Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2010

Setia Hingga Terakhir di Dalam Keyakinan

Saya tak tahu apa-apa tentang Robert Wolter Monginsidi, kecuali sekelumit cerita perjuangannya di buku PSPB saat masih sekolah dulu. Cerita kepahlawanan yang dituliskan dengan datar, tak menginspirasi anak-anak sekolah seperti saya dan teman-teman. Seperti kita semua mafhum, cerita tentang perjuangan kemerdekaan versi sekolahan adalah cerita tentang tanggal kejadian, isi perjanjian, deskripsi peristiwa lalu hafalan atas itu semua. Dan saya pun telah lama lupa. Dan pagi ini nama itu terlintas kembali. Sebuah cerita di akhir hidup Bote (panggilan akrab Wolter Monginsidi) di sebuah situs membuat saya terpana: Sesaat sebelum menuju ke tempat eksekusi, Wolter menjabat tangan semua yang hadir tidak ketinggalan pula regu penembak. Ia berkata,“Laksanakan tugas saudara, saudara-saudara hanya melaksanakan tugas dan perintah atasan, saya maafkan saudara-saudara dan semoga Tuhan mengampuni dosa saudara-saudara.“

Dengan hati yang tegar, Wolter menghadapi moncong-moncong senjata yang dibidikkan kep

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat

HOT NEWS: Info Recruitment Petakumpet

SYARAT UMUM Teman-teman, Petakumpet buka recruitment lagi. Utamanya untuk kantor yang di Jogja. Berusia tidak lebih dari 28 tahun, menyukai tantangan untuk terus menciptakan ide-ide segar dalam suasana kerja dinamis progresif, mampu bekerja mandiri/teamwork, nyaman bekerja dengan deadline ketat. SYARAT KHUSUS ACCOUNT MANAGER (AM) Pria/wanita, S1/S2/D3 segala jurusan, diutamakan berpengalaman menangani klien min. 3 tahun, berjiwa pemimpin, memahami industri advertising, berpenampilan menarik, komunikatif, menyertakan CV FINANCE MANAGER (FM) Pria/wanita, diutamakan S1/S2 Ekonomi/Akuntansi, jujur, memahami UU Perpajakan, diutamakan berpengalaman min. 2 tahun, menyertakan CV FRONT OFFICE/ADMINISTRATION STAFF (FO) Wanita, diutamakan D3 Sekretari, berpenampilan menarik, komunikatif, menyertakan CV Lamaran dikirim paling lambat Senin, 22 Pebruari 2010 ke: HRD Department PT. PETAKUMPET CREATIVE NETWORK Dreamlab Building, Jl. Kabupaten No. 77B Nogotirto Gamping, Sleman, Yogyaka

Yang Lebih Baik, Bukan yang Lebih Mudah (Bagian 2)

Pada 23 Desember 2009 lalu saya pernah tuliskan sebuah kisah nyata tentang seorang pelamar CPNS yg tidak lolos seleksi karena tidak mau membayar 70-100 jt rupiah sebagai 'syarat'nya. Selengkapnya silakan baca lagi di sini . Saat saya menulisnya, yang ada adalah duka cita dan ketidakpuasan dari pelakunya karena hajatnya tidak terkabul meskipun dia 'merasa' telah beribadah yang cukup pada Allah dan menempuh jalan yang lurus untuk mewujudkan harapannya jadi PNS.  Saya kutipkan lagi sms saya ketika dia memberi kabar bahwa dia tidak diterima, ketika sedang galau dan merasa saran saya tidak berguna sama sekali: amal shalih yang dikerjakannya gak tembus, gak berfaedah, tumpul tidak berguna. Sedekahnya ke panti asuhan, bayarin anak orang lain sekolah, ber-qurban dengan jumlah sekitar 7 juta rupiah seolah 'menguap'. Begini bunyi sms saya waktu itu: Dijalani saja ujiannya dengan sabar. Sholatnya ditambah, sedekahnya ditambah, doanya ditambah. Lebih baik pake jala

Pondasi Bisnis

Setiap kali saya diberi kesempatan untuk sharing tentang bisnis di depan teman-teman mahasiswa, saya selalu wanti-wanti satu hal: saya akan mulai dari hal yang paling mendasar dan itu pasti tidak menarik. Tapi karena ini paling penting, saya harus sampaikan meskipun sesungguhnya saya tak ingin dan audiens tidak tertarik. Saya bicara tentang pondasi, landasan, dasar-dasar sebelum membangun bisnis.  Gedung STIE Kerjasama setelah gempa 2006, sepintas bangunan terlihat utuh tapi lantai turun satu tingkat sehingga untuk perbaikan akhirnya diruntuhin semua karena harus membangun ulang pondasinya (sumber: http://img116.imageshack.us/i/gempa1minimedium0zx.jpg/) Ini kan kalau direfleksikan dalam bisnis praksis: tidak men-support gerakan bisnis yang cepet untungnya. Audiens jadi gak sabar karena yang mereka inginkan sesungguhnya Tips & Tricks agar bisa berbisnis dengan mudah, cepat dan untungnya banyak. Tiga kata itulah definisi sukses yang umum kita pahami: bisnisnya mudah dikelola, ce

Tentang Hujan

Rasanya pertanyaan kapan mulai dan berakhirnya musim hujan, sudah tak relevan lagi. Kapan pancarobanya juga udah obsolete . Ramalan cuaca sama tidak bergunanya. Dulu waktu belajar geografi di sekolah, sudah ada bulan-bulan tertentu kapan jadual musim penghujan tiba kapan musim kemaraunya, di antara itu ada musim pancarobanya. Lalu waktu masih di Pertanian UGM, saya juga belajar bagaimana menggunakan alat peramal cuaca. Saya tidak tahu apakah ilmu geografi bisa mengimbangi kerusakan bumi akibat global warming dan kecanggihan para pawang hujan memindahkan awan-awan dan jadual hujannya. http://foto.detik.com/images/content/2009/10/12/157/banjir-bandang01.jpg Bumi makin tak bisa diprediksi, ilmu pengetahuan makin tidak konstekstual, bencana makin besar ancamannya, biaya untuk menjalani hidup aman yang biasa-biasa saja rasanya makin mahal saja.  Dulu waktu masih kecil, hujan-hujan seharian badan saya selalu baik-baik saja, tapi sekarang langsung rombongan penyakit ikut saat air hujan m

Ekspedisi Petakumpet to Pangandaran 2010

Lima Butir Kacang Ajaib

Image pinjem dari http://images.mrbubba2002.multiply.com/image/2/photos/395/1200x1200/17/IMG-4967.JPG?et=qPdvjsUTUz%2C13G7sGq6lzg&nmid=111996576 Menjelang sore, sekitar jam 4. Saya sedang dalam perjalanan untuk balik ke Jogja dari kantor Jakarta. Di Gambir, saya pun antri dan mendapat tiket pulang malam itu, jam 8. Karena keberangkatan masih lama, saya memutuskan untuk jalan-jalan ke Monas sambil menunggu Maghrib tiba. Kebiasan untuk refresh begini, menurut saya penting setelah kita didera pekerjaan yang menguras otak habis-habisan. Sejenak melepaskan rutinitas dan menikmati view yang luas, udara yang bersih dan keajaiban sinar matahari sore yang keemasan. Di sebuah lapangan di depan Monas yang menjulang, saya pun duduk men-defrag otak dan batin saya dengan earphone dan MP3 dari handphone. Damai sekali. Dari kejauhan mendekatlah seorang penjual minuman dan makanan ringan. Karena emang gak bawa bekal, saya pun beli secangkir kopi hitam panas (kopi adalah salah sat