Skip to main content

Sebuah Cerita Tentang Otak



Dalam sebuah lelang tingkat dunia di London, nampaklah beberapa otak yang akan dilelang kepada penawar dengan harga tertinggi. Nampak otak para ilmuwan dan tokoh top dunia seperti Einstein, Thomas Alva Edison, Benjamin Franklin juga beberapa lagi lainnya.


Pengunjung 1:

Lihat itu otak Einstein, nampaknya capek sekali. Pasti selama hidupnya sudah digunakan secara maksimal sehingga sisa energinya tinggal sedikit. Harganya juga gak mahal, mulai dari 1000 dollar.


Pengunjung 2:

Otak Edison juga tuh, pemiliknya pasti terus menggunakannya untuk menemukan hal-hal penting saat hidup. Ini juga mulai dari 1000 dollar.


Pengunjung 3 (dengan mata-berbinar-binar):

Lihat itu ada otak yang masih segar, nampaknya belum pernah dipake. Ayo kita beli aja yang itu. Sedikit lebih mahal sih, mulai dari 1500 dollar...


Pengunjung 1:

Oooo... Itu otaknya orang Indonesia, ya ya ya... katanya emang jarang dipake. Jadi fresh banget! Ya udah, masing-masing kita beli 10 deh. Sekalian buat persediaan.


Tiba-tiba petugas lelang yang sedang berdiri di belakang mereka berkata:

Tuan-tuan, otaknya orang Indonesia itu memang boleh dibeli. Tapi tidak sekarang, paling tidak sepuluh tahun lagi atau tergantung kabar dari Indonesia.

Pengunjung 2:

Maksudnya?


Petugas lelang:

Otak itu baru boleh dibeli kalo pemiliknya sudah meninggal. Nanti rumah sakit di sana akan memberi kabar. Pemilik otak dari Indonesia itu sekarang masih hidup, mereka menitipkan otaknya buat dipajang di sini karena katanya jarang dipakai. Apalagi mereka sekarang sibuk kampanye pemilu, bikin repot katanya kalo mesti pake otak dalam kampanyenya...


Pengunjung 1, 2 dan 3:

???!!!#%***


(sebuah humor untuk mengingatkan bahwa menyia-nyiakan harta termahal adalah lelucon yang paling tragis) Image pinjem dari http://www.simpsonstrivia.com.ar/simpsons-photos/wallpapers/homer-simpson-wallpaper-brain-1024.jpg

Comments

vbi_djenggotten said…
hahahaha...

ajib mas...ajib...

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat