Skip to main content

Ke Bumi Laskar Pelangi


Minggu depan kesempatan itu akhirnya hadir: Insya Allah saya akan berkunjung ke bumi Laskar Pelangi. Menjenguk kampung halaman calon istri saya di Pangkal Pinang. Dan rencananya juga main ke Belitung: yang telah melahirkan Andrea Hirata dan Laskar Pelangi-nya. Filmnya saya belum bisa nonton, masih nunggu antrian meskipun bukunya yang luar biasa ajaib sudah khatam saya baca.

Mmm... kayak apa ya suasana dan pemandangan di sana? Kalo ke Sumatera saya pernah ke Palembang. Tapi baru sekali saya ke Pangkal Pinang. Dan yach, saya paling seneng menuju ke tempat yang baru, mengalami hal-hal baru, meninggalkan kebiasaan yang lama-lama membelenggu.

Semoga ada banyak cerita indah yang saya bisa bagikan ke temen-temen semua pembaca blog ini. Dan semoga perjalanan ini bermakna sebagai pondasi masa depan saya. Saya merindukan hal-hal yang belum pernah saya alami. Dan seseorang yang setia menunggu saya di sana.

Comments

Anonymous said…
yeah! its much better,
Anonymous said…
help me.
Anonymous said…
haha.
Anonymous said…
its good to know about it? where did you get that information?
Anonymous said…
when will you go online?
Anonymous said…
thats amazing story.
Anonymous said…
im your favorite reader here!
Anonymous said…
yeah! its much better,
Mas, klo aku kok justru "trenyuh" sama banner njenegan yang berbunyi "SELAMAT MERAYAKAN HARI KEMENANGAN. KESUCIAN TETAP HARUS DIPERTAHANKAN". Visualisasinya itu loh....gile benerrrrrr.... Nyuwun sewu, itu ide siapa mas??

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat