Skip to main content

Sekali Lagi: Jihad

Anda sudah pernah melihat video Manhattan Raid? Film ini sendiri diproduksi oleh As-Sahab, sayap media dari Al Qaidah. Persiapan Ekspedisi Manhattan (11 September 2001). Tokoh utamanya Usamah bin Laden (di film ini disebut sebagai Syaikh) yang melepas para pelaku serangan 11 September. Dalam video ini disebutkan sebab-sebab dilakukannya aksi itu. Versi Indonesianya dikeluarkan oleh Ar Rahmah Media. VCD-nya banyak tersedia di persewaan.

Jika kita perhatikan apa yang disampaikan Usamah, hampir semua kata-katanya mengatasnamakan Allah, Muhammad dan penderitaan Palestina. Orang-orang Al Qaeda sangat yakin bahwa upaya-upaya di luar serangan yang mengandalkan TNT dan bom bunuh diri sudah tidak mempan lagi untuk menyadarkan Amerika, Israel dan sekutu-sekutunya. Nyawa dibayar nyawa, darah diganti darah: dan keyakinan penuh bahwa setiap yang melakukan serangan untuk menimbulkan kerusakan pada kaum kafir (mereka menyebutnya begitu) adalah jalan terbaik memasuki surga-Nya.

Pengikut mereka ini banyak sekali, mungkin hampir dari pelosok dunia. Dengan home base di Afganistan, disini kitapun mengenal Imam Samudera, Ali Gufron, Amrozi sebagai otak bom Bali.

Kemarin di sebuah masjid saya mengikuti pengajian yang pembicaranya berasal dari salah satu ormas Islam bertema Serangan Israel ke Gaza. Setelah dipaparkan sejarahnya, penderitaan saudara-saudara kita di Palestina, kesimpulan yang disampaikan pembicara sebagai solusi salah satunya adalah Jihad. Sudah tidak diperlukan perundingan lagi, dan jihad dalam hal ini adalah perang membela Palestina. Melawan Israel dan melawan para pemimpin negara Islam yang dianggap berkhianat karena tidak menolong perjuangan Hamas. Termasuk PLO (faksi lain di Palestina) yang dianggap boneka Amerika. Pemahaman jihad yang seperti ini membuat saya prihatin.

Bagi saya, menulis tema jihad ini bukanlah sesuatu yang mudah. Misalnya jika saya ajukan pertanyaan kepada Anda: Usamah bin Laden itu mujahid atau teroris?
Usamah bin Laden itu memperjuangkan Islam atau bukan? (jawaban atas pertanyaan ini akan lebih membingungkan lagi setelah Anda melihat videonya)

Saat saya menulis tentang eksekusi trio bomber, sikap saya dalam serangan Israel ke Gaza dan ketidaksetujuan saya untuk mendekatkan kata jihad dengan kekerasan: beberapa orang dengan sangat keras menentang pendapat saya. Sesuatu yang sudah saya perkirakan sebelumnya.

Pendekatan saya yang cenderung berbasis perdamaian dan rahmatan lil 'alamien sering diterima sebagai hal yang utopis dan tidak kontekstual di jaman sekarang. Jihad - celakanya - telah dimaknai oleh sebagian besar masyarakat bahkan kaum muslimin sendiri sebagai perang dalam arti yang sesungguhnya. Sebagai tindakan pembalasan, sebagai upaya untuk memenangkan pertempuran atas kaum kafir.

Untuk pertama kalinya di blog ini, saya ingin mengutip sebuah terjemahan ayat dalam Al Qur'an:

Dan (kenikmatan di sisi Allah bagi) orang-orang yang apabila diperlakukan dengan dzalim, mereka membela diri. Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, pahalanya menjadi tanggungan Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dzalim pada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.

(QS. Al Syura: 39-43)

Jika kita membalas kejahatan yang ditimpakan kepada kita dengan balasan yang setimpal, Islam membolehkan. Jika para pejuang Hamas menembakkan roketnya untuk membalas serangan keji Israel: Islam mempersilakan. Saya hanya mengingatkan: itu bukan satu-satunya pilihan yang ada untuk dilakukan. Jika kita baca ayat di atas sekali lagi, saya memahaminya seperti ini: jika kita memilih untuk bersabar dan memaafkan, sesungguhnya itulah perbuatan yang yang diutamakan dalam pandangan Allah. Mengapa? Karena tentu saja ini lebih sulit: mengorbankan ego kita, melupakan penderitaan kita, mengikhlaskan kejahatan yang menimpa kita dan memberikan maaf pada orang-orang kafir penjahat? Allah sangat memahami kemampuan kita sebagai manusia biasa dengan segala kelemahannya, jadi Allah mempersilakan kita untuk membalas.
Tapi Allah juga men-challenge kita: mau nggak sampai di maqam yang lebih tinggi?

Bukan maksud saya untuk mengajak umat Islam menjadi lemah saat diperlakukan tidak adil. Bukan seperti itu. Tapi mendudukkan jihad dalam makna yang lebih positif adalah upaya kecil saya agar Islam yang ramah, yang bersinar sebagai rahmat, menjadi cahaya bagi terbitnya keindahan hidup bersama di muka bumi Allah ini.

Saya pun sadar bahwa media massa barat dengan segala bentuknya
(yang modalnya banyak dikuasai Yahudi) telah melakukan manipulasi pemberitaan yang menjelek-jelekkan Islam, menyamakannya dengan teroris, mencap kaum muslimin sebagai kaum radikal dan ekstrim. Nah, jika Anda seorang muslim dan kebetulan mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan media yang jaringannya meliputi seluruh dunia seperti itu: apakah hal yang sama akan Anda lakukan meskipun kali ini dengan obyek lawan-lawan Islam?

Saya tidak. Saya hanya akan menyiarkan kebenaran. Nothing but the truth. Nabi Muhammad menumbuhkan Islam tidak dengan memburuk-burukkan kafir Quraisy, tidak dengan membumihanguskan lawan-lawannya, tidak dengan fitnah dan tipu muslihat. Rasulullah menunjukkan suri tauladan, Islam masih hidup sampai sekarang bahkan sampai akhir zaman kelak karena Islam membawa perdamaian, keselamatan, kasih sayang dan kebersamaan yang menyejukkan bahkan untuk mereka yang tidak memeluk agama Islam.

Dengan tujuan indah seperti itu - dalam pemahaman saya - jihad seharusnya diarahkan. Wallahu A'lam.

Comments

atma said…
sepengamatanku thd sejarah islam, kejatuhannya bukan karena diserang pihak lain, tapi lebih karena masalah internal. yakni dengan semakin melemahnya semangat "berislam yang sebenar2nya" pada sebagian besar pemeluknya.

juga pernah dengar; musuh yang paling berbahaya itu bukan kaum kafir, bukan kaum agama lain, tetapi kaum munafiqin.

memang pada jaman Rasulullah mereka mendapat porsi untuk dihadapai belakangan alias setelah kaum kafir dan yahudi tidak menjadi ancaman utama. cuman kan kalau sekarang aku rasa perbandingan jumlah muslim dan munafiqin berbanding terbalik dari yg dulu. jadi menurutku jihad yg pertama dilakukan memang menumpas kemunafikan dalam diri sendiri dulu..
baru ke yg lainnya...

so..
"sudahkan kita bebas dari sebutan munafiq?"

kalau saya; saya sedang berjuang untuk itu...

wassalam
Anonymous said…
Dapatkan solusi pengobatan kanker secara alami
Penyembuhan Cancer Alami, Aman dan
Murah, dan Banyak Yang Sudah Sembuh juga dapat menyembuhkan diabetes mellitus
telah terbukti sangat berperan dalam proses membantu penyembuhan penyakit-penyakit kronik seperti diabetes mellitus, atherosclerosis, asma, arthritis, dan segala jenis kanker seperti kanker payudara, kanker darah, kanker prostat, kanker usus, kanker kulit, dll.
Hanya di http://obatkankers.blogspot.com/
Kontes Banner Berhadiah $ 5.000
Cukup hanya dengan memasang banner gratis di blog, blogspot, wordpress, multiply, friendster. Ingin tahu lebih jauh? Lihat di sini klik HOT
• Mau cari Gosip artis Indonesia hot
Luna Maya, Ariel, Julia Perez, Sandra Dewi Dewi Persik, Sarah Azhari, Agnes Monica
• Cari lirik lagu Indonesia favorit
• Resensi Film dan Trailer terbaru
• Ribuan Game-game Seru
• Zona khusus wanita (Sexy & Sharp)
• Lagu-lagu Indonesia terbaik
• Info Sepak Bola dan bursa Mobil?
• Mau mejeng sambil cari jodoh
http://obatkankers.blogspot.com/
ingat klik bagian HOT di sebelah kanan blog good luck
Anonymous said…
Saya setuju dengan mas Budiman, pemahaman Jihad di kalangan kita harus diarahkan. Semua bisa balik lagi ke soal pilihan, siapkah kita berada di maqom tertinggi ketika Jihad telah menempati satu ruang di kalbu kita.

"Saya tidak. Saya hanya akan menyiarkan kebenaran." >>InsyAllah kalo kebenaran sudah mengatasnamakan Allah, rekayasa-fitnah-tipu muslihat niscaya ditiadakan. Sebab sang pemilik media bakal MALU sama ALLAH bila tidak mengikuti suri tauladan MUHAMMAD.

rgds :)


PS: saya kok masih suka salah sebut ya mana yg budiman hakim, mana yang arief budiman :p
mazziwan said…
Aku ragu dengan kebenaran Usama bin Ladin dalam 9/11.
Lha wong isu yang santer beredar, "serangan" itu ya dibuat sama anteknya "orang yang dilempar sepatu" di Iraq.
Dan dulu pada beberapa hari setelah 9/11, Usama pernah bilang :"Tidak terlibat, tapi turut bergembira menyaksikannya".
Kalo sekarang Usama "mengaku" berbuat dengan membuat film seperti itu, ya berarti Bush dan Usama gak terlalu beda jauh perilakunya.
Anonymous said…
sebenarnya Islam agama yang sempurna, tidak ada hal yang tidak ada tuntunannya. Mas Arif mengambil satu ayat Al Quran kemudian mengutip terjemahannya. Satu hal yang belum dilakukan adalah menjelaskan tafsir dari ayat tersebut. Saya nggak tahu mas arif ahli tafsir atau bukan. karena tulisan mas arif tidak menjelaskan kapan ayat ini turun, dimana, pada kondisi masyarakat seperti apa dan penjelasan lain seputar sejarah turunnya ayat ini.Judul tulisan di atas adalah jihad, namun tidak ada ayat tentang jihad yang mas arif tulis apalagi terjemahannya padahal di Al Quran bayak ayat yang bisa diambil. saya tidak tau ini kesengajaan atau tidak tapi saya berharap di lain waktu supaya lebih berimbang dalam menilai sikap umat Islam yang lain. Pendekatan apapun boleh kita terapkan dalam memahami Islam, tapi kita tidak boleh adalah mengimani sebagian ayat Al Quran dan meninggalkan ayat yang lain. semoga jadi bahan instrospeksi kita semua..
Anonymous said…
Kira-kira bagaimana bentuk jihadnya warga Gaza saat itu (penyerangan zionis)? apakah diam dan memaafkan lebih mulya? walau harus kehilangan hak-haknya termasuk nyawanya?
Al Faruq said…
Assalamualikum
saya sangat membantah keras tulisan anda....sekali lagi saya tekankan....perjuangan mendirikan kalimat Allah...tanpa adanya pengorbanan darah adalah sikap kemunafikan anda............

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Al Fatihah Cahaya Kehidupan

Hidup kita ini diawali dengan kesederhanaan dan akan diakhiri dengan kesederhanaan. Sehingga cara terbaik untuk menjalaninya pun dengan kesederhanaan. Manusia seringkali menilai penampilan luar yang jika kita mengikuti penilaian itu akan memboroskan jiwa raga. Tapi Allah melihat ke dalam hati kita, ke kesejatian, ke kesederhanaan. Hal sederhana yang sangat dekat dengan keseharian kita sebagai muslim adalah Surat Al Fatihah yang kita baca minimal 17 kali sehari dalam sholat. Insya Allah jamaah sekalian telah hafal luar kepala bacaannya beserta artinya. Tapi dalam kesempatan ini, saya akan mencoba mengupas makna ayat-ayat indah dalam Surat Al Fatihah ini dari sudut pandang saya, sudut pandang yang sehari-hari, yang sederhana. Tapi sebelumnya saya akan menceritakan sebuah kejadian nyata yang berhubungan dengan Surat Al Fatihah, yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Malam itu jam 20.00 saya dan Mas Andika DJ (CEO Syafaat Marcomm) harus ijin pulang dulu dari sebuah rapat di