Skip to main content

Be Unstoppable!

Tidak semua yang bermimpi, akan mendapati impiannya terwujud. Secara statistik berbasis hukum paretto, maksimal hanya 20% dari para pemimpi yang akan mampu merealisasikan impiannya. Lha yang 80% kemana? Gugur di medan juang, terseleksi secara alamiah. Suka tidak suka, faktanya demikian.

Salah satu sebabnya, karena tak mampu melewati rintangan besar yang pertama. Tak cukup keras kepala untuk maju, tapi justru memilih berkompromi dan menegosiasikan tujuan. Atau tergoda oleh tawaran-tawaran yang memikat di sepanjang jalan menuju masa depan sebuah impian. Atau tiba-tiba kehilangan passion untuk mewujudkan mimpi itu lalu memilih berbelok pada impian yang lain. Rumput tetangga seringkali terlihat lebih indah, tapi begitu kita jatuh cinta pada rumput tetangga, saat itu juga rumput kita akan mulai menghitung hari menuju kematiannya.

80% jumlahnya dan itu adalah mayoritas. Artinya, jika engkau mempunyai sebuah impian, kemungkinan gagalnya adalah 80%, 4 banding 1. Makanya kita tidak melihat banyak pemenang di puncak. Mereka adalah minoritas, yang terus berjuang dan merangsek maju dengan keyakinan, tidak sekedar mengandalkan kekuatan logika. Karena logika saja takkan kuat menghadapi ujian yang dihadirkan-Nya.

Logika saja yang berbasis otak kiri akan cenderung berfikir logis dan menghindari resiko, utamanya resiko yang di luar bayangan logis. Dulu saya pernah belajar bahwa jika mengambil resiko sebaiknya yang terukur, bahwa jika berbuat kebaikan dan bermimpi sebaiknya terukur. Sehingga secara umum, hidup saya berjalan relatif aman tapi lambat. Tak secepat yang saya harapkan.

Yang sekarang saya sedang coba ikhtiarkan adalah mengambil resiko sebesar-besarnya untuk kebaikan, kemajuan, pengembangan, tidak secara terukur dalam logika manusia, tapi berlandaskan keyakinan bahwa tercapainya impian kita itu hanya atas ijin Tuhan semata-mata. Tidak terukur tidak apa-apa, selama saya yakin bahwa pilihan yang saya lakukan membuat Tuhan bersedia mendampingi di sepanjang perjalanannya.

Ini tidak mudah, saya pun masih sering takut dan khawatir. Saya masih sering bertanya-tanya, apa yang akan terjadi esok hari? Apakah saya akan mampu menangggung resikonya? Kadang kekuatiran itu pun tak terjawab oleh keterbatasan logika saya.

Tapi saya jalan terus, saya keraskan kepala, saya batukan tekad saya. Saya daftarkan diri saya sebagai militan untuk menggapai impian-impian yang tak terjangkau logika, menjadi tak terhentikan, menjadi extra ordinary, menggapai ridlo-Nya dengan memanfaatkan kemurahan-Nya yang tak terhingga.

Saya tetapkan pada timeline hidup saya, 2011 adalah tahun untuk memaksimalkan hal-hal luar biasa hadir dalam hidup saya. BE UNSTOPPABLE! adalah jargon saya tahun ini. Untuk menjadi yang terbaik di mata Tuhan, jadilah Tak Terhentikan!


Comments

Bung Iwan said…
ada orang yg salah menafsirkan kata "berserah" dengan "menyerah". ada yg berkata "mungkin sudah nasib saya. serahkan semua pada Tuhan" padahal hanya alasan untuk menyerah.
Imam Pujaya said…
kita memang harus punya sesuatu yg tidak pernah dimiliki orang2 gagal, yaitu: Daya Tahan !
Hajar Pak : )
roel said…
"Rumput tetangga seringkali terlihat lebih indah, tapi begitu kita jatuh cinta pada rumput tetangga, saat itu juga rumput kita akan mulai menghitung hari menuju kematiannya"

sangat menggugah! trims buat inspirasinya :-)
akhirnya keluar juga tulisan inspiratif yg ditunggu :)
Kangen dengan tulisan tulisan seperti ini mas :-)
Anonymous said…
kok bs c mas nulis sebegitu bagusnya ?????
Haris Biantoro said…
ruaaaaaaarrrrrrrrrrrrrr biasaa,,saluutttttt dari pertama kali beli buku jualan ide segar ( taon 2008 ),Alhamdulillah akhirnya saya dipertemukan sama mas Arief di twitter,,saya doakan yg terbaik utk mas,,terus menginspirasi......

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat