Apa kabar temen-teman pengunjung blog saya? Makasih lho masih bersedia mampir, berikut saya lunasi hutang tulisan terakhir saya dalam rangkaian Kunci Sukses Bisnis.
Kunci sukses yang terakhir ini mengalami penundaan yang lama untuk saya tuliskan. rasanya saya terserang mental block. Bukan apa-apa, lantaran saya sendiri belum bisa menjalankannya walaupun ingiiiin sekali. Tapi biarlah saya selesaikan saja sebatas pengetahuan yang saya pahami maupun pengalaman dari beberapa orang yang telah menjalankannya.
Makanya pada episode naik haji, yang wajib dikenakan adalah pakaian ihram, putih bersih dan hanya itu. Tak boleh kita memakai jaket kulit Louis Vutton yang puluhan juta rupiah, walaupun punya. Tak boleh kita memakai perhiasan bertabur intan permata walaupun peninggalan Majapahit. Tak boleh, semua itu harus ditinggalkan. Diikhlaskan.
Dalam kehidupan bisnis pun begitu, apa yang dicapai, dikumpulkan, dikejar siang malam 'seolah-olah' menjadi hak kita. Seolah-olah merupakan upaya kerja keras kita sepenuhnya, kesuksesan yang kita inilah penyebabnya. Sehingga seringkali kesuksesan, kekayaan, gemerlapnya harta benda itu menyilaukan diri kita sendiri dan menutupi mata hati kita dari kepedulian atas nasib saudara-saudara kita yang kurang beruntung.
Tapi kesuksesan apapun yang kita dapatkan di dunia ini - saat Allah memanggil kita ke alam akhirat - harus tetap tinggal di dunia. Tak ada yang bisa kita bawa ke alam kubur, tak ada manfaatnya. Mobil Jaguar, iPad, real estate, apa saja kesenangan duniawi: suka tidak suka, ikhlas tidak ikhlas, harus kita tinggalkan.
Haji adalah miniatur kematian yang akan kita alami.
Kunci sukses yang terakhir ini mengalami penundaan yang lama untuk saya tuliskan. rasanya saya terserang mental block. Bukan apa-apa, lantaran saya sendiri belum bisa menjalankannya walaupun ingiiiin sekali. Tapi biarlah saya selesaikan saja sebatas pengetahuan yang saya pahami maupun pengalaman dari beberapa orang yang telah menjalankannya.
Kunci terakhir ini adalah Naik Haji sebagai wajibnya dan Umroh sebagai sunnah-nya. Konsep dari haji adalah kembalinya kita pada asal-usul penciptaan kita sebagai manusia, sebagai hamba Allah, sebagai makhluk yang pada kelahirannya tidak membawa apa-apa.
Makanya pada episode naik haji, yang wajib dikenakan adalah pakaian ihram, putih bersih dan hanya itu. Tak boleh kita memakai jaket kulit Louis Vutton yang puluhan juta rupiah, walaupun punya. Tak boleh kita memakai perhiasan bertabur intan permata walaupun peninggalan Majapahit. Tak boleh, semua itu harus ditinggalkan. Diikhlaskan.
Dalam kehidupan bisnis pun begitu, apa yang dicapai, dikumpulkan, dikejar siang malam 'seolah-olah' menjadi hak kita. Seolah-olah merupakan upaya kerja keras kita sepenuhnya, kesuksesan yang kita inilah penyebabnya. Sehingga seringkali kesuksesan, kekayaan, gemerlapnya harta benda itu menyilaukan diri kita sendiri dan menutupi mata hati kita dari kepedulian atas nasib saudara-saudara kita yang kurang beruntung.
Tapi kesuksesan apapun yang kita dapatkan di dunia ini - saat Allah memanggil kita ke alam akhirat - harus tetap tinggal di dunia. Tak ada yang bisa kita bawa ke alam kubur, tak ada manfaatnya. Mobil Jaguar, iPad, real estate, apa saja kesenangan duniawi: suka tidak suka, ikhlas tidak ikhlas, harus kita tinggalkan.
Haji adalah miniatur kematian yang akan kita alami.
Tak ada duniawi yang boleh dibawa saat kita penuhi panggilan Allah di rumah-Nya. Kita ikhlaskan semua, kita bawa badan dan jiwa kita saja dan selembar kain ihram, seperti sang mayat yang hanya dibekali sepotong kain kafan di lubang kuburnya.
Pesawat yang mengangkut para jamaah haji ke Mekkah laksana keranda raksasa yang mengantarkan para penumpangnya menuju Tuhan. Kita dilatih untuk menuju akhir saat belum sampai di akhir yang sebenarnya.
Dengan mentalitas bahwa tak akan ada kesuksesan yang dibawa dan dibanggakan saat maut menjemput, kita akan menjalankan bisnis dengan sangat hati-hati, berfikir seribu kali sebelum melanggar jalur-Nya. Takkan ada korupsi, penyuapan, pencurian, pemalsuan, karena itu semua akan menghancurkan diri kita sendiri.
Pesawat yang mengangkut para jamaah haji ke Mekkah laksana keranda raksasa yang mengantarkan para penumpangnya menuju Tuhan. Kita dilatih untuk menuju akhir saat belum sampai di akhir yang sebenarnya.
Dengan mentalitas bahwa tak akan ada kesuksesan yang dibawa dan dibanggakan saat maut menjemput, kita akan menjalankan bisnis dengan sangat hati-hati, berfikir seribu kali sebelum melanggar jalur-Nya. Takkan ada korupsi, penyuapan, pencurian, pemalsuan, karena itu semua akan menghancurkan diri kita sendiri.
Dalam pemahaman saya, bisnis itu dibangun karena kita punya impian, punya tujuan yang besar, bahkan lebih besar dari kehidupan itu sendiri.
Bisnis yang dibangun hanya untuk mengejar kekayaan, uang dan kesuksesan duniawi semata, akan rapuh karena tak bersandar pada kekekalan. Sebuah buku bagus berjudul Built to Last tulisan James C. Collins dan Jerry I. Porras menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahunan didasarkan atas fondasi dan visi yang besar, melebihi sekedar pengumpulan kekayaan semata-mata.
Kita awali hidup tanpa apa-apa dan kita pun akan pergi meninggalkan dunia ini tak membawa apa-apa. Jadi apa yang bisa dibanggakan? Tak ada kesuksesan yang abadi, semua itu akan runtuh pada waktunya. Dunia ini penuh cerita bangsa-bangsa dan orang-orang besar yang toh tak bisa menang melawan kematian.
Dan yang terpenting, Tuhan tidak menilai kesuksesan kita dari berapa banyaknya aset perusahaan kita, berapa trilyun dollar kekayaan kita, berapa banyak award yang kita telah kumpulkan.
Bisnis yang dibangun hanya untuk mengejar kekayaan, uang dan kesuksesan duniawi semata, akan rapuh karena tak bersandar pada kekekalan. Sebuah buku bagus berjudul Built to Last tulisan James C. Collins dan Jerry I. Porras menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahunan didasarkan atas fondasi dan visi yang besar, melebihi sekedar pengumpulan kekayaan semata-mata.
Kita awali hidup tanpa apa-apa dan kita pun akan pergi meninggalkan dunia ini tak membawa apa-apa. Jadi apa yang bisa dibanggakan? Tak ada kesuksesan yang abadi, semua itu akan runtuh pada waktunya. Dunia ini penuh cerita bangsa-bangsa dan orang-orang besar yang toh tak bisa menang melawan kematian.
Dan yang terpenting, Tuhan tidak menilai kesuksesan kita dari berapa banyaknya aset perusahaan kita, berapa trilyun dollar kekayaan kita, berapa banyak award yang kita telah kumpulkan.
Tapi dari ketaqwaan semata. Ketaqwaan itu gratis sehingga siapapun bisa meraihnya tanpa perlu keluar biaya. Dan keyakinan saya mengatakan: taqwa inilah harta termahal itu, tapi seringkali kita sia-siakan. Seringkali kita acuhkan, seringkali kita taruh di pinggiran saja dalam business plan yang kita susun.
Semoga apa yang telah saya tuliskan dalam 7 seri tulisan Kunci Sukses Bisnis ini bukanlah akhir dari ikhtiar saya dan teman-teman semua untuk terus berjuang menggapai Ridho-Nya melalui bisnis yang sekarang kita coba bangun, rawat dan kembangkan.
Perjalanan yang lebih menggairahkan dan menantang, sesungguhnya baru akan dimulai.
Semoga apa yang telah saya tuliskan dalam 7 seri tulisan Kunci Sukses Bisnis ini bukanlah akhir dari ikhtiar saya dan teman-teman semua untuk terus berjuang menggapai Ridho-Nya melalui bisnis yang sekarang kita coba bangun, rawat dan kembangkan.
Perjalanan yang lebih menggairahkan dan menantang, sesungguhnya baru akan dimulai.
Allah menunjukkan kompasnya dalam Rukun Iman, pemahaman yang lebih mendalam yang melampaui logika manusia. Jika Rukun Islam yang saya telah bahas semampu saya ini adalah fondasi bisnis alias Business for Beginner maka Rukun Iman adalah Advance Level-nya.
Tertarik?
Tertarik?
Image pinjem dari: http://kartinihadi.blogspot.com/2010/03/12-barisan-di-akhirat.html || http://www.overdrive.com/resources/ContentWireArchive.asp?CW=20081209 || http://image.healthhaven.com/Informasi_Haji_Indonesia.htm
Comments
keren sanget...
Jumat saya ngisi seminar di ITB, Insya alloh bahan yang saya pake adalah isi dr blognya mas arif...
insya alloh buat mas sukses fi dunya wal akhiroh