Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Negeri Seolah-olah

Kita hidup di negeri seolah-olah. Negeri nampaknya. Negeri kosmetik. Negeri packaging. Negeri di luar A, di dalam B. Negeri yang mengutamakan tampilan, kemasan, topeng. Sambil melupakan pentingnya nukleus, pentingnya content, pentingnya kejujuran. Jujur sudah jadi barang langka, tapi mungkin tak banyak di antara kita yang merasa kehilangan. Karena tak terasa, karena bahkan sudah terbiasa dengan ketidakjujuran. Kalau mau jujur malah dianggap aneh, dianggap ketinggalan jaman, dianggap sisa-sisa budaya masa silam. Lihatlah buktinya yang jelas-jelas dan tak terbantahkan. Ketidakjujuran nongol tanpa tedeng aling-aling. Koalisi Merah Putih ternyata tidak merah putih. Koalisi Hebat ternyata tidak hebat. Partai Demokrat, ternyata tidak demokratis. Partai Golongan Karya ternyata tak ada karyanya. Partai Persatuan Pembangunan ternyata malah tak bisa bersatu. Nah, jujur pada nama sendiri itu penting kan? Dan tidak mudah kan? Itulah mengapa Gerakan Jujur Barengan sangat penting untuk Indonesi

T-Shirt Amal untuk Rembang

YUK SEDEKAH lewat T-Shirt Amal. PRE ORDER max 30 Agustus 2014 dan T-Shirt akan bisa diambil/dikirim pada 10 September 2014. Harga T-Shirt untuk ukuran M, L, XL @ Rp 80.000,- dengan perincian: Rp 30.000,- untuk mengganti biaya produksi & Rp 50.000,- untuk sedekah Sepeda Motor Pemadam Kebakaran di Rembang via Komunitas Rembang Bergerak. Luar kota di Jawa ongkos kirim Rp 20.000,- Luar Jawa Rp 30.000,- via Pos Kilat Khusus. PEMESANAN: Aan HP. 08122993859. Bisa ditransfer ke Rek. Komunitas Rembang Bergerak an. Achmad Rif’an, Bank Mandiri No. Rek 1350013023914.  

Bensin Langka

Ini hanya untuk jadi catatan personal saya aja, pada 26 Agustus 2014 - 9 hari sejak peringatan 69 tahun Kemerdekaan kita - antri bensin di Pom Bensin mengular sampai ke jakan raya, menimbulkan kemacetan. Iya, di Jogja. Di ibukota Propinsi DI Yogyakarta. Sampai tengah malam, antrian itu masih setia. Masih sampai jalan raya. Di jantung kota Yogyakarta. Bagaimana jika di pinggiran kota, di kota-kota yang akses ke pusat layanan jauh, di luar Jawa, di Maluku, di Papua? Harga eceran di kios yang biasanya Rp 7.000,- per liter melonjak jadi Rp 10.000,- per liter. Itu pun banyak yang kosong stoknya atau antrinya banyak. Premix di Pom Bensin yang harganya Rp 11.500,- pun antrinya gak kalah paaanjaaaaang... Negeri ini, di usianya yang ke-69 masih harus belajar banyak tentang manajemen sumber daya alam yang efektif dan berkeadilan. Negeri ini masih harus belajar banyak tentang pentingnya untuk tidak rakus dan mengelola nafsu menghabiskan nikmat Tuhan di buminya yang kaya raya. Negeri ini masih h

Sedekah Motor Damkar

Kawan-kawan yang peduli Rembang, untuk mencegah dan membantu korban kebakaran yang mulai sering di Rembang, mari patungan SEDEKAH MOTOR PEMADAM KEBAKARAN, perkiraan harga Rp 38.000.000,-/unit. Bisa ditransfer ke Rek. Komunitas Rembang Bergerak an. Achmad Rif’an, Bank Mandiri No. Rek 1350013023914. Untuk konfirmasi sila kontak 08122993859 (Aan). Semoga jadi ladang amal penuh berkah. Amiin :)

Flash Mob Jujur Barengan

Kebangkitan Nasional Bersama Jujur Barengan

Sudah 106 tahun berlalu, sejak anak-anak muda masa itu mendirikan sebuah ikhtiar perjuangan kebangsaan dengan mendirikan Boedi Oetomo. Anak-anak muda - yang karena sunatullah -Nya - sering dianggap kurang pengalaman, grusa-grusu dan tidak punya jam terbang cukup. Apalagi untuk memperjuangkan sebuah negara merdeka, lepas dari cengkeraman penjajah Belanda yang pada masa itu dianggap sebagai tidak mungkin dikalahkan. Apalagi hanya oleh segelintir anak muda yang bersenjatakan pena dan semangat saja. Tapi ikhtiar awal sudah dimulai. Langkah pertama sudah diayunkan. Dan sejarahpun bergulir, menulis jalan ceritanya, tanpa bisa dicegah oleh siapapun, bahkan Belanda yang 'tak terkalahkan.' Setelah 20 Mei 1908, lalu hadir Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan puncaknya dua anak muda Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, dwi tunggal Soekarno Hatta. Tantangan Nasionalisme di Era Digital Para pahlawan yang dulu berjuang, menjalani hidupnya dengan

Me, Myself and Mesjid

Saat kita hati kita dekat ke mesjid, saat pergi kemanapun rasanya kita sering dikelililingi mesjid. Melihat kemana-mana, yang terlihat mesjid. Saat hati kita jarang ke mesjid, saat pengen nyari mesjid rasanya suliiit sekali nemu, rasanya kayak kita dijauhi mesjid. Gak percaya? Buktikan. Ini yang saya rasakan. Mesjid saja bisa merasakan apa yang hati kita rasakan. Saat saya jarang ke mesjid dan suatu hari pengen sholat dhuha di mesjid: pintunya dikunci, tempat wudhunya digembok. Saat tiba di suatu kota, mau nyari mesjid lalu nanya-nanya, ternyata jauuuuhhh. Harus naik angkot. Dan angkotnya nggak muncul-muncul. Kejadian lain lagi, saat mesjidnya dekat, sekitar 500 meter dan kelihatan bangunannnya.. Waktu mau berangkat, hujan derasssss. Dan payung  tak ada. Saat hati sedang dekat mesjid dan sering jamaah di mesjid. Mesjid juga terasa mendekat ke kita. Dulu saya pernah berkantor di Mega Kuningan dan bukan saya yang milih lokasinya. Mesjid hanya berjarak 100m. Saya nyari kontrakan ruma

The Secret of Syahadat

Caleg Timbuktu

Memasuki minggu tenang Pemilu 2014. Apakah semua jadi tenang? Nope. Para caleg dan capres malah semakin tegang. Juga cukong-cukong yang berdiri di belakang mereka, dalam keremangan. Para penyebar amplop juga bersiap-siap. Para penerimanya juga bersiap-siap. Semua yang terlibat dalam pemilu di negeri ini, bersiap-siap. Banyak yang lebih siap menang, daripada siap kalah. Banyak yang lebih siap mendapatkan, daripada yang siap kehilangan. Banyak yang lebih siap naik tahta, daripada yang siap turun tahta. Padahal makin tinggi sebuah kedudukan, jabatan, kekuasaan, bukan hanya menyangkut makin besarnya pendapatan dari sana. Tapi justru makin besarnya tanggung jawab. Di mata konstituen, di mata rakyat, terutama di mata Tuhan. Di titik ini, banyak caleg yang mungkin belum siap. Belum tentu terpilihnya dia sebagai anggota legislatif itu sebuah kebaikan, bisa jadi malah keburukan. Tapi mata hanya bisa memandang kursi, modal sudah terlanjur ditumpahkan, janji sudah terlanjur diucapkan, pohon-po

Jelang Pemilu 2014

Hari ini mulai minggu tenang dari kampanye. 3 hari lagi coblosan, 9 April 2014. Komen-komen yang bertebaran di socmed, media online, tentang milih caleg dan capres mana di pemilu, dukung partai A, B atau C sebagian besar adalah tulisan orang/tim yang dibayar, yang bekerja profesional untuk komen, nge-twit, nge-wall. Suara rakyat sejati mungkin sulit kita baca di media online, koran dan teve. Tapi mereka yang dikadali parpol di Republik ini, masih punya Tuhan untuk mendengarkan suara jujur mereka. Tuhan yang tak bisa dikelabuhi dengan aneka ragam teknik kampanye dan parade kepalsuan. Sesungguhnya hanya Tuhan, Maha pembuat keputusan sejati. Hiruk pikuk demokrasi lima tahunan dengan biaya trilyunan ini seperti seremoni yang riuh, tapi mungkin hanya akan berakhir sebagai buih yang dilupakan jaman. Yang kita butuhkan sesungguhnya adalah gelombang. Adalah energi nuklir kebersamaan kita sebagai bangsa, yang ternyata tak bisa diampu para politisi kita yang terlalu berat memanggul kepenting

Dijemput 2014

Kita tidak menyongsong tahun baru. Kita dijemput. Tahun 2014 sesungguhnya bukan tahun baru. Ia sudah ada di sana sejak 2013. Bahkan sudah sejak tahun-tahun sebelumnya. Ia sudah dituliskan oleh Tuhan, bahkan sejak jaman sebelum Masehi disepakati oleh umat manusia sebagai hitungan waktu bersama. Kita juga tidak meninggalkan 2013. Kita tak beranjak menjauh darinya. Ia tetap ada di sini, seperti lapisan kayu di batang pohon yang menua, garis-garis melingkar itu ada di sana. Sejak tahun 0. Sejak ia tumbuh sebagai pohon. Ia tetap ada di sana, meninggalkan jejak dan tak pergi kemana-mana. Ia melekat dengan kita. 2013 dan tahun-tahun yang telah kita lalui, melekat dengan riwayat hidup kita. Kita menyebutnya masa lalu. Seperti diri kita ini, jika dihitung dari sejak masih bayi, pun pantas disebut bagian masa lalu. Terminologi pemisahan masa lalu, sekarang dan masa depan, hanyalah teknik untuk memudahkan penyebutan dan tenses untuk belajar bahasa Inggris. Tapi sesungguhnya masa lalu, masa sek