Skip to main content

Hidup Melampaui Kematian

Entah mengapa akhir-akhir makin banyak saja yang bunuh diri. Yang lompat dari lantai atas mall, dari hotel, nggantung di dalam kamar, minum racun, menabrakkan diri ke kereta yang melaju, belum lagi yang pake bom bunuh diri.

Harapan hidup rasanya begitu pendek, dunia gelap, Tuhan entah di mana saat momen itu tiba. Perasaan terasing, sendiri, ditinggalkan bahkan dunia yang penuh keindahan ini pun telah begitu menakutkan dan membosankan bagi para pelaku bunuh diri. Cinta tak bisa menyelamatkan pikiran yang kalut, hati yang tertutup oleh cahaya.

Di sini kita harus belajar, tak ada jaminan bahwa di diri kita masing-masing ini tak pernah kepikiran sedikitpun untuk mengakhiri hidup kita tanpa seijin Tuhan, Sang Pemilik tubuh kita. Kadang masalah sebrek datang menggulung masa depan kita, lamanya waktu terbenam dalam kesulitan rasanya bakal selamanya.

Tapi ternyata tidak. Andai mereka yang pernah bunuh diri diijinkan-Nya untuk menemui kita sekali lagi dan bercerita seperti apa di alam sana setelah meninggal atas inisiatifnya sendiri: tentulah kesadaran untuk mencintai kehidupan - seburuk apapun - adalah pilihan yang terbaik.

Tapi mereka yang telah pergi tak pernah kembali. Mereka pasti sangat sibuk dengan masalahnya sendiri di alam barzakh sana. Padahal kematian adalah 'jalan keluar' yang mereka harapkan dari beratnya masalah kehidupan yang tak mampu diselesaikan.

Kita yang masih tinggal bertanya-tanya: seperti apa solusinya jika masalah itu menimpa hidup kita.

Seberat apapun masalahnya, jangan pernah lari darinya. Sekali kita kabur dari masalah, seumur hidup masalah serupa akan terus mengejar kita. Jika kita tak lulus dalam cobaan hidup, maka cobaan itu akan setia menyapa kita sampai kita menegakkan kepala dan bertarung seperti pendekar sejati menghadapi keroyokan penyamun.

Saya yakin Anda yang membaca tulisan ini tidak akan bunuh diri suatu hari nanti. Sebaiknya begitu. Yang saya harus ingatkan apakah kita semua sadar bahwa setiap hari kita melakukan bunuh diri kecil-kecilan tanpa sadar: dengan memelihara putus asa, dengan meninggalkan Tuhan, dengan mengambil segala sesuatu yang bukan hak kita, dengan menindas kaum tak berdaya, dengan melarikan diri dari tanggung jawab.

Kematian sejati hanya datang sekali dalam hidup kita. Tapi begitu banyak di antara kita yang mati harapannya, mati semangatnya, mati kreativitasnya padahal tubuhnya masih hidup dan beredar kemana-mana. 

Hidup yang tanpa tujuan sangat rentan disinggahi kematian diam-diam. Tapi kabar terbaiknya adalah jika kita hidup 30 tahun belum tentu umur kita 30 tahun. Bahkan mereka yang hidup hanya 28 tahun umurnya bisa 100 bahkan 1000 tahun bahkan mungkin selamanya.

Merekalah oarang-orang yang telah memenangkan pertarungan kehidupan. Umurnya melebihi jatah waktu hidupnya di dunia. Orang-orang yang tak sejaman masih mengenang dan belajar darinya. Tubuhnya sudah menyatu dengan tanah tapi cita-citanya tak ikut terkuburkan.

Kita biasa menyebutnya Legenda, mereka yang mati tapi tak sungguh-sungguh mati. Mereka terus hidup di dalam hati para penerusnya.


Comments

M. Alam Nugraha said…
your always be my inspiration
Anonymous said…
terima kasih mas telah mengingatkan kalau kehidupan adalah sebuah kesempatan yang terbaik yang pernah ada
Anonymous said…
terima kasih mas telah mengingatkan kalau kehidupan adalah sebuah kesempatan yang terbaik yang pernah ada
Anonymous said…
terima kasih mas telah mengingatkan kalau kehidupan adalah sebuah kesempatan yang terbaik yang pernah ada

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat