Skip to main content

Berbagi Amplop Rejeki

Ini adalah program untuk secara kecil-kecilan mencoba mengurangi jumlah para pengemis di negeri ini, utamanya yang menjadikan mengemis sebagai profesinya, karena keterdesakan kurangnya harta atau karena malas tidak mau bekerja yang lain. Sedangkan untuk pengemis berdasi, biarlah KPK dan kepolisian yang urus saja, program ini tidak mengarah ke sana.

Ide awalnya berasal dari pembicaraan antara teman-teman di Petakumpet, Rekarupa (Iqbal, Rahmat) dan Mas Bram Satya (Lunar).

Oya, sekali lagi target audiens yang disasar adalah: pengemis, baik asli maupun tiban. 

Program ini bertujuan mengubah mindset dari pola pikir miskin menjadi berpola pikir kaya. Dari kebiasaan meminta menjadi memberi. 

Intinya: daripada ngasih duit doang ke pengemis yang tidak mendidik, dengan ini dikasih bonus pemahaman sederhana tentang manfaat memberi dan mencari rezeki dengan cara yang benar. 

Kita siapin beberapa Amplop Rejeki di dashboard mobil sehingga bisa dibagikan di lampu merah, saat Sholat Ied, saat selesai Jumatan, saat di pasar, dimana saja kita melihat Saudara-saudara kita yang perlu diperbaiki mental dan pola pikirnya dalam mencari rezeki. 

Tingkat keberhasilan program ini seperti apa? Jika kita berikan 10 amplop, Insya Allah 1 atau 2 orang yang tergerak hatinya untuk mulai berfikir ulang tentang pekerjaannya mengemis itu sudah cukup. 1 orang pengemis saja mau mulai memberi lima ratus rupiah pada kawannya sesama pengemis itu modal awal yang cukup. Tentu, program ini akan ada kelanjutannya lagi.



Program ini telah mulai dijalankan di akhir Ramadhan 1431 H kemarin, saat Lebaran maupun setelahnya. Program ini pun terus dilanjutkan karena para pengemis masih banyak di sekitar kita.


Desain ini juga silakan disebarkan seluas mungkin, sebanyak-banyaknya, oleh siapapun yang tertarik untuk sama-sama berjuang menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang gemar berbagi, bukan bangsa dengan mental peminta-minta. Tak perlu sebutkan sumbernya, desainer awalnya, konseptornya, tak perlu. Ini semacam software Linux, biarlah menggelinding bagai bola salju menebarkan kebaikan. Mau kasih nama perusahaan, merk atau apapun di materi amplopnya juga boleh, it's freedom to do good things. 



Demikian, mohon masukan, kritikan untuk perbaikannya. Dan mari bekerjasama untuk melakukan hal-hal yang baik, mewujudkan Rahmatan lil 'Alamiin.

Comments

Unknown said…
Mas Arief, keren nih pencerahan dan ide BERTINDAK-nya!

InsyaAllah saya bagikan ide ini ke istri dan orang rumah.

Baarakallah...
Affandhi Arief said…
Setan-pun pasti geram... :D
koeshariatmo said…
waah bagus idenya..langkah konklit untuk merubah pola pikir..

akan saya coba mulai dari diri sendiri untuk belajar memberi

terimakasih mas atas pencerahannya!
HAIRI CIPTA said…
ide bagus mas,,tapi saya membayangkan kalau untuk para tunanetra dan tunaaksara apa ada amplop khusus?
redhy said…
makasih iinfonya mas...sukses selalu

salam
salam said…
Pak, ijin ambil idenya utk diterapkan di Madiun. suwun
Fatoni said…
ide ini benar adanya.... Buktikan
Uka said…
Sgt2 bagus ide ny..tp maaf.itu tulisan yg d uang kertasny pake stiker atau apa..
apa klo d cabut nda sobek?

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat