kawan dan tidak solider. Apa boleh buat, untuk menjadi jernih dalam situasi kalut memang membawa resiko. Punya keyakinan yang berbeda dengan banyak orang membang beresiko. Tapi apa salahnya mengambil resiko jika kita yakin benar?
Kembali ke pertanyaan sahabat yang berkunjung di blog ini: waduh bukanya yahudi itu laknatulloh yg harus di perangi ,di musnahkan. bukan di cintai. mereka musuh ALLOH ...
Saya setuju bahwa Yahudi itu laknatullah. Saya setuju bahwa Iblis itu nanti masuk neraka. Saya setuju bahwa setiap penjahat harus dihukum. Saya setuju bahwa musuh-musuh Allah harus diperangi dengan jihad.
Tapi saya memilih cara jihad yang berbeda. Saya memilih meninggalkan cara kekerasan dan pembalasan. Saya memilih mengikuti Rasulullah dalam menegakkan Kalimat Allah di bumi yang penuh rahmat ini. Bahkan Mother Teresa tidak mau menghadiri demo anti perang, karena artinya itu demo yang mengutuk dan mengecam perang.
Semakin banyak kata perang disebut, semakin banyak orang membenci, mengutuk dan mengecam makin besarlah kemungkinan perang akan terus berlanjut. Karena hukum ketertarikan akan bekerja, jika kita terus berfikir tentang perang - tidak peduli setuju atau tidak setuju - maka perang makin eksis di pikiran kita dan akhirnya menjadi kenyataan. Makin kita mengutuk-ngutuk Israel, maka Israel makin eksis di pikiran kita dan kita ketularan kejahatannya: jadi gampang mengutuk, memaki, marah dan jika seseorang meminjamkan senapan M16: bukan mustahil kita akan jadi pembunuh. Sama dengan Israel yang kita musuhi.
Saya tidak menentang demo anti Israel dan Amerika. Silakan jika ingin membakar bendera Israel atau melempari tokoh Israel dengan sepatu yang paling bau. Saya pun berdoa agar saudara-saudara tercinta saya di Palestina tabah memnjalani cobaan ini dan dikuatkan hatinya sekuat baja.
Saya memilih menyerukan penghentian perang, mewujudkan perdamaian dari kedua belah pihak. Saya memilih mengumpulkan bantuan kemanusiaan semampunya buat warga Palestina dan warga sipil Israel. Saya memilih menyampaikan pendapat saya secara terbuka seperti ini agar kita bisa bertukar pikiran untuk menuju kebenaran sejati.
Saya memilih mencintai musuh kita ketimbang memusuhinya. Saya memilih melawan kebiadapan dengan kasih sayang dan cinta. Saya memilih meluluhkan hati seorang tentara Israel sehingga dia sadar dsn kembali mendengarkan hati nuraninya, ketimbang menembak kepalanya dengan pistol di tangan. Saya memilih berdoa agar Allah menggerakkan hati para pejabat, militer di Israel, Amerika dan sekutunya untuk menghentikan serangan. Saya berdoa teman-teman Hamas mau sedikit bersabar untuk tak buru-buru melontarkan roketnya ke warga sipil Israel.
Karena ketika roket dibalas roket, peluru dibalas peluru, bom dibalas bom: makin banyaklah manusia yang menderita dan setan makin kencang tertawanya.
Inilah pilihan saya dan kemungkinan besar tak banyak yang sependapat dengan apa yang saya saya sampaikan ini. Saya mungkin utopis atau fatalis. Tapi saya tidak mau ikut arus hanya agar diterima sebagai bagian mayoritas.
Saya percaya, saya tidak sendiri dalam hal ini. Tuhan tahu apa yang saya pikirkan dan nawaitu-nya Insya Allah demi terciptanya Islam sebagai Rahmatan lil 'Alamien. Karena - seorang teman memberitahu - Islam berasal dari kata Salam, artinya selamat.
Semoga keselamatan segera hadir memenuhi hamparan bumi kita. Dan bersemayam di relung hati kita masing-masing. Amien ya Robbal 'Alamien...
Comments
kata "mencintai musuh" terdengar aneh buat saya. saya tidak tahu bahwa ada frase seperti itu dalam Islam. kalaupun itu sebuah ijtihad maka mungkin itu buat mas sendiri.
kata yang bijak bagi saya adalah "berlaku adil kepada musuh". Rosul berlaku adil kepada orang yang meludahinya karena ia punya hak yang sama untuk dijenguk saat dia sakit. Rosul berlaku adil kepada penduduk ta'if karena mereka belum mengerti tentang dakwah yang beliau bawa ...
kata "mencintai" dan "berbuat adil" itu tidak sama.
kalo mas bilang "mencintai musuh" maka saya akan bilang yang wajib dicintai itu hanya Alloh. sedangkan teman, musuh bahkan Rosul sendiri tidak dincintai kecuali karena Alloh ...
disamping itu Rosul adalah utusan yang punya kapasitas mental pilihan. mas bisa bilang mas "mencintai zionis" mungkin karena yang mati itu bukan anak2 mas sendiri. tapi kalo mas masih bisa bilang mas "mencintai zionis" dalam kondisi seperti itu, kenapa tidak nobatkan diri saja sebagai nabi???
saya bukan orang yang pro militan (hamas, dsb). saya juga bukan orang yang suka dengan demo-demo. saya bahkan bukan orang yang agamis ... i just wanna say, watch your word, bro. in this kind of condition bad statement could worsen situation.
Hanya kalau sudah di hubungkan dengan keselamatan orang banyak dan prinsip, apakah kita akan diam saja. Membiarkan orang Palestina terusir dari tanahnya dengan cara yang licik penuh akal bulukus dari pihak Israel.
Seperti halnya kita di haruskan untuk membunuh binatang-binatang berbahaya (ular, harimau dsb), walaupun kita sedang shalat untuk keselamatan. Jadi,ngga salah kok kita bikin pertahanan bahkan perlawanan ketika ada yang nyerang.
Sikap memaafkan, hmm.. saya fikir harus sesuai proporsinya.
mas, bedain dong yahudi ama zionis .... yang kita benci itu zionis, bukannya yahudi ... apa ga lihat bahwa yahudi-netral bergandengan tangan dengan umat islam memprotes aksi2 zionis? ini membuktikan bahwa zionis israel itu emang udah kelewatan, wong yahudi diluar israel aja benci ama mereka ...
sekedar berpendapat saja. kondisi Palestina sekarang berbeda dengan jaman Nabi dahulu. Rakyat Palestina bukan cuma diludahi oleh yahudi, tapi dibunuh, tanahnya dicaplok dll. Rakyat Palestina tidak dalam kondisi kuat (memegang pedang) didepan musuh yang tadinya berniat membunuh, tapi kondisi lemah dalam segala hal di depan musuh (yahudi)yang kuat.Dan siapa yang bisa menghentikan kekejian Israel sekarang? apa yang bisa kita lakukan? Ada sebuah hadis: Jika kalian melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, jika tidak mampu cegahlah dengan lisanmu, dan jika tidak mampu dengan lisan maka paling tidak kalian membenci kemungkaran itu dan itu adalah selemah-lemahnya iman. saya yakin saudara-saudara kita yang demo soal palestina, mereka ingin mencegah kemungkaran didepan mereka, tapi hanya itu yang mereka bisa lakukan.
Thanks for the info..I'll use this a lot
saya memahami kata "mencintai" disitu sebagai suatu istilah dalam tanda kutip yg mempunyai arti mendekati kata "adil".
sekedar tambahan cerita buat yg lain; pernah baca kalau Rasulullah sempat hanya bisa sedih dan mendoakan ketika utusan beliau dibantai sampai habis oleh orang kafir, karena memang tidak banyak yg bisa dilakukan.
tapi ketika "sudah banyak yg bisa dilakukan" Rasulullah pun tidak lantas bertindak semena2. pada saat merebut kembali mekah, bukankah tidak terjadi pembantaian masal?
juga pada saat pengepungan kastil2 yahudi, ada yang dibebaskan dgn tebusan ada pula yang dibunuh karena diperhitungkan keberadaan mereka bakal membahayakan umat islam.
kurasa yang saya dapat dari kisah2 tsb adalah sebagai orang islam gunakanlah hati dan pikiran dalam bertindak. tidak sekedar emosi, tapi juga tidak sekedar logika. use boothsides of it :P
penggunaan kata yahudi dalam Al-Quran saya pernah dengar bahwasanya itu adalah penyempitan makna atas perbuatan yahudi pada umumnya. mirip dgn penggunaan kata Quraish, Rasulullah sendiri kan sebenarnya termasuk bani Quraish kan?
btw, mas arief, saya tadi sudah menyomot link tulisan ini u/ saya taruh di milis temen2 sma saya (yg kemaren hangat juga pembicaraan ttg yahudi)..jadi minta ijin setelah mengambil terlebih dahulu ya :P (hehehe) ~yg saya ambil linknya doang kok, tulisannya biar mereka baca langsung disini~
salam
atma
saya sangat senang dan menyimpan tulisan mas di blog ini. dan sebagian besar setuju. tapi untuk yang ini saya tidak setuju...
jika kita menjadi warga palestina. jika mas arif menjadi orang palestina yang ibunya diperkosa, adiknya dibunuh tepat di dada, tanahnya dirampas... saya kira kita tak akan pernah mencintai israel. seperti korban bom bali (entah apakah yang melakukannya trio amrozi cs.) yang membenci trio bom bali...
teruskan menulis... insya Alloh mau saya buat isi kultum... sederhana... menyejukkan...
saya sangat senang dan menyimpan tulisan mas di blog ini. dan sebagian besar setuju. tapi untuk yang ini saya tidak setuju...
jika kita menjadi warga palestina. jika mas arif menjadi orang palestina yang ibunya diperkosa, adiknya dibunuh tepat di dada, tanahnya dirampas... saya kira kita tak akan pernah mencintai israel. seperti korban bom bali (entah apakah yang melakukannya trio amrozi cs.) yang membenci trio bom bali...
teruskan menulis... insya Alloh mau saya buat isi kultum... sederhana... menyejukkan...
"Inilah pilihan saya dan kemungkinan besar tak banyak yang sependapat dengan apa yang saya saya sampaikan ini. Saya mungkin utopis atau fatalis. Tapi saya tidak mau ikut arus hanya agar diterima sebagai bagian mayoritas."
semoga mas Arief dikuatkan hatinya sekuat baja.
memang sebaiknya kita menanggapi suatu hal itu berdasarkan akal dan hati(iman)